26 July


Juni 2006. sepuluh tahun lalu, saya berangkat ke Jawa Timur untuk melanjutkan pendidikan SMP dan dan SMA di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang selama enam tahun, kemudian lanjut berkuliah di Teknik Sipil ITATS Surabaya.

sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar, sudah banyak pengalaman dan pengajaran yang saya terima. kini, setelah sepuluh tahun, ketika kuliah saya selangkah lagi menuju gerbang kelulusan, saya resmi menerima tawaran pekerjaan di banua etam.

saya kembali ke haribaan banua etam, di dunia yang menjadi passion saya sejak kecil. konstruksi.

saya kembali menjadi blogger dan mbak mbak proyek yang ribet dengan drama korea dan kuliahnya. kembali menjadi bagian di industri digital dari sisi content tulisan.

sudah cukup pengalaman saya manuver ke bidang baru, kini saatnya kembali fokus menatap masa depan dengan konstruksi sebagai runway-nya.

jangan bosan bosan dengan tulisan saya tentang proyek konstruksi ya :))




Bontang, 26 Juli 2016



Riffat Akhsan

20 July



saya tiba tiba teringat pengalaman saya terjun ke lapangan (dunia proyek konstruksi) untuk pertama kali sekitar tahun 2013. wah nggak kerasa sudah berjalan tiga tahun saya terjun sebagai tenaga professional di bidang ini.

waktu itu satu kantor cuekin saya, mereka masih belum yakin bahwa saya serius di bidang ini. dipikir saya cuma main main aja di salah satu perusahaan orang tua saya.

oh sungguh terlalu.

awal awal saya gabung, saya dianggap nggak ada, saya bengong di kantor selama tiga hari padahal kantor lagi hectic, di hari keempat akhirnya saya dikasih kerjaan ngitung struktur dan volume, jam setengah lima sore, tepat tiga puluh menit sebelum jam kantor bubar. kerjaan diminta selesai besok paginya jam 9 - 10 an. terpaksa saya harus lembur pelan pelan mengerjakan yang dimaksud.

keesokan harinya kerjaan saya dikoreksi dan salah semua, kemudian saya (baru) diajarin gimana cara ngitung yang benar sesuai standart kantor (bukan standar anak kuliahan) sambil dimaki maki.

saya masih ingat makian (saya lebih suka menganggap nasihat) yang dilontarkan atasan saya "KAMU TUH MASA NGITUNG PERHITUNGAN DASAR ALA ANAK SD AJA NGGAK BISA, YANG KAMU HITUNG INI KAN TERAPAN AJA.. KUNCINYA YA DI MATEMATIKA DASAR, KAMU NIH GIMANA SIH. BELAJAR MELOGIKA, BELAJAR UNTUK MENJEMBATANI TEORI DI PERKULIAHAN DENGAN KEADAAN DI LAPANGAN, LOGIKA TUH DIPAKE"

keesokan harinya setelah saya sukses mengerjakan tugas kantor dengan benar saya kemudian diajak untuk ikut survey pengukuran lahan, jangan bayangkan survey kami sore sore disaat matahari cerah ceria dengan suasana sejuk. saya stand by sama team udah dari kelar makan siang dan kami baru benar benar berangkat jam 2 siang disaat matahari lagi panas panasnya.

lokasi survey berada di semak semak yang sebagian merupakan rawa, senior saya memilih posisi pengukuran yang agak mending sementara saya jauh masuk ke dalam semak dan rawa sambil nenteng roll meter, pulpen dan kertas untuk menggambar posisi existing dan site plan.

pulang pulang badan saya gatel gatel luar biasa.

di lain kesempatan untuk pertama kalinya saya diajak ke proyek yang sudah selesai proses pematangan lahannya dan siap untuk dibangun. saya diajak untuk ngecek besi apakah sudah sesuai SNI atau belum, plus menghitung kebutuhan besi per section.

saya kagok pake jangka sorong, secara terakhir pake itu di lab fisika jaman SMA. di kampus seingat saya nggak ada ngukur ngukur besi pake jangka sorong karena di lab semua sudah sesuai standart.

lagi lagi saya dimaki "KAMU DULU BISA LULUS SMP GIMANA ? PAKE JANGKA SORONG AJA NGGAK BISA. NGGAK MUNGKIN DULU DI SMP NGGAK DIAJARIN"



ketika sudah berjalan setahun saya di kantor, saya kemudian mulai sering ke proyek untuk lihat metode pelaksanaan, udah bisa kalendering, counting pukulan pancang dan lain sebagainya.

satu hal yang saya perhatikan, ketika pengecoran seringkali sesama pekerja konstruksi berkata kasar satu sama lain, kosakata kebun binatang dan dunia lain menjadi hal yang tidak asing di telinga saya. nggak jarang saya juga kena damprat.

pengecoran merupakan salah satu momen paling menegangkan di proyek konstruksi karena ketika kami gagal cor maka bisa dipastikan seberapa besar kerugian waktu, uang, dan tenaga.

komunikasi di dunia konstruksi memang sekejam itu, disini kunci manajemen risiko keributan di proyek sangat dibutuhkan, cuaca yang sangat panas. pekerjaan yang mendekati deadline, tekanan dari banyak pihak, masalah di lapangan seringkali menjadi pemicu, mengerti bahasa, mengerti teknis, dan menyepakati tenggat adalah wajib hukumnya.

termasuk tidak baper (bawa perasaan) dengan kata kata kasar yang terjadi.

lain dunia konstruksi, lain dunia hospitality yang penuh kata kata manis.

di dunia ini (hospitality) kata kata kasar merupakan pertanda dan ajang baper karena menunjukkan citra diri.

saya masih ingat ketika saya terjun di dunia ini, seorang pelaku UMKM dengan valuasi puluhan juta per bulan hobby sekali nyinyir dan menyindir di status facebook miliknya karena ketidakmampuan ia mengelola manajemen emosi diri sendiri.

"salam jari tengah untuk si kembar, Riffat dan Rusma"

begitu ia pernah menulis di laman status facebook miliknya, status facebook yang mendapat likes dan komen puluhan dari pendukung seakan melegalkan tindakan bak pelaku konstruksi di dunia hospitality.

di lain kesempatan, sindir dan nyinyir keluar dari akun seorang doktor yang juga dosen perguruan tinggi ternama di  Surabaya.

di dunia informasi teknologi, pernah ada makian "kalau perusahaan ini nggak maju itu salah kamu". (setahu saya perusahaan nggak maju itu salah team, bukan salah satu atau dua orang)

di dunia sosial media lebih lucu lagi, acapkali tindakan cyber bullying menjadi lumrah dilakukan, tentu diiringi dengan kosakata kebun binatang.

saya jadi bertanya, ini bahasa yang salah atau saya yang baper ya ?

kadang ada perkara berbahasa yang pada tingkat tertentu menjadi dimaklumi seiring dengan situasi dan kondisi, namun pada kenyataan bermasyarakat kita cenderung difensif dengan mengkotak kotakkan sesuatu menurut sisi yang membuat kita terlihat benar.

"halah, gitu aja baper, LEMAH"

adalah salah satu ungkapan difensif karena ketidakmampuan mengatasi baper.

menurut saya baper karena bahasa atau perkataan itu bagus lho, kita jadi mengerti bagaimana harus mengelola perasaan dan memahami bahasa berdasar tingkatannya. dunia konstruksi dengan komunikasi kejamnya, okelah kita maklum dan nggak baper karena (setau pengalaman saya) setelah saling memaki dan tensi proyek sudah turun kami kembali tertawa bersama. namun saya rasa di dunia hospitality, informasi teknologi, dan sosial media. kok ya kurang pantes ngomong kasar begitu, karena hal ini berbeda dengan dunia konstruksi yang kemudian tertawa bersama, dunia ini berlanjut kepada bisik bisik dan saling menghasut serta menjatuhkan.

artinya kata kata kasar merupakan peringatan untuk "perang".

kecerdasan memahami bahasa, satu hal yang saya garisbawahi.

dunia konstruksi mencetak makhluk logika dengan kehati hatian tinggi, yang sayangnya kurang bisa menyampaikan maksud dengan sempurna karena kekurangan kemampuan untuk luwes dalam pergaulan bermasyarakat. jangan baper dengan makhluk ini, ntar rugi sendiri.

dunia hospitality, akademik, dan informasi teknologi. kata kata kasar beserta makian menjadi "sesuatu", disini baper harus banget karena akan membantu kita untuk menilik lagi tentang citra diri, situasi dan kondisi yang terjadi.

dunia berbahasa emang sawang sinawang, harus ada kemampuan manajemen baper dan manajemen emosi serta pengendalian diri yang baik, agar setidaknya kita mampu memahami apa makna tersirat yang sebenarnya mau disampaikan.

mungkin ada juga yang nyinyir dengan tulisan ini seraya berkata "lemah, baperan, gitu aja curhat di blog"

lha memangnya kamu tidak ?





Bontang, 20 Juli 2016



Riffat Akhsan

19 July


pagi ini Bontang hujan lagi, tidak seperti di Surabaya yang setiap hujan selalu membuat mood saya hancur karena harus mereschedule meeting diluar akibat jalan yang derajat macetnya naik, hujan di Bontang tidak begitu. dengan santai saya bisa bengong di teras belakang rumah menghadap derasnya hujan di halaman belakang.

kata umi, kalau diperhatikan hujan yang jatuh melewati bilang pohon jati serupa jarum, kemudian jatuh ke tanah serupa air mata.

hujan dan air mata.

tuhan memberikan hujan berjuta makna, ada yang langsung puitis karena roman roman dingin mancing yang diciptakan hujan, ada yang baper mantan (kalau saya sih baper habis kelar nonton drama korea oh my venus sih, jadi baper se ada ada liat mbak shin min ah sama akang so ji sub), ada yang mellow karena jomblo (duh kayak nggak penting, tapi percayalah di luar sana ini banyak terjadi),

jadi, apakah benar hujan adalah air mata alam ? atau pancingan untuk air mata jatuh ?




Bontang, 19 Juli 2016



Riffat Akhsan

15 July


"kakak satu depa berapa meter kak ?"

tanya abah saya suatu pagi.

"hah ? emang ukuran itu masih dipake bah ?"

"udah ada konversi pastinya kok kak"

*googling*

"satu depa 1,7 meter bah"

"kalau satu borong berapa meter persegi kak ? luasan maksudnya"

*googling*

"seperenam hektar bah"

"maksud abah berapa kali berapa catchment area nya ?"

"hmm berapa ya.."

"ambil kalkulator sama kertas sana, mana bisa kamu dapat hitungan pasti sambil tiduran dan main hape gitu"

"lagian ngapain pake ukuran gitu sih bah, kan sudah ada SNI"

"ya itu satuan ukuran tanah lokal di Indonesia kak"

jleb jleb jleb

hari ini saya baru mengetahui bahwa teknik sipil tidak mengajarkan ilmu kehidupan pada saya. ukuran tanah ala masyarakat lokal seperti depa, borong, tombak, tampah, ubin, bahu, lupit, iring, paron, sangga, rakit, kesuk, anggar, rantai, dan lain sebagainya merupakan sesuatu yang sudah dipakai masyarakat dulu dalam praktik jual beli tanah.

dalam teknik sipil saya hanya mengetahui kubikasi pasti satuan seperti meter kubik, meter persegi, meter langsam, orang per hari, orang per jam, cycle time produktifitas per hari, dan lain sebagainya.

ya, teknik sipil mengajarkan ilmu pasti konstruksi. tapi lapangan (begitu kami biasa menyebut istilah proyek konstruksi) banyak mengajarkan ilmu hidup pada saya.

di atas langit masih ada langit, adalah ucapan yang sangat benar tentang dunia penuh kaum adam ini. dimana dalam mengaplikasikan ilmu teknik sipil yang saya dapat di perkuliahan harus dijembatani dengan kearifan berpikir sehingga penerapan yang diharapkan di lapangan sesuai dengan standar.

ada banyak ilmu hidup yang saya dapat di konstruksi, ilmu menjelaskan pelan pelan ke tukang berumur empat puluhan tahun yang sudah lama malang melintang di dunia konstruksi bahwa pekerjaan yang dia lakukan harus dibongkar karena ada perubahan posisi sambungan baut, ilmu memahami bahwa proyek konstruksi dengan segala kegiatan dan alat beratnya merupakan tontonan wah yang tidak setiap kali bisa disaksikan warga sekitar, ilmu mengarifi bahwa ada perasaan senioritas minta diorangkan ketika kami memasuki daerah baru pekerjaan infrastruktur.

mungkin scope risky building construction (seperti apartemen), atau land use perumahan (developer) jarang menemukan seperti yang saya tulis karena daerah tersebut cenderung steril dari warga. tapi untuk scope transportation building seperti jalan raya, pelabuhan, jembatan, atau hidro seperti pembangunan air baku, bendungan, saluran drainase, berdampingan dengan masyarakat merupakan makanan sehari hari di proyek.

termasuk memahami bahwa tidak setiap orang teredukasi untuk menggunakan satuan SNI dalam praktik satuan ukuran tanah.

ipk menjulang di jurusan teknik sipil tidak mengajarkan saya bagaimana menguatkan mental berhadapan dengan alam ketika hujan deras padahal posisi pembesian pelat sudah siap cor (teknik sipil tidak mengajarkan dimana mencari pawang hujan, berapa biaya per pekerjaan, dan bagaimana negoisasi dengan si pawang kalau si pawang meminta yang aneh aneh). teknik sipil juga tidak mengajarkan bagaimana cara menguasai diri kalau lagi digosipin sama tukang tukang perihal rekanan tenaga ahli yang naksir, padahal kita harus profesional, teknik sipil juga tidak mengajarkan bagaimana untuk tidak cranky karena PMS bin harus begadang semaleman karena ngecor dan tukang pulang kampung padahal progress report lagi dikebut.

di atas langit masih ada langit, karena ilmu hidup diajarkan tidak mengenal akhir.

ilmu teknik sipil memang luar biasa, tapi ilmu kehidupan di proyek konstruksi tidak kalah menarik untuk terus dipelajari.

termasuk ilmu untuk menerima musim tender besok ditaro di pedalaman kutai timur untuk proyek bendungan ~



Bontang, 15 Juli 2016



Riffat Akhsan
Faizah and Her Enchanting Journey | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi