24 March



saya kebingungan harus memulai tulisan ini dari mana. beberapa kali pula saya putuskan untuk mengganti judul. tapi intinya begini : saya memutuskan untuk resign dari perusahaan milik negara yang sudah menempa saya selama empat tahun terakhir.

saya berangkat ke Balikpapan, dengan niat untuk mendapatkan surat rekomendasi demi mulusnya proses saya mendaftar beasiswa pascasarjana. ingin membangun nama tanpa ada embel - embel keluarga. serta memiliki penghasilan dari tangan sendiri tanpa ikut campur perusahaan keluarga.

ternyata, saya berangkat dengan ego yang begitu angkuh.

3 Februari 2022 saya kembali, dijemput oleh abah dan adik laki - laki saya. keputusan saya mantap untuk pulang kembali ke Bontang dan membantu perusahaan keluarga.

saya merasa ditampar takdir. apa yang saya perjuangkan dua tahun terakhir terhempas pasrah, menyadari bahwa itu semua bukan yang terbaik untuk saya.

saya pikir saya akan menjadi master di bidang Civil Engineering dengan beasiswa. ternyata refleksi diri membuat saya sadar bahwa minat saya ada di master di bidang administrasi bisnis, negeri paman sam, dengan biaya sendiri.

saya pikir membangun nama tanpa embel - embel keluarga ada langkah heroik. namun, sejauh apapun saya berlari darah lebih kental dibanding apapun. apa yang saya miliki merupakan warisan nyata kasih putih orangtua saya.

saya pikir memiliki penghasilan sendiri tanpa ikut perusahaan keluarga itu mensejahterakan, ternyata terlanjur berada dalam satu lapisan gaya hidup tertentu yang sangat menguras gaji kecil saya. jika saya tetap memutuskan tidak bergabung dengan perusahaan keluarga.

semua orang berhak mencoba, berhak gagal, dan berhak belajar dari kegagalan itu. 


transformasi perusahaan keluarga saya benar - benar meluruhkan keangkuhan saya. saya sadar, here is the place that I supposed to be. 

tidak berarti rumput tetangga itu lebih hijau, bisa jadi kita (dalam hal ini saya) yang tidak melihat dan bersyukur dengan benar.

saya bersyukur, diberi tuhan kesempatan untuk gagal, menyesal, dan semoga kali ini sudah mengambil langkah yang benar.




Bontang, 24 Maret 2022



Riffat Akhsan

15 March

 


jujur saya termasuk golongan skeptis terhadap perusahaan teknologi, yang memiliki para VP dan AVP bergaji triple digit, mendapat suntikan dari berbagai ventures, namun ternyata memerah keringat para driver di lapangan. 

maxim juga tidak terkecuali, perusahaan aplikasi yang sedari awal mengatakan mereka bukan perusahaan transportasi ini pun tidak luput dari tatapan sebelah mata saya. namun, gencarnya promosi mereka yang lebih mirip kampanye caleg ini alih - alih mewajibkan para drivernya untuk memakai atribut membuat saya tertarik mengulik model bisnis perusahaan ini.

apa yang membuat maxim berbeda ? mengapa aplikasi ini begitu disenangi ?



setelah saya perhatikan, maxim memang hadir di Indonesia beberapa langkah di belakang. namun, kehadirannya seakan menjadi jawaban keresahan para pengguna Order Service Provider ini.

salah satu hal yang paling membuat saya menoleh kepada aplikasi kuning ini adalah kehadirannya tidak membuat driver "dikuasai" oleh rating. costumer pengguna aplikasi ini hanya bisa memberikan feedback suka atau tidak suka terhadap jasa yang telah diselesaikan driver pada pesanan mereka. lebih jauh, saya juga baru tahu kalau ternyata ada mekanisme klarifikasi dan pembetulan ke kantor maxim jika ternyata terjadi insiden di lapangan.

wow, such a great innovation.

hal kedua yang saya sorot dari aplikasi ini adalah harganya yang ramah di kantong. tolong, jangan bicara kesejahteraan driver dulu di sini. saya yakin pihak maxim telah berpikir matang dalam penyesuaian harga yang muncul di aplikasi.

saya membayangkan, betapa khawatirnya seseorang yang tidak memiliki kendaraan dan baru selesai berobat di rumah sakit : pasien umum tanpa jaminan sehingga pengobatan itu menghabiskan biaya banyak. ketika ia membuka aplikasi, lalu segera menutup aplikasi dan kebingungan bagaimana caranya pulang dengan transportasi nyaman dan harga terjangkau.

di sini Maxim Car memainkan peran menjawab kekhawatiran costumer seperti ini. lebih jauh, jikalau memang di luar sana ada costumer mapan yang sudah menyiapkan budget tertentu untuk menggunakan jasa transportasi online, harga yang tertera di aplikasi jauh di bawah budget, sehingga lebihnya bisa untuk tips kepada driver.

ketiga, Maxim tidak menetapkan komisi bagi UMKM yang bekerjasama dengan Maxim. Maxim hanya mengambil komisi dari biaya antar tanpa mengambil sepeserpun dari UMKM. hal ini mungkin jadi penanda ketegasan Maxim bahwa core business mereka benar - benar ada pada industri transportasi : bukan bergeser ke bank, financial services, atau jasa lain di luar transportasi.

keempat : karena ini kantor saya yang baru. saya pindah ke kantor ini karena jatuh cinta dengan value yang dimiliki oleh perusahaan ini, selengkapnya saya akan ceritakan di postingan terpisah ya.

kira - kira itulah hal - hal sederhana namun menjadikan Maxim beberapa langkah di depan aplikasi lain.

terima kasih sudah membaca postingan ini, sampai bertemu di tulisan berikutnya!




Bontang, 15 Maret 2022




Riffat Akhsan
Faizah and Her Enchanting Journey | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi