13 June



sumber gambar : republika

okeh, jadi karena saya gabut mau ngapain. stress ngerjain laporan sementara puasa saya pecah karena udzur.

jadi mari kita bahas hal hal yang ringan ringan aja.

yuk mari.

saya dari dulu emang suka nonton Badminton, tapi baru bener bener suka banget sebulanan ini kali ya. mulai dari gelaran thomas uber, Indonesia Open, dan lanjut ke Australia Open.

thanks God for channel sport dan kecepatan internet super banter yang memungkinkan streaming tanpa buffering.

awalnya mulai dari pengen liat sesuatu yang lebih bermanfaat dibandingkan gimmick demi durasi acara dan rating televisi, atau twitwar akibat sok tau yang overlapping saya mulai suka streaming event badminton.

lama lama saya jadi suka sama mereka (para Atlet) atas performa mereka di lapangan, tentang tetap tenang dan fokus di bawah tekanan, tentang cara mereka pantang menyerah mengejar bola meskipun poin sudah tertinggal jauh, tentang mereka yang menghargai lawan (mereka sukses juga karena lawan), tentang persahabatan sehat antar atlet, bagaimana menjaga pergaulan agar tetap fokus pada tujuan besar, dan tentang nasionalisme yang merasuk dalam asa, jiwa, dan raga mereka.

jangan minta saya nyanyi lagu Indonesia raya deh, bisa merinding sebadan badan -- Jonatan Christie

mengikuti keseharian para Atlet seperti Greysia Polii, Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, Nitya Maheswari melalui sosial media mereka mengajarkan saya banyak hal. bahwa kita bisa berbuat untuk Indonesia yang lebih baik dibandingkan berceloteh dan berdebat di media sosial, kita bisa memberi dukungan doa dan semangat kepada mereka, kita bisa belajar tentang arti disiplin, sabar, berpikir positif, happy, tidak takut, kerja keras, sungguh - sungguh, dan upaya serius meraih mimpi. tidak lupa tentang rendah hati dan bersahaja serta pentingnya memelihara harapan dan berdoa dalam segala kondisi.

tanpa raket saya bukan apa apa, dan saya bukan siapa siapa -- Ihsan Maulana Mustofa

banyak sekali gelaran yang saya saksikan dimana pemain muda Indonesia mampu mengalahkan pemain Badminton papan atas dunia, untuk seorang yang suntuk pada banyaknya target. saya sadar bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

generasi muda pebulutangkis profesional Indonesia, yang bahkan sudah memiliki penghasilan di umur 17-18 tahun (dimana mereka memenangkan turnamen) menyadarkan saya bahwa menikmati masa muda tidak melulu dengan berfoya foya, berorganisasi kampus yang isinya hanyalah pepesan kosong cari panggung, atau berprestasi melalui IPK menjulang, atau santai santai ala ala mumpung masih muda.

atlet juga manusia, mereka juga bisa jenuh, mereka juga suka jalan jalan ke mall, mereka juga suka bersosial media, mereka juga suka kulineran, tapi mereka tidak lupa tentang usaha keras demi tujuan besar : lagu Indonesia Raya dinyanyikan di kancah elit olimpiade karena gelar juara yang mereka raih.

jadi saya sekarang lagi seneng senengnya lihat periscope/snapchat/twitter/instagram jojo (jonathan christie) ican (ihsan maulana mustofa), dan oppa Lee Young Dae ketimbang menyaksikan perdebatan tak sudah sudah yang melebar kemana mana padahal juga tidak jelas apa manfaatnya.

kata pelatih kami, kalau kamu memang ambil medalinya, kalau kamu kalah, ambil pengalamannya. juara adalah tentang mereka yang mentalnya kuat, mental kuat berasal dari pikiran dan hati. sombong dan bangga hanya akan melemahkan mental. kompetisi sejatinya tentang pertarungan mental, siapa yang mentalnya lebih kuat dan siap, maka dialah yang menang.

Jonatan Christie dan Ihsan Maulana sangat mungkin akan menjadi idola baru generasi muda Indonesia, dimana mereka menjadi contoh nyata tentang arti sesungguhnya kerja keras, fokus, dan sungguh sungguh. dibandingkan para artis seni peran umur tanggung yang hanya bisa memberi contoh tutorial pacaran dan berganti pasangan.

semangat generasi muda Badminton Indonesia, karena kalian kami percaya bahwa 2-3 tahun kedepan Indonesia akan menjadi dominator Badminton yang ditakuti dunia.

dan semoga oppa Lee Young Dae nggak cepat cepat pensiun, oh kalau pensiun saran saya jadi aktor action film cem Ji Chang Wook gitu lho.




Surabaya, 13 Juni 2016



Rifa Akhsan, yang baru aja di accept request IG nya sama oppa Lee Young Dae  

08 June


sudah lama saya nggak ngeblog, kangen juga ternyata.

selama nggak ngeblog trus ngapain ?

makan, tidur, kerja, belajar, pacaran (harus banget ini disebutin), mengamati tingkah laku alam dan manusia.

tentang blog, semakin kesini saya semakin belajar bahwa saat ini menulis blog untuk diri sendiri adalah sebenar benarnya hadiah untuk diri saya sendiri.

diluar sana banyak yang periuk nasinya berasal dari blog, bekerjasama dengan advertiser dari berbagai brand dengan segmen tertentu, mereka yang berharap mendapat rezeki dari buzzing dari sosial media dan sebagainya.

tapi ternyata saya bukan mereka.

siapa yang tidak bahagia mendapat rezeki dari hobby ? semua bahagia. tapi ketika ada konten "rezeki" dari segala kanal termasuk "hobby", saya tau disana ada tanggung jawab.

dan saya menolak untuk bertanggung jawab (lagi) bahkan dari kanal yang set my soul free.

saya sudah cukup dengan rezeki dari pekerjaan saya, biarlah blog ini benar benar kanal untuk saya dan diri saya sendiri. dimana saya menulis sesuai gaya saya, pemikiran saya, dan pandangan saya.

untuk yang tidak setuju silahkan menulis di kanalnya masing masing.

ada sebuah kebahagiaan ketika saya menulis suka suka saya, mau pakai foto atau tidak terserah saya, mau berapa karakter terserah saya, mau postingan berlanjut sampai part sekian juga terserah saya.

karena setiap orang memiliki kanal ekspresinya sendiri sendiri.

oke balik ke judul awal.

tidak seperti tahun kemarin yang ramadhan saya banyak dihabiskan on site di proyek konstruksi, tahun ini saya banyak di kantor : mengurusi berkas administrasi proyek, membuat dan merevisi penjadwalan proyek, mengecek proggress report, membantu cost control dalam pengendalian mutu waktu dan biaya.

intinya tahun ini tidak seperti tahun kemarin.

kalau tahun kemarin saya sering buka puasa di proyek, tahun ini hampir setiap hari saya buka puasa di masjid kampus. tentu suasananya jauh berbeda.

ada hal hal yang saya temukan di tahun ini yang tidak saya temukan di tahun kemarin, apa saja itu 

1. pengelolaan takjil yang antik

tahun kemarin saya sampai di kampus cenderung ketika jamaah maghrib di kampus mau selesai, kalau tahun kemarin saya jarang mendengar adzan maghrib dan berbuka puasa di kampus, berbeda dengan tahun ini. tahun ini saya bahkan sudah sampai di masjid kampus sepuluh sampai dua puluh menit sebelum adzan maghrib berkumandang.

ternyata takjil kampus dikelola oleh remaja masjid yang menamakan dirinya UKM agama islam ? entah saya kurang paham. mereka adalah para ikhwan dan akhwat bercelana cingkrang dan bejilbab panjang nan berkibar yang kalau shalat cukup memakai bawahan mukenah.

dan mereka selalu merendahkan kami kami yang tidak berjilbab seperti yang mereka pakai melalui sorot mata.

begitu adzan berkumandang, mereka sebagai pengelola takjil menikmati takjil duluan sambil ngobrol ngobrol. setelah dirasa kenyang baru takjil tersebut dibagikan kepada kami kami yang juga berbuka di masjid.

tentu saja dijawab dengan "terima kasih, kami sudah kenyang. kami sudah bawa takjil sendiri kok"

ibarat pahlawan, para pengelola takjil masjid kampus saya adalah pahlawan kemaghriban.

setelah acara bagi bagi takjil tapi telat ini selesai kemudian kami shalat maghrib berjamaah. jadwalnya sih habis shalat kita bakal dibagikan kotakan sebagai salah satu fasilitas kampus.

ketika saya dan rusma mengantri untuk menerima kotakan, kami ditanya "mbak ini jatahnya 2 kotak untuk tiga orang. kalau mbak mau dapat kotakan mbak harus cari temen satu lagi"

sejak hari pertama ramadhan, saya, rusma, dan teman teman lain memutuskan untuk TIDAK LAGI MAU TERLIBAT URUSAN PERTAKJILAN DI KAMPUS.

lebih baik tidak berharap, toh kami masih mampu beli takjil di luar, yang semoga lebih berkah daripada takjil gratisan dari masjid kampus.

berdasarkan apa yang saya pelajari di pondok dulu, kitab kitab kuning tentang adab mengajarkan bahwa hendaknya panitia pengelola takjil mendahulukan mereka yang berbuka dengan membagikan takjil lebih dulu sebelum menikmati takjilnya sendiri.

tapi saya tau pengelola takjil kampus sangat pintar, wong ulama sja mereka abaikan dengan menggali hukum langsung dari sumber aslinya (Al-qur'an dan hadist) dan serta merta menuding muslim lainnya kafir.

2. mendekati jam buka puasa, semakin banyak orang marah di jalan

klakson, saling serobot, menggusur tempat parkir secara serampangan, membentak penjual takjil dengan kasar karena minta dilayani cepat, membeli makanan jauh dari yang sanggup dimakan.

saya jadi bertanya, bukankah lapar memang seringkali memicu amarah. tapi karena itu kan puasa menjadi ujian ?

apakah iya banyak orang yang tidak ikhlas atau bahkan tidak bahagia dengan hadirnya bulan ramadhan ?

3. semakin banyak statement di sosial media yang berujung tudingan.

sok tau, berbicara tanpa tau kapasitas diri, menuding beramai ramai dengan circle sendiri, merasa punya panggung. sosial media membuat mereka yang (ngakunya) berpuasa  tidak benar benar mengerti bagaimana caranya menahan hasrat untuk membenci. diluar menahan lapar dan haus, ternyata mereka tidak menahan apapun.

4. introspeksi diri hanya untuk mereka yang sempat berkontemplasi

ramadhan datang, bagi mereka yang mengerti energi terasa betapa dahsyatnya kekuatan bulan suci ini. ada hal hal yang bersifat metafisika yang sangat sulit dijelaskan lewat logika, tapi itu ada. beruntung mereka yang sempat berkontemplasi cepat tanggap instrospeksi terhadap apa yang dilakukan sebelas bulan lalu.

ada alasan kenapa warung harus tutup ketika bulan ramadhan, demi menghormati bulan suci ini.

saya coba gambarkan secara mudah : ketika bulan ramadhan dan ada warung yang buka, mereka yang berpuasa akan cenderung menjauh dari warung tersebut. nah mereka yang menjauh ini kan jumlahnya tidak sedikit. jumlah yang tidak sedikit ini memancarkan sinyal kuat ke semesta, sinyal berupa "menjauh dari warung" ini di boost oleh energi dashyat ramadhan. efeknya dalam sebelas bulan kedepan warung tersebut akan cenderung sepi pembeli.

bisa dilogika kan ?

untuk mereka yang nyinyir, tentu saja warung tutup adalah gambaran umat muslim yang manja

5. ramadhan hanya untuk mereka yang bersyukur, bukan untuk mereka yang merugi.

berpuasa nyatanya untuk merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang memiliki finansial terbatas sehingga hanya bisa makan sekali sehari atau bahkan tidak makan sama sekali. well sebelas dua belas sama apa yang dirasakan mereka yang workaholic dan sering lupa makan sih.

yang terjadi adalah, berpuasa adalah ajang kulineran untuk buka puasa. membeli makanan sampai mubazir, membeli minuman sampe mubazir, buka bersama di mall sambil ngobrol asyik hingga tidak shalat maghrib, isya dan tarawih. nggak sempat dzikir karena mengejar THR dan bonus kantor, nggak sempat tadarus karena jam kantor mepet.

dan ketinggalan lailatul qodar karena kena macet di tol.

lha terus sisi bersyukurnya dimana ?

saya juga bukan orang yang alim alim banget, tapi saya kok berpikir kalau rugi banget kita nggak memanfaatkan ramadhan minimal untuk menata kalori makan kita *tsaaah dengan berbuka dengan porsi cukup bukan porsi nafsu.

ini saya terapkan dengan memaksa diri tidak minum es waktu berbuka dan hanya meminum air  putih sebagai gantinya karena makanan takjil saya sudah manis manis.

hasilnya lumayan, amandel saya nggak kumat. padahal setiap ramadhan saya harus berperang antara minum es atau siap siap beli obat nyeri telan.

makan secukupnya (kalau kue cukup 2 - 3 buah) sukses membuat saya tidak ngantuk menjalani tarawih. ini kemajuan karena kegalauan di tahun tahun sebelumnya : lebih mending tarawih dalam mimpi atau tarawih di masjid.

tapi trus kelar tarawih diajak jajan martabak sama si kokoh *kraiiiiii* #KapanAkuKurus

bersyukur menyadari bahwa ternyata perut saya tidak segitunya mampu menampung makanan dan minuman yang terlihat enak dan lucu.

bersyukur betapa tuhan sudah begitu adil dengan memerintahkan ibadah puasa untuk memunculkan empati kepada mereka yang finansialnya dibawah saya.

bersyukur yang bangunin sahur bukan alarm, tapi chat di instant messenger yang ternyata efeknya kurang lebih.

bersyukur untuk waktu kontemplatif yang memunculkan keyakinan untuk berdoa karena tuhan maha mendengar.

bersyukur untuk kesadaran kesyukuran di ramadhan tahun ini.

selamat menunaikan ibadah puasa




Surabaya, 8 Juni 2016



Riffat Akhsan
Faizah and Her Enchanting Journey | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi