01 December
kalau ada nominasi kota paling estetik, saya nobatkan Goergetown di Penang adalah juaranya. kota ini merupakan surga bagi penyuka arsitektur dan interior. mungkin karena lokasi geografis yang eksotis, dan promosi kepada segmen yang tepat membuat pembangunan hunian menengah-mewah vertikal amat sangat masif di kota ini.
sesuatu yang membuat mudah sekali menemukan mock up interior kamar tidur atau dapur di pinggir jalan. display promosi para vendor interior di Kota ini.
diantara itu semua, industri cafe juga tampil tak kalah cantik. ribuan video bisa kamu temukan di tiktok hanya bermodal keyword "penang aesthetic cafe".
namun Jing-Si books and cafe seemly is under the radar. saya dan Fatimah tidak sengaja menemukan tempat ini ketika jalan kaki dari Lebuh Pantai menuju Padang.
interiornya yang "Cina Banget" menarik perhatian saya dan saya pun mengajak Fatimah untuk mampir. cafe ini, suasanya "beda". ada kelas tersendiri yang dihembuskan vibes tempat ini. seperti sebuah kalangan tertentu yang ingin menyapa dan memperkenalkan diri.
bagi saya, masuk ke Cafe ini berasa diajak masuk ke rumah orang kaya lama beretnis Tionghoa. relevan, rapi, dan memiliki aura kekayaan tak terbantahkan.
saya betul-betul terhipnotis oleh vibes dari tempat ini. ada persuasi sistematis di balik tata letaknya yang rapi. keramaian dalam hening. cafe ini ramai, namun setiap pengunjung "ditekan" oleh suasana untuk "well behave". ada intimidasi yang menyihir yang belum pernah saya rasakan seumur hidup saya.
kami masuk dan disambut oleh semacam "tour guide" yang meminta kami untuk melepas sepatu dan meletakkannya di tempat yang sudah disediakan. kemudian saya dan Fatimah ditemani dan diajak berkeliling oleh salah seorang dari mereka. perempuan dengan mata bening namun tidak terlalu mahir berbahasa inggris.
belakangan saya sadari, para tour guide di sini tidak menemani semua pengunjung yang datang. entah profiling macam apa yang mereka lakukan untuk memutuskan pengunjung mana yang ditemani berkeliling dan yang mana yang dibiarkan berkeliling sendiri.
basicly tempat ini adalah campuran dari beberapa fungsi bangunan: tempat ngopi sekaligus flagship tea house, meeting room (open and private), toko souvenir dan oleh - oleh eksklusif, toko buku dan ATK, juga tempat makan yang proper.
every details is so philosophic. turns out ternyata tempat ini dikelola oleh yayasan Tzu Chi yang berasal dari Taiwan. tour guide yang menemani saya dan Fatimah menceritakan riwayat hidup master Cheng Yen (pendiri yayasan) dan semangat berbagi beliau yang menjelaskan relevansi beberapa detail yang hadir di interior tempat ini.
saya belajar tentang kebijaksanaan dan kedermawanan di tempat ini. bahwa menjadi bijaksana dan dermawan tidak perlu diberikan aksesoris yang dramatis dan teatrikal. you can be wise and being philantropic but still classy and quiet at the same time.
maybe this is the spirit of this place. stay quiet, but confident in your class. contributes without making loud.
kembali ke interior, tempat ini menarik perhatian saya karena memiliki dua bar yang terpisah. coffee bar yang terletak di depan dekat pintu masuk. serta tea bar yang berada jauh di dalam persis di bawah tangga.
ah, this is my tea sanctuary that I was looking for.
saya tuh anaknya nggak "kena" filosofi kopi seberapapun saya mencoba. I do drink coffee on my daily basis. but moreover, I find a peace on tea.
maybe they were true. coffee to go. tea to stay.
all in all, tempat ini adalah salah satu highlight yang paling saya syukuri dari perjalanan saya ke Penang di awal tahun 2024 itu. sebuah kunjungan tidak sengaja namun benar - benar membentuk diri saya yang hari ini.
tentang teh, kebijaksanaan, and how to be confident with whatever God gives to me.
terima kasih sudah membaca sampai sini, saya sangat senang bertemu dengan kamu dalam maya. semoga kita bisa bertemu dalam nyata ya !
Bontang, 1 Desember 2025
Riffat Akhsan
Subscribe to:
Comments (Atom)

























Search