agama
13 December
gambar diambil via pixabay
saya nggak mau bilang apa-apa melihat kenyataan blog saya yang berdebu ini.
saya emang udah nggak ngoyo lagi mau nulis, kalau saya mau ya saya nulis. kalau nggak ya nggak papa.
oke, jadi saya mau cerita soal teman saya.
yang bercadar.
eh, jangan pergi dulu. disini saya nggak mau nyinyir sama rombongan 212 beserta almuninya seperti kebanyakan kelas menengah ngehek. atau mau ngejelekin pandangan agama seseorang seperti mereka yang tidak memahami agamanya sendiri itu.
disini saya mau cerita tentang hubungan interpersonal antar manusia.
jadi di kampus saya yang sekarang, saya punya teman yang pake cadar. sebut saja namanya Bunga. nah Bunga ini satu satunya manusia bercadar di jurusan saya. dia nggak punya teman, nggak juga haus membuktikan bahwa dia bisa tanpa teman.
dia, hanya nggak terduga.
jadi di suatu maghrib dia ribut hubungin saudara kembar saya, yang dengan kokoh tak tertandingi mendeklarasikan untuk mengerjakan tugas besar lapangan terbangnya SENDIRIAN. disaat yang lain mengerjakan tugas besar ini dengan anggota kelompok minimal sepuluh orang.
Bunga maksa mau jadi anggota kelompoknya Fatimah, si Fatimah kan sensi ya dimohon-mohonin kayak gitu. jadilah si Bunga ini sering kena marah Fatimah karena dia nggak mau direpotin sama ribetnya kelompokan. tapi Bunga nggak nyerah, dia kejar Fatimah sampe kayak apaan. sampai akhirnya Fatimah mau kelompokan sama dia.
singkat cerita, Bunga emang komitmen untuk jadi anggota kelompok Fatimah, dia selalu datang tepat waktu ke kosan kita dan mengerjakan semua yang Fatimah suruh. like a boss banget lah sodara kembar saya ini. mana dia kalau ngomong ke Bunga itu selalu ketus lagi. huh.
tapi Bunga nggak pernah marah sama Fatimah, dia bilang ke saya meskipun Fatimah orangnya nyelekit, tapi dia tau Fatimah hatinya baik.
karena besarnya tugas perencanan lapangan terbang ini, maka frekuensi Bunga ke kosan kita tinggi. ya jadilah saya banyak ngedengerin cerita Bunga.
termasuk alasan dia untuk bercadar.
Bunga ini bukan tipikal perempuan perempuan bercadar yang biasa saya temui. dia nggak pernah sekalipun ngeluarin ayat atau hadist ke saya. dia juga tidak menghakimi pilihan saya yang memakai jilbab sebatas leher dengan celana jeans dan blouse sifon berlengan 3/4. di saat yang sama ia juga tidak berusaha meninggikan dirinya yang bercadar dan berpakaian serba kelebihan kain seakan ia lebih baik dari saya.
dia cerita keputusan bercadar ini juga masih dalam keadaan bingung. karena maksud hati nurut ayahnya, namun ibunya sampai hari ini kekeuh nggak ridho ia bercadar.
Bunga jujur cerita ke saya kalau orangtuanya berbeda prinsip dalam pandangan agama.
****
saya jadi inget omongan sinis teman waktu saya pacaran sama kokoh.
"Riffat, kamu tuh ya pacaran beda agama. sama tionghoa pula. di Indonesia ini, jangankan pacaran sama tionghoa katolik. sama sama muslimnya pacaran aja yang cowok muhammadiyah yang cewek NU mereka bisa nggak jadi nikah kok !"
jleb jleb jleb.
dan ini terjadi di orangtua teman saya Bunga. orangtua Bunga bercerai karena pandangan agama.
Bunga terpaksa menjadi tulang punggung di usia awal dua puluhan. iya, kerjaan dia bagus di kementerian urusan proyek konstruksi tingkat provinsi yang ngasih dia gaji cukup dan previlage perjalanan dinas kemana mana.
pekerjaan dengan mobilitas tinggi ini nggak sebanding sama beban fisik dan psikisnya. suatu hari Bunga mengalami kecelakaan motor sehingga mulai saat itu Bunga jadi harus nunggu dijemput dan diantar kemana mana sama ibunya.
makin pelik lah hidup teman saya ini.
ia memilih untuk bersama ibunya, dengan seorang adik yang bekerja sebagai kurir dan bingung bagaimana harus membayar kuliah semester depan. Bunga bertanggungjawab untuk membayar kuliahnya sendiri dan seorang adiknya. serta menanggung finansial seluruh urusan dapur dan rumah tangga.
sebenarnya ia tidak harus menanggung ini. namun ia dengan sadar mengambil keputusan ini. memilih hidup bersama ibunya yang menjanda, namun tetap menjaga hubungan harmonis dengan ayahnya dan keluarga baru ayahnya.
saya bukan tipikal orang yang segitunya mau tau urusan keluarga sampe yang kayak gini. tapi keterbukaan Bunga bikin pikiran dan pandangan saya terbuka.
awalnya juga saya biasa aja dengan kehadiran Bunga. keberanian dia menemui dekan untuk meminta izin belajar dengan memakai cadar, dan dengan patuh ia turuti arahan dekan untuk tidak menyebarkan paham apapun itu yang menyangkut cadar serta bersedia membuka cadar di kelas jika dosen yang bersangkutan mengharuskan untuk beliau (dosen) melihat wajah setiap mahasiswa yang beliau ajar.
keberanian dia cukup mengesankan, tapi saya masih biasa aja karena saya pikir itu sudah risiko dia.
sampai akhirnya pada suatu hari saya mengalami emergency dan Bunga adalah orang pertama yang menolong saya tanpa berpikir. begitu dia tau saya ada emergency, dia langsung tolong saya.
disana saya angkat topi buat dia.
****
pertemanan saya dengan Bunga membuat saya banyak berpikir. banyak merenung, dan banyak menyesal.
saya banyak berpikir tentang konsep menikah untuk kesempurnaan. karena faktanya orangtua Bunga menikah karena perjodohan, pastinya lah semua terlihat sempurna. kesempurnaan itupun akhirnya berakhir dengan jalan yang dibenci tuhan, menghancurkan psikis anggota keluarga, dan menghancurkan konstruksi finansial keluarga.
dari Bunga saya jadi sadar bahwa "menikah" adalah buah dari konsep hubungan dewasa. bukannya cinta sesaat, apalagi cinta monyet jaman SMA. keputusan menikah harus hadir setelah kontemplasi dengan diri sendiri. tanpa intervensi siapapun.
bahwa konsep "seiman" bukan hanya tentang satu agama. tapi juga satu pandangan ketuhanan, baik secara tauhid, syariat dan hakikat.
menikah juga tentang kristalisasi dari perpaduan ketertarikan fisik, kenyamanan pribadi, dan kemampuan negosiasi.
karena sebelum memutuskan menikah kita harus punya kriteria, kemauan, dan kemampuan untuk mewujudkan itu.
intinya, menikah itu nggak mudah. nggak semudah dengerin lagu Akad nya Payung Teduh atau dengerin Badai Romantic Project yang judulnya "melamarmu".
saya juga banyak merenung. kita hidup tuh maunya yang seperti apa ?
semua pilihan dalam hidup hadir dengan keuntungan dan risiko yang seimbang. karenanya kita bersandar pada "kecenderungan".
saya jadi mengerti apa kata ustad saya jaman mondok di Darul Ulum dulu ; hidup itu harus punya impian. biar nggak jadi layang - layang yang cuma ikutan angin.
di jaman sekarang susah membedakan mana impian, mana nafsu untuk bisa sama dengan orang lain. nafsu untuk membuktikan diri bahwa "saya juga bisa" pada dunia. mungkin itulah kenapa kita harus rajin sholat dan berdoa. karena dari sana kita benar benar berada pada titik nol dan sangat objektif untuk benar benar mempertimbangkan sesuatu. dari sholat juga saya sadar bahwa itulah sarana kita menghubungkan masalah dengan tuhan.
terakhir, yang saya berperang untuk mengakuinya.
saya banyak menyesal.
bahwa saya gagal dalam menerapkan apa kata kakek Pram "adil sejak dalam pikiran".
sekali lagi, saya gagal untuk lebih sabar menunggu sebelum mengeneralisasi bahwa semua yang bercadar itu menyebalkan dan dangkal dalam memahami esensi sesuatu. manalah ngerti saya ini kalau ternyata paham menyebalkan dan dangkal itu lahir dari pendidikan agama dalam keluarga yang rapuh. itulah mungkin yang menyebabkan golongan sana begitu fanatik.
saya lupa mungkin diluar sana ada Bunga Bunga lain yang serupa. yang melewati banyak sekali obstacle dalam hidup. yang getir dengan pilihan pilihan sulit. yang didewasakan oleh kenyataan. terlepas dari cadar/jilbab/apapun yang ia kenakan.
saya sudah sentimen duluan dengan mereka yang bercadar, tanpa ingat bahwa mereka juga manusia yang punya alasan kuat di balik setiap keputusan. saya gagal untuk objektif dalam sisi humanisme golongan yang ini. yang saya lihat adalah mereka sekedar korban dari doktrin tertentu. mereka adalah robot yang diduplikasi atas nama agama. saya lupa, kalau mereka juga manusia. sama seperti saya.
bahwa selama ini saya lupa kalau setiap orang berhak untuk merdeka dalam berkeyakinan selama tidak melanggar hukum Agama dan Negara.
kita hidup dalam kodrat heterogenitas. dalam upaya dinamis masyarakatnya untuk memaksakannya menjadi homogenitas.
jadi, apakah berlebihan kalau saya bilang saya dan kita semua punya masalah "primitif berkemasan modern" ?
Samarinda, 13 Desember 2017
Riffat Akhsan, yang masih harus terus belajar lagi untuk mengenal dunia.
NB : Bunga bersedia ceritanya saya tulis di blog.
13 November
![]() |
Sumber Gambar |
banyak yang request ke saya minta saya nulis tentang ini dari sudut pandang saya, sebagai seseorang yang pernah mengalami cinta beda agama..
![]() |
Sumber gambar |
cinta beda agama ? gimana ya rasanya ? kalau menurut saya sih rasanya jungkir balik ya, saya adalah seorang muslim yang taat dan mas mantan adalah seorang katolik yang taat. kami bertemu di mata kuliah bagian eker eker tanah dan akhirnya memutuskan untuk jalan bareng karena sama sama cinta.
sama halnya dengan keyakinan memeluk agama atau tidak beragama, cinta pun seperti itu. tuhan memang luar biasa. DIA berhak menanamkan cinta dalam hati semua makhluk, tidak terkecuali untuk mereka yang menyebut tuhan dengan nama berbeda.
saya dan mas mantan sama sama kaget dengan perasaan kami masing masing, kenapa kami bisa saling cinta ? akhirnya kami memutuskan untuk jalan bersama sampai waktunya "cukup". ibarat makanan, ketika kita dilarang memakan sesuatu tapi kita luar biasa pengen, kita nyicip dikit sekedar biar tau rasanya biar gigi kita nggak patah. saya dan mas mantan kira kira juga seperti itu.
di awal awal banyak banget yang nyinyir ke saya (mostly yang naksir mas mantan), saya dikatain gila, nggak malu sama jilbab kok mau maunya jalan sama orang kafir. banyak akun anonim yang nge-tag saya ke foto atau kutipan hadist yang kira kira bunyinya gini "lebih baik hamba sahaya hitam legam tapi muslim dibandingkan putih rupawan tapi kafir"
saya dan mas mantan dari awal sudah tau bahwa hubungan ini nggak akan kemana mana, saya yang waktu itu babak belur gara gara si itu playing victim dan akhirnya saya digossipin cinta nggak berbalas, dan mas mantan juga babak belur sama si onoh yang selingkuh sama sahabatnya. kami hanya ingin berterima kasih pada tuhan atas "penyembuh luka" dengan cara kami sendiri.
hubungan kami luar biasa manis, mas mantan bukan orang yang romantis. dia adalah pemikir yang sulit untuk mendapatkan lawan bicara yang sebanding, dan saya adalah seorang yang suka berbicara namun seringkali lawan bicara saya nyinyir di belakang hanya karena ia tak mampu mengimbangi saya. dan kami adalah dua orang pemikir dan pencerita yang dipertemukan oleh tuhan. bareng mas mantan saya bisa ngobrol sampai berjam jam hingga lupa waktu. kami membicarakan tentang apapun, mulai dari konstruksi (iya mas mantan profesinya kontraktor), politik, ekonomi, gaya hidup, hingga...... agama.
mas mantan bukan tipe cowok idaman yang bisa bikin pasangannya melambung tinggi di angkasa dengan perlakuan istimewa. setidaknya ini 10 hal yang dilakukan mas mantan yang bagi saya itu sudah lebih dari cukup.
![]() |
sumber gambar |
tulisan di atas asli pernah saya alami, meskipun nggak persis. jadi waktu itu ceritanya kita janjian ketemu di suatu tempat, kalau nggak salah waktu itu mepet maghrib. kita ngobrol banyak, sampai akhirnya adzan maghrib berkumandang. trus mas mantan bilang "yang, udah maghrib nih. kamu shalat dulu sana, ntar kita lanjut lagi. aku biar nunggu sini" yang saya jawab "oh, oke"
MAAAAK SAYA JALAN SAMBIL NAHAN HATI YANG KEGORES GARA GARA OMONGAN DIA, PERIH PARAH BET
waktu ramadhan juga gitu, ceritanya besoknya saya mau pulang ke rumah bontang buat lebaran. trus sorenya dia ngajak buka bareng, kita buka puasa bareng. dan ketika makanan dan minuman datang, kami yang duduk berhadapan berdoa sesuai agama dan keyakinan masing masing.
disana pun saya dipandang dengan tatapan aneh.
![]() |
sumber gambar
seiring berjalannya waktu, saya dan dia menuai tanda tanya dari orang orang dekat. lingkungan saya yang bingung kenapa saya jalan sama dia dan lingkungan dia yang bingung kenapa dia jalan sama saya. kami sering ditanya "hubungan kalian mau dibawa kemana ?" yang dilanjutkan dengan "toh putus sekarang atau nanti sama aja sakitnya". yang hanya bisa kami tanggapi dengan sebaris senyum tipis. semua mengalir alami selayaknya hubungan pada umumnya.
hubungan saya dengan mas mantan yang ini adalah hubungan terbaik yang pernah saya alami, salah satu rekanan saya yang bisa membaca tarot dan past life berkata bahwa saya dan mas mantan adalah sepasang suami istri dalam kehidupan past life. itulah kenapa apapun yang saya jalani dengan mas mantan terasa alami, terlalu alami malah. entahlah saya juga nggak ngerti.
gambar saya ambil dari : http://ask.fm/Nilame/answer/119357868711
hubungan kami berjalan cukup lama, yang artinya perasaan satu sama lain menjadi semakin dalam. ketika itu salah satu dari kami sudah ada yang goyah dan berpikir untuk pindah agama, yang kemudian setelah kami berpikir....
"pindah agama bukan keputusan main main, keputusan tersebut berdasar pada keyakinan. mungkin terkesan hanya status, tapi keyakinan dalam hati nurani tidak pernah bisa membohongi"
|
saya dan mas mantan kemudian memutuskan berpisah dengan baik baik, kami berpikir sudah cukup tuhan mempersatukan kami. kini sudah saatnya kami kembali dengan lembaran baru kisah cinta yang lain.
sampai hari ini hubungan kami masih sangat baik, terakhir saya mengucapkan selamat ulang tahun ke mas mantan yang ditanggapi dengan sangat exiting. ah cinta memang bisa seunik ini.
kenapa saya menulis ini ? sebagai pelaku pacaran beda agama, saran saya biarkan semuanya mengalir sampai dengan sendirinya menemui ujung. tuhan tidak pernah jahat, pun dengan agama. semua diatur demi kebaikan kami semua.
saya tidak memihak pada pandangan manapun, saya tidak menyarankan untuk terus lanjut menikah dengan perbedaan agama, dan saya juga tidak menyarankan untuk mengakhiri hubungan karena perbedaan agama. semua kembali pada individu yang menjalani.
saya disini hanya berbagi pengalaman, sebagai muslim taat yang pernah menjalani hubungan dengan katolik taat. sebatas itu.
jalani saja semua, karena tuhan selalu membimbing setiap langkah kita. pun dengan dia yang menyebut tuhan dengan nama berbeda.
jadi cinta beda agama rasanya gimana fat ? perih perih rindu
Surabaya, 13 November 2015
Riffat Akhsan
23 August
![]() |
Sumber Gambar |
dengan dia yang berbeda, tuhan ajarkan arti dari sebenar benar setia. meski tak lepas dari prasangka. apakah hubungan ini benar benar bisa bersama. pada akhirnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Search