coffee
22 September
Kita Tau Rasanya Apa, Tapi Kita Susah Menjelaskan Bagaimana.....
adalah jawaban yang diberikan Ismail Putra Panggua ketika saya bertanya kepadanya apa perasaan terdalamnya tentang kopi.
Putra, sebagaimana saya memanggilnya, adalah seorang Q Arabica Grader yang terdaftar resmi di Specialty Coffee Association. Bagi saya, Putra yang usianya sebaya adik bungsu saya ini adalah demystified yang menjelma jadi nyata.
sulit menemukan penilai kopi: yang dari ujung pulpennya nasib harga kopi per gram nya ditentukan. dan Putra adalah satu dari dua Q Arabica Grader di Kalimantan. saya harus bangga pada Kota Bontang yang memiliki Putra Pangguan.
Kopi Terenak: Arabika Cianjur
di Laborative Roaster miliknya yang terletak di dekat simpang Bukit Sekatup Damai PKT, saya diajak untuk mencicipi Kopi Arabika Asal Petani Cianjur yang di grind manual sendiri oleh Putra dan disajikan dengan metode V60.
saya yang agak-agak kagok tapi kepo banget soal kopi belajar mencecap rasa dengan ketajaman indra seadanya ini. Putra lalu bertanya apa aftertaste dan rasa yang paling dominan dari mutiara hitam yang ditanam ini.
saya jawab: madu.
bukan madu kak, ini rasa nektar. kakak tau kan jaman kita kecil dulu suka "makan" bunga Asoka karena rasanya manis ? nah itu nektar.
saya terperangah dengan jawaban Putra. dari sana diskusi tentang rasa mengalir. sebenarnya agak sulit menjawab bagaimana cara Q Grader bekerja. karena basicly kopi adalah makhluk tuhan. namun, tuhan memberikan ilmu mencecap indra (cupping) untuk membantu kita meraba kopi.
saya yang awam hanya tau kopi arabica itu manis dan kopi robusta itu pahit. ternyata, kopi tidak sesederhana itu. unsur penyusun kopi adalah pahit dan asam. namun, rasa manis "keluar" dari kopi jenis arabica adalah karena lokasi dimana ia ditanam tergolong tinggi. sehingga less hama. sementara robusta bertempur dengan berbagai tempaan sehingga menciptakan pahit yang kuat, namun menjadi bahan terbaik untuk barista mencurahkan keterampilannya meracik kopi.
Jatuh Cinta dengan Liberika
di sini, saya mengenal Kopi Jenis Liberika: lebih manis dari Arabica namun tidak sepahit Robusta.
berbatang kuat dan berdaun lebar. Liberika mampu tumbuh bahkan di level 0 mdpl. namun, kopi adalah makhluk tuhan paling sensitif. Liberika pun tidak terkecuali.
Putra bercerita, Liberika pertama yang dicicipinya memiliki rasa lumpur. Liberika lainnya asin karena ditanam di pinggir pantai. sampai akhirnya ada Borneo Liberika dari Berau yang menguarkan rasa nangka dengan sempurna.
saya jatuh cinta dengan Liberika. kopi murah terlupakan di jaman dulu yang kini merangsek menjadi primadona dunia kopi dua tahun terakhir.
saya semakin jatuh cinta dengan Liberika setelah menonton video penjelasan dari Dr. Steffen Schwarz. seorang Coffee Consulate in Germany that has more than 20 years of experience in the industry. sayang, beliau meng-highlight Liberica milik Malaysia. karena negeri jiran duluan lah yang mencoba mempopulerkan kopi jenis ini.
try me. at least once in a lifetime cobalah kopi susu Liberika.
All in All, I Love Coffee More..
mengenal kopi lebih jauh menyalakan mimpi saya yang sempat redup: saya ingin memiliki resort di tengah perkebunan kopi.
namun, pertemanan dengan Putra dan kunjungan (nyaris) rutin ke Laborative Roaster membuat saya semakin mencintai kopi karena menemukan berbagai anomali.
saya kini lagi hobi sekali menyeduh kopi Robusta Agropuro dengan metode Vietnam Drip kesukaan saya. kenapa ? karena kopi ini begitu manis meskipun jenisnya robusta. lebih jauh, ia aman untuk asam lambung saya.
well, karena liberika begitu sulit dicari.
belajar tentang kopi bukanlah seperti narasi indi senja kopi dan mentari. tapi lebih kepada morfologi tumbuhan, karakteristik biologis, dan lingkungan hidup.
kopi tanpa filosofi, lebih nikmat untuk dipelajari.
Bontang, 22 September 2022
Riffat Akhsan, -- yang ngantuk sekali dan ingin minum kopi
06 September
bukan hal baru, saya harus lembur di hari Minggu. biasanya situasi begini saya kombinasikan dengan so called self reward. dimulai dari saya makan paket bento di restoran Jepang kesayangan saya. dilanjutkan dengan ngopi sambil kerja di waralaba kopi terkenal dunia. yang berada tepat di seberang restoran Jepang itu.
but this month is a whole new level. it's more advance. saya nggak bisa plan kapan dan dimana mau kerjakan kerjaan kantor yang deadline nya membuat saya ingin menangis.
seperti tadi malam. jam sepuluh malam saya diminta membuat jadwal pelaksanaan lengkap dengan bobotnya. dokumen tersebut harus selesai paling tidak dini hari. karena dokumen akan diupload pukul tujuh pagi. sebagai kompensasi, saya diizinkan berangkat siang ke kantor.
it was a crazy project planning, lima jam saya berkutat dengan penjadwalan lima puluh orang tenaga ahli ditemani sinetron ikan terbang yang ceritanya cringe tapi ampuh mengingatkan saya untuk selalu bersandar ke tuhan. mission imposibble itupun selesai di pukul tiga dini hari. saya lalu segera shalat tahajud dan hajat. terserah bagaimana malaikat mengkalkulasi. terserah aja hitungan amal dan bobot doa saya jadi berapa.
saya tidur, shalat subuh, kemudian tidur lagi. saya benar - benar bangun di pukul setengah sembilan pagi. saya lalu mandi dan menyelesaikan amalan pagi saya di waktu duha tersebut. pukul sepuluh saya tiba di kantor dengan mata masih digantungi anak gajah. pekerjaan mudah yang sebenarnya bisa saya kerjakan sendiri, saya deliver ke kid fruit. sebuah ketumbenan yang hakiki. saya sampaikan kalau mata saya masih menolak membuka, sekalian saya mengajarkan hal baru kepada mereka.
pukul dua belas siang, saya on the way ke kantor dewa pembangunan. it was very sleepy day. saya berasa seperti orang jet lag. mata saya terbuka tapi ngantuknya luar biasa. saya lalu melipir untuk membeli kopi.
nescafe.
harganya hanya sepersepuluh kopi waralaba kecintaan saya. mereka (nescafe) mengeluarkan dua varian rasa baru : caramel machiato (kadar kopi paling rendah) dan rasa latte (kadar kopi tepat di atas caramel machiato)
saya coba keduanya. sobat asam lambung seperti saya ini sebenarnya agak perang sama nescafe karena kopinya yang strong. cupu kan saya. tapi ntah kenapa saya ada feeling bagus dengan kedua rasa baru ini.
caramel machiato saya beli atas hasutan kid fruit saya yang ngomel rasanya terlalu manis tapi mirip rasa kopi waralaba. sementara rasa latte dia nggak beli. saya sendiri, membeli rasa latte karena dimana - mana rasa caramel machiato habis. untung saya dapat stok terakhir sebotol caramel machiato.
bagi saya, benar apa kata kid fruit saya : kopi ini manisnya persis manis waralaba. meskipun asam lambung saya selamat, tapi untuk kadar kopi, toleransi saya masih lebih kuat dari ini. saya lalu mencoba rasa latte yang sudah berkali - kali saya beli karena di saya ini lebih oke kadar kopinya, serta aman untuk lambung saya.
namun hari ini adalah pertama kalinya saya mencoba nescafe rasa latte untuk menjadi penawar jam Cinderella versi ekstrim saya.
and it works...........
untuk ukuran kopi instan seharga lima ribu rupiah nambah dikit ini oke. dia berhasil mengganjal mata saya dari rasa kantuk dan membantu saya tetap fokus menjalani rapat dengan dewa pembangunan. kopinya enak dan terasa premium. bukan terasa seperti bubuk kopi dicampur air yang mana itupun tidak menyatu.
rasa latte dari nescafe berhasil mengembalikan hubungan saya yang retak sebelumnya dengan brand ini. kini ia menghadirkan kopi enak, murah, aman untuk sobat asam lambung seperti saya.
boleh banget ini dipertimbangkan untuk menawar kegilaan - kegilaan lembur selanjutnya. thank you nescafe for produce this incredible product !
terima kasih sudah membaca, have a nice day !
Balikpapan, 6 September 2021
Riffat Akhsan -- yang pulang kantor mau ngopi di pantai
Subscribe to:
Posts (Atom)
Search