kenangan

19 July


pagi ini Bontang hujan lagi, tidak seperti di Surabaya yang setiap hujan selalu membuat mood saya hancur karena harus mereschedule meeting diluar akibat jalan yang derajat macetnya naik, hujan di Bontang tidak begitu. dengan santai saya bisa bengong di teras belakang rumah menghadap derasnya hujan di halaman belakang.

kata umi, kalau diperhatikan hujan yang jatuh melewati bilang pohon jati serupa jarum, kemudian jatuh ke tanah serupa air mata.

hujan dan air mata.

tuhan memberikan hujan berjuta makna, ada yang langsung puitis karena roman roman dingin mancing yang diciptakan hujan, ada yang baper mantan (kalau saya sih baper habis kelar nonton drama korea oh my venus sih, jadi baper se ada ada liat mbak shin min ah sama akang so ji sub), ada yang mellow karena jomblo (duh kayak nggak penting, tapi percayalah di luar sana ini banyak terjadi),

jadi, apakah benar hujan adalah air mata alam ? atau pancingan untuk air mata jatuh ?




Bontang, 19 Juli 2016



Riffat Akhsan

22 December



ibu saya suka sekali membaca, oh iya beliau juga suka sekali menulis. beliau selalu cerdik dalam mengolah makanan. ibu saya adalah ibu yang tegas. beliau tidak pernah membentak, tapi beliau sangat ketat soal reward and punishment. setiap saya melakukan kesalahan, pasti saya sudah salah tingkah, ibu saya hanya tersenyum dan berkata "kakak tau salah kakak apa ?" dan saya jawab apa bentuk kesalahan yang saya lakukan, alih alih memarahi, beliau malah membantu saya mencari solusi untuk mengatasi kesalaha yang sudah saya perbuat.

21 November


sewaktu saya berkunjung ke Bromo saya menyempatkan diri untuk membeli bunga Eidelweiss.

konon katanya, Edelweiss adalah lambang keabadian.


Faizah and Her Enchanting Journey | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi