surabaya

17 September



beberapa minggu terakhir hidup saya berlalu dengan sangat cepat, lompatan antar kejadian terjadi secepat angin hingga rasanya saya tidak bisa benar benar merunut, apa yang sedang terjadi di hidup saya sekarang ?

sabar dulu, sabar. biarkan saya inhale and exhale sambil merunut kejadian pindahan saya satu persatu.

saya resign dari perusahaan IT
yak, berawal dari saya resign dari perusahaan IT yang ituh dan kemudian dua bulan saya di rumah Bontang dengan kegiatan makan-tidur-shalat-internetan-nonton korea-jalan jalan ke Bontang kuala

dengan gratis, alias dengan sokongan dana penuh dari orang tua saya....

tawaran untuk kembali ke perusahaan di Kaltim dan menangani proyek konstruksi
umi saya waktu itu sempat nyelatu "kak kamu ngantor kek ke proyek gitu daripada tidur tiduran nonton korea gitu"

tidak lama setelah itu abah saya tanya tanya kalau ada kesempatan ngawasin proyek Bendungan di daerah Kutai Timur kira kira mau nggak ? ya nggak harus tiap hari stand by di proyek, paling nggak seminggu sekali lah ngecek laporan mingguan.

ya contoh kayak di Rantau Pulung, sebuah kecamatan nun jauh di utara Kota Sangatta yang dari Bontang hanya bisa ditempuh dengan perjalanan darat paling singkat tiga hari perjalanan.

trus saya mikir mikir, ya emang passion saya di konstruksi sih. saya juga masih muda, belum kepikiran buat nikah pula. menghandle proyek konstruksi di Kalimantan Timur kayak lebih ngasih value aja gitu rasanya di hidup saya. sebuah personal achievement yang saya sendiri nggak bisa ungkapin persisnya bagaimana. ini soal rasa.

kartu AS yang membuat saya mantap mencoba hal baru adalah statement orang tua saya "kak,  kamu sudah sepuluh tahun lho di Jawa Timur nggak kangen deket deket rumah aja ?"

ditambah dengan statement mutlak dari guru spiritual keluarga kami "kembar pindah aja, pindah kuliah di Samarinda. sekalian bantu perusahaan di sini. dekat rumah, nggak terlalu khawatir lagi orang tua"

dan kemudian di akhir agustus saya resmi pindah kuliah dari Surabaya ke Samarinda
saya cuma dikasih waktu satu minggu untuk urus berkas pindahan, ngepack barang, sekalian bertemu dengan beberapa teman dekat untuk pamitan.

satu minggu terhectic sepanjang hidup saya, ke kampus urus berkas - ke kopertis ngajukan berkas - ke pasar wonokromo cari kardus dan plastik pak pak an - di rumah misahin barang mana yang harus dilego mana yang harus dinaikin kargo dan mana yang harus dibawa secepatnya masuk dalam bagasi pesawat dengan risiko seefisien mungkin biar nggak overweight - balik lagi ke kampus minta tanda tangan pejabat rektorat - ketemuan sama temen temen sekalian makan bareng - pulang ke rumah ngepack barang - ngelego barang - jual kendaraan - cek cek in perusahaan kargo teraman termurah yang bisa nganterin barang saya sampe rumah - nangis karena udah banyak banget kenangan di surabaya - nyempatin makan dan datang ke tempat tempat yang kemungkinan besar nggak akan lagi saya datengin sebagai turis di waktu mendatang

dan akhirnya mendarat dengan selamat di Balikpapan setelah sebelumnya ketahuan overweight bagasi yang saya dan Fatimah akalin dengan nawarin check in kan penumpang pesawat yang sama yang kebetulan nggak bawa bagasi.

bolak balik Samarinda - Bontang udah kayak setrikaan untuk akomodir persiapan kuliah 
saya kayaknya udah qualified deh jadi supir travel Samarinda - Bontang PP karena saya yang sudah hapal segala lobang dan jalan amblas serta bagaimana caranya tetap tenang mengendalikan setir di daerah gunung menangis yang mana terkenal dengan jalur neraka karena elevasi gunung tersebut yang sangat curam, 85 derajat.

nggak tau deh energi dan stamina darimana saya sanggup menempuh 120 kilometer jalur Samarinda - Bontang. dua hari di Samarinda, empat hari di Bontang, trus ke Samarinda lagi seminggu, trus balik lagi ke Bontang tiga hari.

gitu aja terus sampe air sungai mahakam kering.

kalau ditanya, punya dopping atau apa gitu kok kuat jalanin kenyataan ini ?

jawabannya cuma satu : tolak angin yang warna kuning.

terima kasih Sidomuncul, telah mempersembahkan tolak angin untuk dunia.

orang pintar minum tolak angin, bukan yang lain.

*tsaaah* sungguh ini bukan postingan berbayar.

apakah ritme PJKA a.k.a pulang jum'at kembali ahad adalah gaya hidup baru saya ?

menurut ngana ? kayaknya enggak deh. remuk badan urang.

dan urusan kampus di Samarinda masih berlanjut dengan konversi dan segala dramanya
akhirnya orangtua saya mengeluarkan warning "udah sebulan sekali aja pulang ke Bontang. stay aja sudah di Samarinda"

dengan segala pertimbangan, saya memutuskan sudah waktunya saya mengenal dan explore tempat baru dimana saya kuliah dan bekerja saat ini.

kesasar sasar sampe ntah kemana, mengenal dimana saya harus fotocopy bahan kuliah, dimana tempat makan murah enak dan nyaman, dimana ngemall yang asyik, dimana diskonan barang branded super murah.

yang akhirnya menginspirasi saya untuk mulai menuliskan seri : KALAU KE SAMARINDA MAU KEMANA ?

soon, saya janji untuk lebih banyak menulis tentang bumi etam, bumi dimana saya lahir dan besar. bumi dimana saya kembali meresapi rasa bahasa banjar yang memang menjadi identitas kesukuan saya, kembali mencecap asa "bubuhan dan kakawalan" yang hilang selama sepuluh tahun kebelakang.

dan menyadari sepenuhnya : bahwa saya putri kaltim yang kembali dan akan mengabdi ke pelukan bumi etam.

lembaran baru kisah hidup saya dimulai disini dan saya berjanji blog ini akan menjadi saksi tulisan tulisan saya tentang apa yang saya lihat dengar dan rasa di bumi etam ini.

pindahan saya memang mendadak, tapi saya yakin tuhan mau saya kembali untuk kembali bersinar dengan identitas asli rasa budaya saya.

selamat menikmati tulisan tulisan baru saya tentang Kalimatan Timur ya :)



Samarinda, 17 September 2016



Riffat Akhsan

08 June


sudah lama saya nggak ngeblog, kangen juga ternyata.

selama nggak ngeblog trus ngapain ?

makan, tidur, kerja, belajar, pacaran (harus banget ini disebutin), mengamati tingkah laku alam dan manusia.

tentang blog, semakin kesini saya semakin belajar bahwa saat ini menulis blog untuk diri sendiri adalah sebenar benarnya hadiah untuk diri saya sendiri.

diluar sana banyak yang periuk nasinya berasal dari blog, bekerjasama dengan advertiser dari berbagai brand dengan segmen tertentu, mereka yang berharap mendapat rezeki dari buzzing dari sosial media dan sebagainya.

tapi ternyata saya bukan mereka.

siapa yang tidak bahagia mendapat rezeki dari hobby ? semua bahagia. tapi ketika ada konten "rezeki" dari segala kanal termasuk "hobby", saya tau disana ada tanggung jawab.

dan saya menolak untuk bertanggung jawab (lagi) bahkan dari kanal yang set my soul free.

saya sudah cukup dengan rezeki dari pekerjaan saya, biarlah blog ini benar benar kanal untuk saya dan diri saya sendiri. dimana saya menulis sesuai gaya saya, pemikiran saya, dan pandangan saya.

untuk yang tidak setuju silahkan menulis di kanalnya masing masing.

ada sebuah kebahagiaan ketika saya menulis suka suka saya, mau pakai foto atau tidak terserah saya, mau berapa karakter terserah saya, mau postingan berlanjut sampai part sekian juga terserah saya.

karena setiap orang memiliki kanal ekspresinya sendiri sendiri.

oke balik ke judul awal.

tidak seperti tahun kemarin yang ramadhan saya banyak dihabiskan on site di proyek konstruksi, tahun ini saya banyak di kantor : mengurusi berkas administrasi proyek, membuat dan merevisi penjadwalan proyek, mengecek proggress report, membantu cost control dalam pengendalian mutu waktu dan biaya.

intinya tahun ini tidak seperti tahun kemarin.

kalau tahun kemarin saya sering buka puasa di proyek, tahun ini hampir setiap hari saya buka puasa di masjid kampus. tentu suasananya jauh berbeda.

ada hal hal yang saya temukan di tahun ini yang tidak saya temukan di tahun kemarin, apa saja itu 

1. pengelolaan takjil yang antik

tahun kemarin saya sampai di kampus cenderung ketika jamaah maghrib di kampus mau selesai, kalau tahun kemarin saya jarang mendengar adzan maghrib dan berbuka puasa di kampus, berbeda dengan tahun ini. tahun ini saya bahkan sudah sampai di masjid kampus sepuluh sampai dua puluh menit sebelum adzan maghrib berkumandang.

ternyata takjil kampus dikelola oleh remaja masjid yang menamakan dirinya UKM agama islam ? entah saya kurang paham. mereka adalah para ikhwan dan akhwat bercelana cingkrang dan bejilbab panjang nan berkibar yang kalau shalat cukup memakai bawahan mukenah.

dan mereka selalu merendahkan kami kami yang tidak berjilbab seperti yang mereka pakai melalui sorot mata.

begitu adzan berkumandang, mereka sebagai pengelola takjil menikmati takjil duluan sambil ngobrol ngobrol. setelah dirasa kenyang baru takjil tersebut dibagikan kepada kami kami yang juga berbuka di masjid.

tentu saja dijawab dengan "terima kasih, kami sudah kenyang. kami sudah bawa takjil sendiri kok"

ibarat pahlawan, para pengelola takjil masjid kampus saya adalah pahlawan kemaghriban.

setelah acara bagi bagi takjil tapi telat ini selesai kemudian kami shalat maghrib berjamaah. jadwalnya sih habis shalat kita bakal dibagikan kotakan sebagai salah satu fasilitas kampus.

ketika saya dan rusma mengantri untuk menerima kotakan, kami ditanya "mbak ini jatahnya 2 kotak untuk tiga orang. kalau mbak mau dapat kotakan mbak harus cari temen satu lagi"

sejak hari pertama ramadhan, saya, rusma, dan teman teman lain memutuskan untuk TIDAK LAGI MAU TERLIBAT URUSAN PERTAKJILAN DI KAMPUS.

lebih baik tidak berharap, toh kami masih mampu beli takjil di luar, yang semoga lebih berkah daripada takjil gratisan dari masjid kampus.

berdasarkan apa yang saya pelajari di pondok dulu, kitab kitab kuning tentang adab mengajarkan bahwa hendaknya panitia pengelola takjil mendahulukan mereka yang berbuka dengan membagikan takjil lebih dulu sebelum menikmati takjilnya sendiri.

tapi saya tau pengelola takjil kampus sangat pintar, wong ulama sja mereka abaikan dengan menggali hukum langsung dari sumber aslinya (Al-qur'an dan hadist) dan serta merta menuding muslim lainnya kafir.

2. mendekati jam buka puasa, semakin banyak orang marah di jalan

klakson, saling serobot, menggusur tempat parkir secara serampangan, membentak penjual takjil dengan kasar karena minta dilayani cepat, membeli makanan jauh dari yang sanggup dimakan.

saya jadi bertanya, bukankah lapar memang seringkali memicu amarah. tapi karena itu kan puasa menjadi ujian ?

apakah iya banyak orang yang tidak ikhlas atau bahkan tidak bahagia dengan hadirnya bulan ramadhan ?

3. semakin banyak statement di sosial media yang berujung tudingan.

sok tau, berbicara tanpa tau kapasitas diri, menuding beramai ramai dengan circle sendiri, merasa punya panggung. sosial media membuat mereka yang (ngakunya) berpuasa  tidak benar benar mengerti bagaimana caranya menahan hasrat untuk membenci. diluar menahan lapar dan haus, ternyata mereka tidak menahan apapun.

4. introspeksi diri hanya untuk mereka yang sempat berkontemplasi

ramadhan datang, bagi mereka yang mengerti energi terasa betapa dahsyatnya kekuatan bulan suci ini. ada hal hal yang bersifat metafisika yang sangat sulit dijelaskan lewat logika, tapi itu ada. beruntung mereka yang sempat berkontemplasi cepat tanggap instrospeksi terhadap apa yang dilakukan sebelas bulan lalu.

ada alasan kenapa warung harus tutup ketika bulan ramadhan, demi menghormati bulan suci ini.

saya coba gambarkan secara mudah : ketika bulan ramadhan dan ada warung yang buka, mereka yang berpuasa akan cenderung menjauh dari warung tersebut. nah mereka yang menjauh ini kan jumlahnya tidak sedikit. jumlah yang tidak sedikit ini memancarkan sinyal kuat ke semesta, sinyal berupa "menjauh dari warung" ini di boost oleh energi dashyat ramadhan. efeknya dalam sebelas bulan kedepan warung tersebut akan cenderung sepi pembeli.

bisa dilogika kan ?

untuk mereka yang nyinyir, tentu saja warung tutup adalah gambaran umat muslim yang manja

5. ramadhan hanya untuk mereka yang bersyukur, bukan untuk mereka yang merugi.

berpuasa nyatanya untuk merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang memiliki finansial terbatas sehingga hanya bisa makan sekali sehari atau bahkan tidak makan sama sekali. well sebelas dua belas sama apa yang dirasakan mereka yang workaholic dan sering lupa makan sih.

yang terjadi adalah, berpuasa adalah ajang kulineran untuk buka puasa. membeli makanan sampai mubazir, membeli minuman sampe mubazir, buka bersama di mall sambil ngobrol asyik hingga tidak shalat maghrib, isya dan tarawih. nggak sempat dzikir karena mengejar THR dan bonus kantor, nggak sempat tadarus karena jam kantor mepet.

dan ketinggalan lailatul qodar karena kena macet di tol.

lha terus sisi bersyukurnya dimana ?

saya juga bukan orang yang alim alim banget, tapi saya kok berpikir kalau rugi banget kita nggak memanfaatkan ramadhan minimal untuk menata kalori makan kita *tsaaah dengan berbuka dengan porsi cukup bukan porsi nafsu.

ini saya terapkan dengan memaksa diri tidak minum es waktu berbuka dan hanya meminum air  putih sebagai gantinya karena makanan takjil saya sudah manis manis.

hasilnya lumayan, amandel saya nggak kumat. padahal setiap ramadhan saya harus berperang antara minum es atau siap siap beli obat nyeri telan.

makan secukupnya (kalau kue cukup 2 - 3 buah) sukses membuat saya tidak ngantuk menjalani tarawih. ini kemajuan karena kegalauan di tahun tahun sebelumnya : lebih mending tarawih dalam mimpi atau tarawih di masjid.

tapi trus kelar tarawih diajak jajan martabak sama si kokoh *kraiiiiii* #KapanAkuKurus

bersyukur menyadari bahwa ternyata perut saya tidak segitunya mampu menampung makanan dan minuman yang terlihat enak dan lucu.

bersyukur betapa tuhan sudah begitu adil dengan memerintahkan ibadah puasa untuk memunculkan empati kepada mereka yang finansialnya dibawah saya.

bersyukur yang bangunin sahur bukan alarm, tapi chat di instant messenger yang ternyata efeknya kurang lebih.

bersyukur untuk waktu kontemplatif yang memunculkan keyakinan untuk berdoa karena tuhan maha mendengar.

bersyukur untuk kesadaran kesyukuran di ramadhan tahun ini.

selamat menunaikan ibadah puasa




Surabaya, 8 Juni 2016



Riffat Akhsan

11 February

saya adalah mbak mbak yang super males naik taksi burung biru dan bangsanya karena untuk kantong saya itu masih terlalu mahal, kemudian saya baru benar benar percaya uber masuk ke Surabaya melalui promo code yang dikasih rekanan saya.

wah pucuk dicinta nikahpun tiba !

lalu saya mencoba sign up via iPhone, saya download uber dan register lewat sana, dan nomor mandiri debit saya ditolak. meskipun tutorial register uber dengan kartu debit mandiri masih sangat sulit dicari di internet, tapi saya nggak hilang akal, saya coba sign up via web dan BERHASIL.

berikut tata caranya.

masuk ke www.uber.com


Klik "Start Riding with Uber"


"isi account email dan password" (memang ada pilihan masuk via facebook dan google plus, tapi pengalaman saya paling mudah via manual isi email dan passwordnya)


"isi profile nama dan nomor telepon, untuk indonesia kode area adalah +62"

nah, ini yang paling penting. DI KOLOM CREDIT CARD NUMBER ISIKAN 16 DIGIT PERTAMA NOMOR KARTU DEBIT MANDIRI ANDA YANG ADA AUTHORIZED TANDA TANGAN (BAGIAN BELAKANG) KEMUDIAN CVV ISIKAN TIGA NOMOR TERAKHIR NOMOR DEBIT CARD MANDIRI ANDA.



expiration date ada di kartu mandiri debit anda sebelah depan, postal code digunakan kode pos tempat anda apply kartu debit.

ADD PROMO CODE uberRiffat22 untuk dapat free  Rp.75.000,00 (selama belum expired ya)

kemudian klik create account 

setelah itu nanti ada konfirmasi via email dan nomor telepon.

di bagian validation payment, scan foto bagian belakang kartu debit anda untuk kemudian klik submit.

selesai.

pengalaman saya, kalau pake mandiri debit dan apply via iPhone seringnya ditolak karena mereka membaca as a credit card. tapi itu sih pengalaman saya, mungkin ada yang tidak seperti saya. ya emang jodoh kali ya saya sign up via web :)

meskipun saya sign up dengan debit, kenyataannya saya selalu bayar cash :) kalau nggak ada menu cash di "add payment method" kamu bisa kok diskusi sama supirnya, mereka helpful banget.

banyak mereka yang bahagia memakai jasa uber karena konsep cashlessnya, tapi saya yang nggak punya credit card ini seneng seneng aja kok bayar cash.

semoga uber selalu mempertahankan budaya transportasi mudah, murah, dan nyaman ini.

selamat mencoba :))






Surabaya, 11 Februari 2016




Riffat Akhsan, yang lagi lucu lucunya kemana mana naik uber. 

07 February


surabaya, masih menyimpan sejuta Pesona.


saya masih tidak menyangka dibalik gerai resto Internasional, apartemen dan perkantoran supermewah, sejarah panjang kota tua multietnis, saya masih dikejutkan dengan pesona di pesisir timur Surabaya. dimana saya bisa menyusuri sungai di ujung Gunung Anyar dan berakhir di Selat Madura.



"monggo mbak" sapa petani tambak pada saya, berdasarkan cerita nahkoda kapal, mayoritas masyarakat asli gunung anyar berprofesi sebagai petani tambak, mereka membuka lahan jauh dari keramaian, dan satu satunya akses menuju tambak adalah dengan kapal.




Gunung Anyar baru menjadi daerah yang diperhitungkan semenjak Bandara Internasional Juanda dipindahkan dari timur ke selatan sehingga para pengembang mulai membidik kawasan Gunung Anyar sebagai salah satu daerah potensial investasi di sektor properti.




saya hanya tidak menyangka, hanya berjarak beberapa kilometer dari bandara tersibuk kedua di Indonesia, dimana masyarakat Surabaya menjadi salah satu penentu arah ekonomi dunia dengan properti, bisnis dan segala aset mereka di dalam maupun di luar negeri terdapat daerah yang masih begitu perawan dimana saya bebas menyaksikan berbagai spesies burung dan monyet berkeliaran di alam bebas. sayang, saya hanya mengabadikan mereka dengan kamera ponsel yang hanya bisa memotret semampunya.




pelestarian mereka menjadi tugas kita semua, setidaknya berkunjunglah untuk menyadari bahwa hidup juga butuh keseimbangan.






Surabaya, 7 Februari 2016




Riffat Akhsan
Faizah and Her Enchanting Journey | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi