jalan jalan

01 February


Untuk pertama kalinya setelah jadi insinyur. Saya Perdi  ke Samarinda. Ahahahaha.

Jadi tuh kamis tanggal 23 Januari 2020 habis visit workshop di resort saya sama abah sama fatimah lanjut ke Samarinda. Meeting di resort berlangsung cukup lama. Jadi saya sama abah sama fatimah agak siang baru berangkat ke Samarindanya. Umi berangkat duluan karena jadwal kuliah doktoral beliau dimulai jam 1 siang. Praktis beliau sudah harus sampai di Samarinda jam segitu.

Kami berangkat jam 12 siang dari Bontang. Karena habis meeting belum makan siang, kamipun mampir di Warung Makan "KENARI" di daerah PIR km 30 jalan poros Samarinda - Bontang. Abah saya kalau di rumah makan ini selalu pesan burung dara goreng. Karena warung makan ini punya farm, fishery dan harvest organik yang masih satu kawasan dengan rumah makannya. Tapi waktu kita ke sana burung dara nya masih belum bisa dipotong. Jadilah saya dan fatimah moved to another option yang juga juara rasanya : ayam goreng. Sementara abah pesan ikan mas goreng. Minuman yang saya rekomen di rumah makan ini adalah es kelapa di gelas. Pilihan nya adalah dengan sirup atau gula merah. Sahabat boba seperti saya dan rusma tentu saja pesan es kelapa dengan gula merah alias brown sugar.

Saya nggak sempat foto makanan kami karena rapat 4 jam di workshop resort beneran mendorong level lapar saya di batas maksimal. 

Kelar makan, kami lanjut cus ke Samarinda. Perjalanan sekitar 20 menitan, abah minta saya nyobain aplikasi airy rooms sama oyo rooms buat cari - cari tempat buat kami berempat nginap malam itu. 

Saya yang otak cuan dan aritmatiknya jalan terus ini setuju dengan permintaan abah. Karena ini adalah perjalanan dinas reguler yang frekuensinya sebulan bisa sampai delapan kali. Jadi ya, kali ini waktunya airy. Bukan aston.

Oh saya lupa bilang kalau perjalanan dinas kami berempat ini dirapel jadi satu. Umi tugas belajar dari kampus tempat beliau jadi dosen. Sementara abah mau cek dan mobilisasi material sekalian ada dua agenda rapat. Saya dan fatimah juga ada dua agenda rapat. Sekalian ada juga urusan di kampus dan ada rapat juga sama pihak kampus.

Adek saya bilang cobain oyo deh kak. Katanya lumayan potongan harganya. Wah boleh nih. Saya lalu download aplikasi ini trus sign up dan masukin kode referal random guy yang saya temukan modal search di twitter dengan keyword "kode referal oyo bandung". Eh dapat dong. Saya coba apply dan voila saya dapat diskon 44% *ketawa bahagia*.

Saya dapat dua kamar di Star One Guest House di jalan dermaga daerah SCP. Hmmm agak kurang "bagus" sih daerahnya. Gini - gini saya sempat bertahun - tahun di Samarinda juga coy. Jadi cukup tau lah yaaaa.

Tapi mari kita coba sajalah. Ini yang paling oke harganya. Saya booking dua kamar dan dapat harga 225 ribuan saja. Artinya satu kamar bahkan nggak sampai seratus lima puluh ribu harga per malam nya. Mungkin juga karena hari itu hari kamis yang mana hari kerja jadi saya bisa dapat harga semurah itu.


Ini rincian invoice tagihan dari oyo nya. Sistem mereka bayar via kartu atau bayar di hotel. Sebenernya kalau saya bayar pake kartu bakal dapat potongan harga lagi. Tapi abah saya bilang bayar di hotel aja karena beliau bilang jangan sampai kena zonk. Udahlah daerahnya "gitu deh" amit - amit kalau kamarnya amsyong juga. Jadi opsi bayar di hotel ini memungkinkan untuk saya memenuhi permintaan abah saya untuk cek kamar dulu kalau kalau-kurang sreg di hati tinggal batalin aja bookingan dan cari tempat lain.

Saya harap kamu kamu yang baca ini juga bisa dapat keberuntungan potongan harga cukup banyak seperti yang saya dapatkan. Bisa Pake kode referral saya RIFFAKGNM3.

Nyampe Samarinda, saya langsung ke kampus. Kelar dari kampus udah sore jam 5. Kami langsung jemput umi di Kampus Doktoral Unmul. Saya, umi, sama fatimah ke toko kain buat belanja kain. Sementara abah ngopi di Pop's yang nggak jauh dari toko kain.

saya cari kain buat jahit baju kek gini. Credit foto : pinterest.

Habis dapat kain dan batu buat dijahit di kain kami langsung check in. Well komen umi saya waktu ke sini adalah "kita belum pernah lho kak nginep di daerah ini"......

Alhamdulillah bangunannya memang sesuai sama foto. Bangunan baru yang menurut insting insinyur saya usianya belum genap lima tahun.

Proses check in berjalan dengan cukup cepat namun sayang kami diminta membayar uang deposit seratus ribu per kamar yang mana di aplikasi dan di email tidak dicantumkan informasi tersebut. Hal itu jugalah yang bikin uang cash saya habis karena mereka tidak ada mesin EDC. Saya dapat kamar tipe standar di Lantai 3. Sebelahan sama kamar abah dan umi saya. Sempat kaget dengan luas kamar yang terlalu compact. Tapi kekagetan dan kebingungan ini bisa sedikit reda setelah saya dan fatimah menemukan space buat shalat yang sedikit maksa tapi not bad lah.

Saya cukup terkesan dengan AC Daikin yang mereka pasang di tiap kamar. Tapi bos ternyata AC kamar saya nggak dingin. Mirip AC yang tekanan freon nya kurang. Beda dengan kamar abah umi saya yang suhu 21 aja udah bikin mereka kedinginan khas Daikin. Tapi memang hidup nggak pernah sempurna. TV kamar abah umi saya nggak ada channelnya sama sekali sementara TV kamar saya baik - baik saja.

Saya dan Fatimah lalu memutuskan ke SCP habis isya dan setelah dirasa cukup istirahat. Karena masalah klasik tiap nginap di hotel adalah nggak ada cukup air putih. Sekalian mau lapor masalah AC ke resepsionis. Rugi dong turun tiga lantai via tangga cuma buat lapor masalah AC. Abah umi nggak nitip apa - apa selain air putih (juga). Mereka nggak complain soal TV karena mereka cukup puas dengan kecepatan wifi yang diakses melalui laptop yang mereka bawa.

Di SCP saya dan fatimah cukup surprise dengan SNP yang ngeluarin moisturizer seri Pomegranate, Snail, dan Aloe dengan harga di bawah seratus ribu. cosrx facial wash yang salicylic acid harganya lebih murah dari watson. Juga mediheal sheetmask yang hadir di farmers market. Tapi tentu saja kekagetan ini tidak berubah jadi action karena kami memang cuma beli air putih. Urusan Skin Care, saya dan fatimah memang hanya setia sama sistur distributor korea kita tersayang si @fthyans (instagram). 

Di SCP saya sama fatimah cuma beli gulu - gulu sama montato. Sempat tergoda sama promoan satu bucket ayam KFC yang cuma 50 ribu. Apalagi hari itu hari terakhir. Tapi ngeliat antreannya aja udah mau pingsan rasanya. 

Kami balik ke hotel dan diinfokan sama resepsionis kalau AC kita udah dibenerin. Mereka juga ngasih nomor call centre kalau - kalau AC nya masih belum sesuai harapan.

Saya masuk kamar dan langsung sependapat sama fatimah kalau mas - mas maintenance nya masih belum fix the problem AC kurang tekanan freon ini. Tapi badan kita udah capeo banget. Rasanya udah nggak ada energi untuk pertaruhan yang sepertinya hanya akan memberikan respon "lho kan sudah kami perbaiki AC nya".

Saya tidur cukup nyenyak karena meskipun ruangan tidak dingin merata setidaknya swing AC memang mengarah ke tempat tidur dan bagi kami itu sudah cukup.

Paginya abah keluar duluan karena urusan material. Sementara saya dan fatimah milih ngendon di hotel karena jam check out masih lama. Jam 12 siang. Kami memang harus menyiapkan bahan rapat. Sementara umi juga memutuskan hal yang sama karena kuliah beliau jam 1 dan masih harus bikin tugas dulu.

Fatimah memutuskan buat nge grab lumpia favorit sejak awal kuliah di samarinda. Sementara saya memilih nge grab sarapan buat kami bertiga. Lengkap deh. Camilan dan sarapan.


siang, kami langsung checkout karena umi udah mau masuk kuliah. abah mau jum'atan. saya dan fatimah lalu didrop di Lembuswana. alasannya karena enak buat jadi tempat nungguin beliau jum'atan di masjid Al- Ma'ruf.

saya dan fatimah lalu telponan sama Fenny buat ketemuan di gramedia. alasan lain selain gramedia waktu jum'atan itu nggak terlalu rame jadi puas buat belanja buku. selain itu karena saya mau shalat dzuhur di mushola gramedia.


karena udah langganan beli buku di gramedia, saya jadi sering melewatkan waktu shalat di sini. sampai suatu kali saya permisi untuk shalat di mushola mereka. dan surprisingly mushola ini boleh juga digunakan oleh pengunjung. letaknya di lantai tiga gedung gramedia Lembuswana. disana ada ruang makan karyawan, toilet, tempat wudhu, sedikit gudang, dan ruangan manajer Gramedia. inilah keuntungan shalat dzuhur di  hari jum'at. sepi maksimal.


kelar shalat, Fenny sudah datang dan kita belanja buku. saya beruntung dapat dua novel romance berlatar proyek konstruksi. menariknya, penulisnya memang insinyur teknik sipil. love you mbak Soraya Nasution !


habis itu saya janjian ketemu dilembuswana foodcourt sama abah kelar shalat jum'at. sekalian nunggu abah, saya baca novel yang baru dibeli di Gramedia tadi. ternyata oh ternyata Lembuswana Foodcourt ini bagus sodara - sodara. maklum saya baru pertama kali ke sini. 


suasana foodcourt ini mengingatkan saya dengan food court Tunjungan Plaza 1 yang di belakang bioskop 21 itu. tapi bedanya disana nggak ada playground buat anak kecil seperti di foodcourt lembuswana. 


karena udah jam makan siang, akhirnya saya pesan nasi goreng sosis dan green tea. rasanya enak dan harganya masuk akal.  




kelar makan pas mau ke parkiran eh ternyata ada barongsai. jadi inget jaman SMA dulu, ada eskul barongsai. yang ikutan eskul itu dapat poin banyak. trus setiap dua minggu sekali kita wajib nontonin eskul barongsai perform di lapangan sekolah ~



habis itu kami pisah sama Fenny yang harus balik kampus. saya dan fatimah (juga abah) pamit karena harus hadir meeting. kami lalu ke kantor rekanan untuk meeting proyek. capek sih, tapi senang. alhamdulillah.

habis dari kantor rekanan kami lalu menuju ke Samarinda Square untuk meeting selanjutnya. watson Samarinda Square ini sungguhlah ratjun. kenapa oh kenapa tiap saya kesana selalu ada skincare yang promo ????


saya lalu menyempatkan buat mampir beli eye serum. karena mata panda ini udah nggak bisa ditoleransi ~

meeting berlangsung lancar. setelahnya kami langsung balik Bontang karena minggu saya harus lembur bikin laporan bulanan. 

ah akhirnya, sampai sudah kita di akhir cerita perjalanan ini. terima kasih sudah mau membaca sampai di sini.

dadah :)





Bontang, 2 Februari 2020




Riffat Akhsan, yang lagi nunggu cucian. 



17 January


Selamat tahun baru :)

postingan pertama di 2020, dengan tampiln backend nya blogger yang baru setelah satu dekade. akhirnyaaaaaa, meskipun agak kagok cari tombol edit bisa juga saya menulis dengan nyaman memakai versi blogger yang lebih baru ini.

tulisan ini sudah ngedraft lama. tapi karena sibuk tugas akhir dan alhamdulillah pendidikan insinyur saya selesai. maka mari kita update blog tercinta ini.

Big Bad Wolf Balikpapan duluan, rapatnya belakangan. jadilah kamis, 7 November saya berangkat ke Balikpapan. awalnya simpel. temen saya di kampus si Fenny barengan sama Angel ngajakin roadtrip ke Balikpapan buat ke BBW. maklum, ini pertama kalinya BBW hadir di bumi kalimantan. saya waktu itu masih di Bontang waktu si Fenny sama Angel ngajakin sodara kembar saya. jarak Samarinda - Balikpapan juga nggak terlalu jauh sih. cuma masalahnya bos, saya waktu itu lagi di Bontang yang mana kalau mau ke Balikpapan kudu 3 jam dulu ke Samarinda. lalu lanjut 3 jam ke Balikpapan.

sempat super bingung mau ikut apa enggak. karena memori saya tentang Balikpapan itu kurang bagus. waktu itu saya ingat kota ini memiliki aura angkuh dan selebihnya saya tidak berminat untuk jalan - jalan selain take off - landing dari bandara internasionalnya.

kemudian, H-3 dari jadwal saya baru memutuskan berangkat karena kantor wilayah dimana saya bekerja pindah lokasi dari Samarinda ke Balikpapan. hari itu untuk pertama kalinya saya harus menghadiri rapat progress di kantor wilayah yang baru di Balikpapan.


jadilah, saya dari Bontang langsung ke Samarinda. lalu lanjut Balikpapan bareng Fatimah, Fenny, sama Angel. waktu itu kami sampai Balikpapan sekitaran jam 2 an. langsung ke Dome buat ke BBW.


sebelumnya saya sengaja mengosongkan setengah isi koper untuk menampung buku - buku belanjaan saya. karena memang di BBW tidak menggunakan kantong plastik. beruntung, koper saya punya partisi yang oke banget.

saya terpukau dengan koleksi buku yang dihadirkan di BBW. terutama di bagian design & architecture, business & economics, family & relationship. buku - buku impor yang selama ini masih jadi wish list saya karena harganya yang mencapai beberapa ratus ribu dollar bisa saya dapatkan hanya dengan beberapa ratus ribu rupiah.

  

saya pulang dengan membawa sekitar lima belas buku. rasanya menyenangkan memboyong buku - buku yang kalau saya total dengan harga di marketplace harganya setara satu buah sepeda motor. namun di BBW, saya hanya membayar sepersepuluhnya.


habis belanja. foto - foto kami sempat duduk di food court BBW. makanannya lumayan enak dengan harga masuk akal. kelar dari BBW, kami langsung check in ke guest house dekat kantor. saya masih belum lupa kantor lah booster perjalanan ini. secara lahir batin. fisik maupun finansial. eh.

malamnya saya diajak Fenny untuk jalan jalan ke mall Penta City yang terhubung ke mall e - walk. yaampun saya langsung jatuh cinta dengan Penta City. mengingatkan sama mall kesayangan saya di Surabaya : Grand City.

e walk mall 

meski terhubung, Penta City dan E Walk memiliki suasana dan segmentasi yang berbeda. e - walk memberi suasana yang berbeda dengan warna - warna ceria dan fasad toko toko yang berbau eropa dengan segmentasi pasar middle up. sementara Penta City lebih memberikan nuansa mewah dengan lighting yang kalem dan warna - warna pastel. segmentasi pasar mall ini lebih ke arah High End.


yang menarik, Penta City mengundang pengunjung e walk dengan spot fotonya yang tematik.





kemudian sisa malam kami habiskan dengan menyusuri garis pantai mulai dari depan RS Pertamina sampai ke Manggar. disinilah saya bisa menyerap irama, energi, dan suasana Balikpapan. di titik inilah memori kurang baik saya atas kota ini membaik dan akhirnya netral.

***
"aku sudah bekerja keras. aku layak mendapatkan kemewahan dan eksklusivitas"

"aku sudah bertahan dari situasi tidak mengenakkan di kantor" menjadi pembenaran atas keangkuhan sikap yang sekali dua kali terlihat kepada pelayan/low level employee di akhir pekan.

"kok begini pelayanannya, harusnya begini. harusnya begitu" nyinyiran yang dirasa benar karena pengalaman perjalanan dinas dan menerima service nomor wahid.

***
stress tinggi yang melingkupi jiwa mayoritas penduduk kota inilah yang akhirnya memberi kesimpulan pada Riffat kecil tentang makna "angkuh". kira - kira begitulah kontemplasi saya atas "rasa" Balikpapan.

namun ketika kembali ke kota ini dalam usia yang lebih dewasa, saya akhirnya mengerti bahwa aura kota ini adalah aura bekerja keras. mayoritas penghuni Balikpapan adalah pekerja. sekalipun bergaji besar, pekerja tetaplah pekerja yang tidak memiliki kemerdekaan waktu dan finansial. hal inilah yang ditangkap oleh indra batin masa kecil saya dulu.


kembali ke kota ini, saya lebih bisa berempati. hidup memang tidak mudah. namun Balikpapan memberi pelajaran pada saya bahwa lapang dada dan rasa syukur adalah mata uang yang mahal harganya. bagaimana hidup menghadapi kita adalah satu hal. bagaimana kita menghadapi hidup adalah lain perkara. mereka adalah dua hal yang sebenarnya berbeda namun seringkali selalu dipandang jadi satu. padahal, memang lebih baik membuatnya terpisah.

saya menutup hari dengan senyum bahagia. jiwa saya refresh. hati saya gembira.


paginya saya langsung ke kantor wilayah. rapat terkait salah satu perusahaan dalam holding company dimana saya bekerja yang terlibat dalam dua proyek kerjasama dengan kantor wilayah tersebut. rapat berlangsung lancar dan ternyata jam sudah menunjukkan tengah hari.

bangga membangun negeri

Fenny yang waktu itu nungguin saya dan Fatimah rapat mengusulkan untuk jalan jalan ke Pantai Lamaru yang sepi kalau hari kerja. tapi sebelumnya dia mau ke gramedia dulu buat beliin titipan saudaranya. kami langsung memutuskan ke mall Balikpapan Plaza.

Fenny di Balikpapan Plaza

karena kelaparan, kami langsung beli McDonald via drive thru aja untuk nanti dimakan di pantai. terniat banget bawa bekal buat piknik di Pantai Lamaru. 


Lamaru menyambut dengan ramah. jalan tanah dengan pohon pinus di kiri kanan jalan membuat keinginan untuk ke Korea memanggil manggil. indah sekali.

kami berhenti di bibir pantai yang menghadap ke laut. tanpa mematikan mesin. hanya makan sambil memandang laut. how a beautiful way to get a lunch.


setelah makan, tidak ada yang kami lakukan. hanya duduk diam, memandang laut. terima kasih ya Allah untuk kesempatan ini. 


setelah dirasa cukup, kami langsung balik karena besoknya saya harus masuk kantor. Alhamdulillah. perjalanan yang singkat tapi menyenangkan. terima kasih Balikpapan, terima kasih kantor wilayah untuk undangan rapatnya, terima kasih abah umi untuk izinnya :)))


Bontang, 17 Januari 2020




Riffat Akhsan. -- yang secara kebetulan ingat kalau hari ini adalah anniversary ke 27 pernikahan orangtuanya.



22 April


saya nggak ngerti apakah tepat menyebut ini sebagai jalan jalan. karena sejatinya disana saya tuh kerja, alias survey. survey apa mbak ? survey pasang surut air laut sebagai salah satu rangkaian dari perencanaan mitigasi banjir di DAS Mahakam.

seperti itu. 

tapi gapapa lah ya waktu 48 jam saya rasa cukup untuk menggambarkan seperti apa Muara Badak itu.

asyik, namanya jadi Muara Badak di mata saya.


jadi Muara Badak ini merupakan sebuah kecamatan kaya raya di pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara. sebuah kecamatan yang memiliki sumber daya minyak, gas alam, serta batu bara. pokoknya kaya raya banget lah sampai sampai di kantor desa nya ada kantor dinas Sumber Daya Alam regional. 

selain kekayaan perut bumi, daerah ini juga teramat subur dengan lahan ekonomi pertanian, perikanan, dan pariwisatanya. letaknya yang berada di pesisir jalur pelayaran internasional juga memungkinkan penduduknya untuk mencari nafkah bukan sekedar nelayan.

ehem, ini yang menarik.


lokasi survey saya kebetulan dekat perkampungan penduduk. ya di dermaga rakyat gitu lah. sehingga membuat saya cukup bisa bersentuhan dengan denyut nadi masyarakat biasa (kayak saya). 

bagi masyarakat yang berbeda orbit dengan dunia korporasi. di daerah ini wajib hukumnya punya kapal. jika mata pencaharian mereka bukan seorang petani atau petambak. kenapa ? karena selain untuk mencari ikan, kapal ini juga bisa menjadi media untuk memberikan "jasa" transportasi wisata memancing bagi mereka yang stress ngantor di oil, gas, and coal company itu.

yang menarik perhatian saya, kapal kapal ini juga menjadi alat untuk menunjang profesi masyarakat sebagai "supplier". 

hah ? supplier apa mbak ? mereka ikutan pengadaan barang jasa ?



ya enggak lah maemunah. mereka ini menjadi supplier bagi kapal kapal yang lempar jangkar di laut Muara Badak. kapal - kapal pengangkut kontainer dan minyak inilah yang dipenuhi kebutuhannya. mereka kan di sana butuh makan, kartu internet, cemilan, buah - buahan, hingga jasa haram yang lebih baik nggak usah saya ceritakan disini.

jadi masyarakat inilah yang pergi ke darat, ke pasar untuk memenuhi kebutuhan para awak kabin kapal - kapal berbendera asing ini. sebagai imbalan mereka dibayar dengan dollar atau mata uang negara asal si kapal. tapi dari cerita mereka umumnya mereka dibayar dengan US Dollar. kalau tidak dibayar dengan US Dollar mereka dibayar dengan bensin/solar kualitas tinggi. jadi nggak heran di kecamatan ini mudah sekali ditemukan pertamini modifikasi.

ngomong - ngomong masalah dollar, saya cukup salut dengan pemerintah daerahnya yang hanya mengizinkan bank rakyat saja sebagai tempat masyarakat menukarkan valuta asing milik mereka.


saya melihat kesyukuran di hidup mereka. mereka nggak pusing soal inflasi apalagi investasi. wong bayarannya valas kok. dengan kapal kayu bermotor sebagai modal hidup. sedihnya, taraf hidup mereka tidak meningkat. karena mendapatkan uang begitu mudah. asal rajin jadi supplier dan menjaga hubungan baik dengan para awak kabin. membeli aset simbolis seperti mobil dan rumah bukan barang mahal. pendidikan jadi serasa nggak penting karena di laut mereka cari rezeki.

  
profesi supplier ini menjadi fokus ke kepoan saya di tengah kebosanan mengukur tinggi muka air laut per sepuluh menit selama puluhan jam. ini profesi baru buat mbak - mbak korporat macam saya. bahwa dunia nggak hanya berkutat tentang saya, laporan - laporan di ruangan saya, dan masalah hidup saya.

itulah menariknya perjalanan. mata saya terbuka dengan berbagai unexpected joy.


fyi di terpal biru itulah tempat saya nongki demi mendapatkan data. jangan tanya saya gimana panasnya kalau pas tengah hari. 

trus di seberang itu ? yang hijau pohon - pohon itu ? bersarang buaya muara bermata kuning. saya cukup bergidik dengan cerita nelayan yang katanya dikejar buaya karena kurang rapi mengemas ikan di kapalnya.

jadi, kata siapa perempuan sebaiknya di rumah aja. dandan cantik untuk suami ?

eh kok nge gas.


kontur tanah yang rata, menjadikan daerah ini memesona dengan pohon - pohon kelapanya. foto di atas adalah salah satu halaman rumah warga. cantik ya ? rumput - rumput rapi nan terawat menjadi pemandangan umum di daerah ini. katanya sih, rumput ini dijual per petak dengan ukuran tertentu. saya sih belum nanya, wong proyek resort saya top soil dan pengupasan lahannya aja belum kelar. 

yakali saya ngetok rumah orang cuma buat nanya harga. 

eh tapi saya bisa sih minta tolong sama rekanan saya yang tinggal di daerah ini buat urusan rerumputan ini. katanya kalau sama penduduk sana lebih murah.

cuan is my life.


pemandangan pesisir pantai di sebelah kanan dan rumah - rumah berhalaman cantik di sebelah kiri menjadi bonus perjalanan bisnis saya di Muara Badak. (ya ampun perjalanan bisnis banget nih bahasanya ? orang tuh business trip identik dengan rapat di pencakar langit. lah saya nongki di dermaga rakyat ?) 


menyusuri jalan poros Muara Badak - Marangkayu - Bontang membuat saya teringat perjalanan dari Uluwatu ke Denpasar. berbagai papan spanduk bertuliskan nama - nama pantai menjadi bagian dari memori saya pada perjalanan ini. ya, meskipun Pantai Mutiara dan Pantai Pengempang lah yang menjadi primadona. tapi menikmati pantai pantai lain yang tidak seramai kedua pantai itu juga oke banget buat pilihan jalan - jalan di Muara Badak.


selain pantai, Marangkayu - Muara Badak juga menyimpan lahan persawahan yang tidak kalah cantik dengan pantainya. saya terkagum dengan hamparan luas padi dengan pohon kelapa sebagai pagarnya. surga zamrud khatulistiwa itu nyata.


lokasi persawahan ini juga access-able kok berada di pinggir jalan utama yang berupa perkerasan beton. tapi tetap perhatikan musim ya. karena tidak selalu pemandangan sehijau ini. ya kalau musim panen pemandangannya adalah padi yang menguning.

ya nggak ?


banyak yang menduga sawah - sawah ini merupakan sawah tadah hujan. nggak kok, padi nya bukan padi gogo dan bukan sawah tadah hujan. mereka punya sistem irigasi standar bangunan sipil. ada beberapa spill way juga untuk saluran aliran primer nya. sehingga irigasi ini tidak hanya bermanfaat bagi petani padi namun juga bisa dimanfaatkan petani tambak.


kalau kamu mau melakukan perjalanan Samarinda - Bontang dan menginginkan pemandangan hijau begini kamu bisa ambil jalur Bontang via kantor walikota Sekambing - motong jalan tambang PT Indominco Mandiri dan masuk lewat desa Santan Ilir. atau kalau dari arah simpang Sangatta bisa lewat kilo 23 desa Santan Ulu (kalau lewat sini kamu juga dapat bonus pemandangan ladang pertanian) yang nantinya akan tembus ke desa Santan Ilir juga. bisa juga setelah Gunung Menangis masuk lewat simpang tiga Marang Kayu. jalan manapun yang kamu tempuh nantinya juga akan berakhir di jalan poros pesisir laut Marang Kayu - Muara Badak. jalan ini akan keluar di simpang tiga Muara Badak - Sambera. dekat dengan Bandara APT Pranoto Samarinda.  


jadi, begitulah perjalanan saya di Muara Badak. yang meskipun pulang dari sana saya nggak bisa leha - leha bangun siang karena harus segera mengolah data dan bikin laporan. tapi saya bahagia.

karena bukankah tujuan travelling adalah untuk refresh, recharge, and feels like reinvented ? 





Bontang, 22 April 2019




Riffat Akhsan, yang lagi dikejar termin invoice.

21 October



satu minggu yang lalu, saya dan saudara kembar saya Fatimah diajak Syla (teman satu tim riset) untuk main dan nginep di rumah dia di Tenggarong. agenda kami di Tenggarong cuma : city tour, jalan ke Ladaya dan main ke kebunnya Syla.

di tulisan ini saya mau fokus cerita tentang Ladaya. Ladaya ini merupakan singkatan dari Ladang Budaya. sebuah tempat yang awalnya merupakan tempat kumpul para seniman Tenggarong untuk menggelar festival yang kemudian berubah menjadi sebuah tempat dengan konsep eco tourism berbasis alam.

singkatnya yang bisa dilakukan di Ladaya saat nggak ada event adalah ; foto - foto, main paintball, dan menjajal permainan adventure ketinggian seperti high rope, sepeda gantung, flying fox. oh ada satu lagi ; nemenin dedek dedek kecil main di play ground.

begitu parkir, saya disuguhi pemandangan replika kayu horizontal artifisial dari beton sebagai pintu gerbang dengan loket tiket dan toilet. waktu saya kesana harga tiket masuk untuk dewasa sebesar Rp. 11.000,00 rupiah dan anak anak sebesar Rp. 6000,00 rupiah.

itu harga tiket masuk saja. tiket wahana dijual terpisah tergantung wahana apa yang dipilih.


setelah pemeriksaan tiket, saya melewati semacam lorong memanjang yang isinya jualan street food, tampak depan lorong kurang fotogenik menurut saya. saya lebih suka liat sebelah belakang lorong ini yang berupa gerbong kereta api. 



saya kemudian berbelok ke kiri karena kata Syla lebih baik belok kiri karena sejatinya trek kawasan ini memutar sehingga saya lebih bisa nyaman keliling.


disini juga ada semacam kebun binatang mini. lumayan saya jadi bisa liat beruang madu, burung merak, monyet, Alhamdulillah nggak ada binatang buas semacam buaya dan ular di mini zoo ini.

FOTO - FOTO



karena saya memang niatnya mau liat - liat rumah sasak yang berfungsi sebagai penginapan dengan harga Rp. 300.000,00 per malam, maka saya fokus foto  rumah rumah ini. 




di antara rumah rumah ini, beberapa menempati kontur lahan rata sehingga terlihat seperti kompleks cottage. beberapa berada di atas ketinggian (mengingatkan saya dengan rumah pohon) beberapa ada di lereng, dan beberapa di atas air. 










selain rumah rumah itu, ada spot foto yang menarik perhatian saya : jembatan dan gazebo lucu.




PERMAINAN ADVENTURE KETINGGIAN

ini yang menjadi inti dari kawasan ini,  area outbond dengan berbagai permainan ketinggian. 







PAINTBALL AREA



pas lewat area paintball ini kebetulan pas ada yang lagi main disana. seru sekali melihat mereka bermain perang - perangan.





jadi untuk kamu yang sudah bosan dengan mall dan pengen cari sesuatu yang unik dan cukup berbeda, Ladaya ini bisa jadi pilihan.

kamu punya rekomendasi tempat wisata berbasis alam juga kah ? kalau ada share ya di komentar :)




Samarinda, 9 Desember 2018




Riffat Akhsan, preferensi wisatanya cenderung ke arah keindahan bangunan berkonsep alam 
Faizah and Her Enchanting Journey | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi