lau pa sat

31 July



Rabu, 17 April 2025 merupakan hari yang sudah saya doakan enam bulan lamanya. hari itu, memulai langkah pertama saya berangkat liburan ke belahan dunia yang lebih jauh. asia bagian timur. bukan lagi kawasan regional serumpun di tenggara benua asia.


Pesawat menuju Singapura dari Balikpapan berangkat menjelang maghrib. kami meninggalkan langit Bumi Etam di warnanya yang serupa emas. pesawat jenis Embraer milik maskapai Scoot Airlines melaju menuju tujuan dengan mulus. setiap melihat jenis pesawat ini, entah kenapa saya selalu merasa pesawat kecil ini mengingatkan saya dengan private jet. bentuk moncong dan ekor pesawat kelewat mirip. ya gapapa lah ya, manifestasi dulu. siapa tau, suatu hari nanti di masa depan tuhan izinkan saya naik private jet. Amin.


di penerbangan ini, Chief Steward menawarkan inflight meal. Beliau memohon maaf hanya tersisa satu menu. saya yang masih loading bingung maksudnya apa. lalu saya teringat keterangan di tiket pesawat bahwa meskipun penerbangan Balikpapan-Singapura dan sebaliknya dilayani oleh anak perusahaan Singapore Airlines (Scoot Airlines), tapi sebagai penumpang Singapore Airlines kita tetap dapat bagasi dan makanan. 


saya lalu berkata tidak apa apa saya makan apa yang ada asalkan halal. beliau meyakinkan saya bahwa makanan ini berasal dari dapur Singapura dan dipastikan halal.


lalu saya menerima makanan (semacam kari), cola dingin dengan es batu di gelas, serta coklat cadburry. sumpah coklatnya enak banget.


later on saya baru paham bahwa pesawat ini kan sistemnya turn around, dia berangkat dari Singapore ke Balikpapan lalu kembali lagi ke Singapore. nah, ketika penerbangan pulang (Singapore - Balikpapan) kami ditawari 2 pilihan makanan. mungkin itu sebabnya di penerbangan berangkat ini (Balikpapan - Singapore) tidak banyak pilihan makanan yang tersisa.




Singkat cerita, jam sembilan malam pesawat mendarat dengan selamat di terminal 1 Changi Airport. imigrasi berlangsung kurang dari semenit dan saya segera bergegas menuju MRT Station.


di Singapura saya menginap satu malam di daerah Joo Chiat. daerah yang sudah seperti rumah saya di Singapura. kemudian, setelah check inn saya lalu bergegas menuju Lau Pa Sat.







mungkin hari itu bukan takdir saya. Satay Stall Number 9 (Satay Geylang Serai) favorit saya di Lau Pa Sat udah beres beres mau pulang karena jualannya udah habis. yaudah mau gimana lagi, waktu saya di Singapura cuma malam itu karena besok paginya lanjut terbang ke Hong Kong jam 9 pagi.




Lalu saya menuju Olympic Walk. tujuannya mau duduk - duduk di bench yang ada di sana. karena saya jarang ke sisi Marina Bay yang ini. biasanya saya cenderung memilih duduk - duduk di dekat Art Science Museum/Double Helix Bridge, Merlion Park, atau Pelataran sekitar Esplanade. 








mungkin karena udah hampir tengah malam kali ya. saat itu di Olympic Walk udah sepi dari turis. di tengah gemerlap lampu financial district, saya justru melihat sisi "manusia" dari Singapura. berbarengan dengan saya, ada beberapa worker (yang saya yakin mereka Singaporean) memilih untuk berbaring sejenak di bench di sana. menutup mata dengan tangan, dan fisik yang tidak bisa berbohong dalam menahan lelah.


ada mungkin sepuluh sampai lima belas menitan mereka melakukan itu. menghela nafas dan memandangi gemerlap lampu yang begitu memukau bagi saya, tapi mungkin sudah tidak lagi istimewa bagi mereka. mereka kemudian beranjak pergi, mungkin untuk mengejar MRT terakhir.


saya lalu memperhatikan lebih teliti gedung - gedung pencakar langit di hadapan saya. dan sepertinya, masih ada yang bekerja di dalam sana. 



untuk alasan yang aneh, hal seperti ini yang membuat saya mencintai Singapura. para pekerja keras yang tidak mengeluh akan kerasnya hidup. mereka yang berusaha terus relevan dengan dunia yang somehow tidak memberi izin untuk bernafas. 


But they do, patiently, and consistently. 


Sesebentar apapun layover penerbangan saya, saya selalu berdoa untuk bisa kembali lagi mengirup udara Singapura. because they surely show me about the price of being first world country. the quality of life is extremely good but it's linier to work pressure and the mental health. and we all try to make it balance in harmony. 


terima kasih Singapura. I'll see you very soon.




Bontang, 31 July 2025





Riffat Akhsan, yang berdoa semoga tiga bulan lagi bisa ke Singapura

06 March

 

one day in August 2022, someone that I think would be my spouse cheats on me. he was at a dinner with someone-another girl at the food court. known by one of my colleague. since that day, I hate every food court around my hometown.


Then on my last day in Singapore recently, Fatimah insists that she wants to go to Lau Pa Sat so badly. I really don't have any idea about Lau Pa Sat other than a misty memory scene in the Crazy Rich Asian film.


I went to Lau Pa Sat by bus and the bus stop right beside the intersection. then I and Fatimah just cross the street and we already there.


Lau Pa Sat is a historical building that used to be a hawker center for white-collar worker around Raffles area. one of the busiest business district in Singapore.


the building automatically is a  focal point in this area. with its unique architecture and clock at its roof. Lau Pa Sat really stole the attention at this skyscraper jungle.




there are two sections at Lau Pa Sat. Indoor and Outdoor dining area. both sections offer fantastic scenery. inside this Hawker Center, you will be amazed with its very detail yet beautiful green structure. I can't stop myself from looking up at the ceiling and adoring this building's architecture.



at the outdoor area, I can feel the unity in harmony. between business heartbeat activity and the dynamics for serving and dine food and beverages.



outdoor area of Lau Pa Sat stands more cheerful and expressive. this is because the stalls  can decorate their exterior depend on their theme of the dish. I found vibrant and various stands that please my eyes. even tough most of them are barbeque stalls.







Lau Pa Sat also halal-friendly Hawker Center. I can see the commitment from management to serve and treats halal stall according to MUIS Singapore.


the stall that sell halal dish tell themselves by using the green tray, which is very different than non-halal dish who served by the brown tray. they (the management) also separate tray return and wash area.





my favorites one at Lau Pa Sat are Ipoh Hainanese Chicken Rice. halal, authentic, delicious. located at the drinks area, the heart of Lau Pa Sat.



I buy the Millo C with ice for accompanying my mouth-watering Hainanese Chicken Rice. 





by visiting Lau Pa Sat, I realize that my heartbreak are healed. I don't hate food court again. but still, I never visit any other food court if the standard is Singapore's Hawker Center. especially Lau Pa Sat. 


before Lau Pa Sat, I don't believe that travelling can heal my soul. muffled my angryness. and rejuvenate my perspective. turns out, I was wrong. Lau Pa Sat is a prove that by widening up my horizon I can gain new insight and broaden my inner soul. and finally heal compeletely.

Thank You Lau Pa Sat. I Left My Heart on You.








Faizah and Her Enchanting Journey | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi