pantai

05 September

 


ini adalah salah satu pantai yang memiliki bathimetri favorit saya. perbedaan elevasi pantainya hanya ada pada satu garis. sehingga di garis itu sajalah ombak berhenti melajukan kelindannya. 

sudah cukup lama saya tidak ke pantai. ada kali dua minggu. biasanya paling tidak ada satu hari dimana saya lari ke pantai.

jum'at pagi itu, saya sempatkan mampir ke pantai ini sebelum mengambil paspor saya di Kantor Imigrasi Balikpapan. pantai ini tidak jauh dari sana. berada tepat di samping Kantor Kecamatan Balikpapan Kota.



saya datang sangat pagi. karena kalau agak siang sedikit sudah banyak ojek pangkalan dan kang parkir yang menjaga di sana. sehingga hanya pagi hari lah saya bisa menikmati visual birunya laut, damainya suara debur ombak menuju takdir pantainya, dan halus dan lembutnya pasir pantai gratis ini.




Kemudian Saya Melihat Kilat Serupa Blitz Kamera Bercabang Tiga, Tidak Lama Kemudian Terdengar Suara Dentuman Petir





saya sudah lupa kapan terakhir kali melihat kilat yang berlari sangat cepat dengan mata kepala sendiri. yang kemudian diikuti pedihnya suara dentuman petir menghujam langit. sejenak saya lalu teringat berita sehari sebelumnya tentang kuatnya angin yang menghindarkan seluruh garis pantai negara cyprus dari tumpahan minyak yang mencemari seluruh laut Mediterania. saya juga teringat hujan yang memadamkan Semayang lautan api beberapa tahun lalu. bencana nasional yang terjadi karena putusnya kilang minyak Balikpapan milik BUMN Migas yang "digaruk" jangkar kapal asing. kapal pengangkut batu bara super canggih yang baru fresh keluar dari pabrik.  




kilat, petir, angin, dan hujan. saya lalu sadar. betapa kecilnya saya di hadapan sang maha kuasa. apalah saya ini. jika menghindarkan Cyprus dari pencemaran lingkungan terbesar sepanjang sejarah saja tuhan bisa dengan angin nya, apalagi hanya sekedar mengabulkan doa penuh ambisi saya ?




pantai ini indah, dan lebih indah karena kontemplasi yang saya dapatkan dari pantai ini. pulang dari sini, saya belajar untuk tidak akan pernah marah dengan takdir tuhan. karena saya ini hanya seorang hamba powerless di hadapan ia yang powerful.




Balikpapan, 5 September 2021




Riffat Akhsan -- yang hari ini ingin sekali makan siang dengan menu salah satu nikmat tuhan bernama paket bento Marugame Udon.

04 August

 


hari itu benar - benar tidak disengaja. saya yang suntuk pulang kantor di hari Selasa menantang diri menyusuri Jalan Sepinggan Lama dan berakhir pada pagar Bandara Aji Muhammad Sulaiman di depan saya dan lapangan sepak bola Trakindo Lama di sebelah kanan.


saya tidak menyangka di balik riuhnya lintas harian kendaraan di Jalan Sudirman menuju bandara, saya bertemu dengan keriuhan menyenangkan menonton sepak bola di pinggir pantai eksotis. saya bukan pecinta sepak bola, tapi saya tau kedua tim dengan warna jersey mencolok ini memiliki kemampuan mumpuni urusan olahraga satu ini.


dibanding Pantai Belakang Bandara (sesuai apa kata google maps), saya lebih suka menyebut pantai ini dengan sebutan Pantai Sepinggan. karena memang berada di ujung Jalan Sepinggan Lama, dan berbatasan dengan Bandara Sepinggan Balikpapan. sebelum namanya berubah menjadi Bandara Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan. 


selayaknya pantai kampung seperti Pantai Kampung Manggar, mengunjungi pantai ini pun tidak dipungut biaya apapun. bahkan parkir sekalipun. namun sebagai konsekuensi, jangan harapkan ada fasilitas umum dan warung layaknya pantai wisata. sejauh yang saya lihat, hanya ada satu penjual bakso bersepeda motor dan satu penjual salome (semacam cemilan pentol rebus). beberapa rumah warga menuju pantai ini membuka lapak seadanya untuk mengharap rezeki wisatawan lokal Balikpapan pengunjung pantai ini. 


pasir berwarna coklat di bawah tindihan sampah menyadarkan saya. ada lagi pantai kampung yang gratis saya kunjungi untuk berdiam diri dan mendengar suara ombak. jika tidak bisa melakukan perjalanan jauh ke Kampung Manggar, saya tetap bisa berlari ke pantai ini yang jaraknya selemparan kerikil dari kantor saya. cukup sepuluh menit sampai. 


berbeda dengan Pantai Kampung Manggar yang memang istimewa karena keberadaannya hanya diketahui warga kampung dan segelintir masyarakat lokal (termasuk saya), Pantai Sepinggan ini sepertinya cukup well known untuk masyarakat area kelurahan Sepinggan, Damai, dan Gunung Bahagia. 


dari tempat saya berdiri, terlihat pagar bandara, pos penjagaan, plank nama BUMN pengelola, dan larangan ini itu seputar Kawasan Keamanan Operasional Penerbangan. dari sini saya bisa melihat dari jauh pesawat - pesawat yang terparkir rapi dan Air Traffic Control (ATC)


saya menunggu kiranya ada pesawat yang take off atau landing. ingin sekali saya membekukan momen melihat burung besi tersebut terbang disaat saya selama pandemi ini tidak pernah menaikinya. di posisi dimana saya dan runway sudah sedekat nadi.


namun, sepertinya hari itu belum menjadi keberuntungan saya. 

tapi saya mendapat keberuntungan lain.

saya melihat wajah asli masyarakat Balikpapan. adik - adik yang membentuk kelompok - kelompok kecil untuk berjalan jauh mengejar ombak. para remaja awal yang nyawanya ada lebih dari satu yang menaiki dinding penahan tanah bandara dan menikmati pemandangan dengan perspektif sejajar runway. mas - mas suntuk yang duduk di bawah pohon akasia. sepertinya baru pulang kantor dan ingin mendapat asupan vitamin sea seperti sayaremaja tanggung yang mulai mengenal cinta. dewasa awal yang niat sekali membawa bekal jajanan kekinian sebagai penganan menikmati pemandangan. hingga ayah - ayah dan anak balitanya yang berlari tanpa henti sambil tertawa. 


Pantai Sepinggan membuat saya menemukan sanctuary baru mendampingi Pantai Kampung Manggar. Pantai eksotis yang membuat pikiran saya rehat sekaligus membuat saya merasa menjadi bagian dari Kota Balikpapan.

Pantai Sepinggan, yang bahkan bisa saya kunjungi setiap hari.

ah rasanya setelah pulang kantor hari ini saya jadi ingin berlari ke pantai.




Balikpapan, 4 Agustus 2021




Riffat Akhsan -- yang lagi - lagi kena amuk Dewa Pembangunan karena kelakuan salah satu kid fruit nya. 



02 July


Pantai Sosial, bukan panti sosial.

saya tau pantai ini karena kantor saya, yang memutuskan mengadakan perayaan anniversary dengan menginap di villa dan camping. dihadiri oleh anggota kantor dan keluarga.



saya tau di Balikpapan memang banyak sekali pantai, dan pantai kampung Manggar adalah favorit saya

namun, pantai ini adalah lain hal.

mengunjungi pantai ini, membuat saya merasa tidak di Balikpapan.

memang jauh sekali pantai ini dari kota dan (menurut saya) pantai ini bahkan lebih jauh dari pantai Lamaru sekalipun mereka satu kelurahan. namun jauhnya jarak seakan terbayar, karena pemandangan kiri kanan menuju pantai penuh dengan kebun sayur milik warga di antara tingginya pohon kelapa.


pantai yang membuat perjalanan menuju nya saja sudah memberikan refreshment tersendiri. sekali lagi, saya hampir tidak percaya ini masih di Balikpapan.

ini adalah pantai swadaya warga di jalan sosial kelurahan Lamaru, patokan saya sih Rumah Detensi Imigrasi Balikpapan ya.


kami berwisata selama dua hari dan menginap satu malam. menikmati debur ombak, gemerisik daun pinus dan kelapa, serta kedamaian sebuah perasaan mindful


di sini juga akhirnya saya bertemu dengan wujud asli seekor ubur - ubur. binatang laut yang saya pikir baru bisa saya temui di S.E.A Aquarium Singapura.

ya Allah, Faizah kangen ke Singapur ya Allah.....


dibandingkan pantai ternama di bagian barat Balikpapan (Kemala, Polda, Adhi Pradana, Banua Patra) atau pantai ternama bagian timur (Manggar dan Lamaru). pantai ini lebih sepi karena asumsi saya ini adalah pantai lokal yang belum lama dibuka sebagai tujuan wisata.

sehingga, menjaga jarak dan menghindari kerumunan sangat mungkin dilakukan di pantai ini.


garis pantainya cukup panjang, mengelilingi pantai ini dari ujung ke ujung rasanya cukup lima belas menit. beberapa fasilitas dasar seperti kamar mandi, mainan anak anak, persewaan pelampung, dan warung makan juga tersedia atas inisiasi warga.


saya tidak tau berapa harga tiket masuk pantai ini. karena tidak ada loket khusus penjualan tiket seperti pantai komersial pada umumnya. hanya ada warga yang berjaga untuk menarik biaya. 

pertama kali ke pantai ini, kami digratiskan biaya tiket karena kami menyewa satu - satunya villa yang ada di sini. kunjungan selanjutnya biasanya saya lakukan pagi - pagi sekali sehingga setiap memasuki pantai ini saya tidak bertemu dengan warga yang berjaga.

jadi, bisa dibilang karena selalu datang (terlalu) pagi, saya selalu gratis masuk pantai ini.


pemandangan paling indah mengunjungi pantai ini adalah ketika air surut. foto - foto ini adalah dokumentasi pribadi saya saat laut sedang pasang sehingga menyajikan warna air kecoklatan.

jika sedang surut, air laut berwarna biru mempesona. fotogenic untuk diabadikan meski tanpa filter instagram.

jika untuk berenang, saya kurang menyarankan pantai ini. karena karangnya banyak dan tajam. jika air pasang pun ada binatang laut bernama coka - coka (bahasa lokal Balikpapan, saya juga tidak tahu apa padanan bahasa Indonesianya) yang bisa memberikan rasa gatal dan (kata warga) memiliki efek kram sehingga penderita harus dibawa ke Puskesmas Manggar. 

bukan, coka - coka berbeda dengan bulu babi. prasangka saya sih, coka - coka ini masih satu bangsa dengan ubur - ubur melihat efek yang ia timbulkan.

saya lebih menyarankan untuk berenang di pantai Manggar saja (atau pantai kampung Manggar, if you can access that private beach)

ah, pantai, laut, dan langit biru. vitamin bahagia saya yang beruntungnya selalu diberikan Allah ke hidup saya.  


Balikpapan, 2 Juli 2021





Faizah Riffat --- Have No Worries About Overdose Vitamin Sea at All Cost

23 January


 
sudah menjadi rahasia umum, bahwa sepanjang sisi beachside Kota Balikpapan mulai dari Jembatan Batakan I sampai dengan Jembatan Besar Manggar lahannya dikuasai oleh berbagai perusahaan. mulai dari regional, nasional, sampai dengan multinasional. 

posisi mereka yang di beachside dengan luas lahan fantastis memungkinkan para perusahaan tersebut membangun kantor, warehouse, parkiran, dan bangunan pendukung lainnya. sehingga, secara tidak langsung hanya karyawan di perusahan - perusahaan tersebut yang memiliki "priviledge" untuk mengunjungi pantai pribadi tersebut. yah, mungkin sekedar melepas penat setelah berjam - jam duduk di kursi yang sama.

masyarakat sipil bisa mengunjungi pantai dengan kualitas yang sama di area yang memang dijadikan objek wisata. seperti Pantai Manggar Segara Sari. disana, kita bisa mengunjungi pantai yang sama (karena mereka semua berada di garis pantai yang sama) plus ada layanan watersport dan berbagai infrastruktur pelengkap seperti mushola dan toilet.

namun, saya adalah introvert pemalas yang selalu berpikir berulang kali mengunjungi pusat keramaian. terlebih musim pandemi begini, bayangan akan berada sendiri di kamar isolasi Asrama Haji Balikpapan tanpa wifi benar - benar menjadi motivasi terdalam tidak ingin positif virus COVID-19.




tapi saya ingin melihat laut. 

saya teringat perjalanan dari pusat kota Denpasar menuju Uluwatu. sepanjang jalan banyak sekali papan petunjuk arah ke berbagai pantai yang namanya saya baru tau. Balikpapan juga  begitu. seperti Bali. garis pantainya panjang. sebut saja berbagai pantai di Balikpapan : Pantai Monpera, Pantai Adhi Pradana, Pantai Permata Asri, Pantai Kilang Mandiri, Pantai Merdeka,  Pantai Sepinggan, Pantai AURI, Pantai SPN di Stalkuda, Pantai Batakan, Pantai Belakang Bandara, Pantai Serumpun, Pantai Damba Enggang Borneo,  Pantai Seraya, Pantai Smacly, Pantai Wisata Rumput Laut, Pantai Banua Patra atau Pantai Kemala.

namun sampai hari ini saya belum pernah ke pantai - pantai tersebut. karena nggak tau masuknya lewat mana. hahahaha sedih 😭😭😭😭

bagi saya Pantai Balikpapan ya cuma dua : Manggar dan Lamaru. kuper banget ya Allah 😅😅😅

si cantik Pantai Lamaru

Area Nya Memang Sudah "Jadi" Sesuai Syarat Pengembangan Public Area, Jadi Emang Publik Enjoy Berkunjung ke Pantai Ini

kek di Nami Island Korea

balik ke cerita perjalanan saya ingin melihat laut. saya mencoba jalan ke area Melawai dekat pelabuhan Semayang. Ya Allah merinding, semua orang Balikpapan kayaknya tumplek di sana.  

pemandangan di Melawai sore sore

sempat juga jalan - jalan ke balkon nya Ocean Park. tapi males karena harus masuk mall dulu. lagian, itu mall sepi banget. i mean, sepi yang masih banyak tenant yang kosong.


lagian, bukan vibe laut yang seperti ini yang saya cari. saya nyari nuance laut yang pure. bukan nuance muda - mudi ingin foto karena melihat another spot so called instagram-able.

in case kamu belum tau, BOS adalah singkatan dari Balikpapan Ocean Square.

 

suatu hari, saya meninjau proyek preservasi jalan yang memang menjadi salah satu ruas dimana saya terlibat. yak betul, ruas Mulawarman. setelah selesai, sudah menjadi kebiasaan saya untuk langsung bubar jalan demi mengambil "jarak" dengan kantor. bukan style saya untuk haha hihi makan bareng kolega di luar selepas jam kantor. selama bukan mandatory. ini memang prinsip saya agar tidak terlalu jenuh. karena entah kenapa ya, saya tuh nggak bisa liat wajah kolega saya tanpa ingat kerjaan gitu.

proses "mengambil" jarak ini membawa saya dan sepeda motor saya memasuki gang tepat setelah Jembatan Besar Manggar (Pasar Manggar). saya berbelok memasuki jalan yang saya yakini akan bermuara di laut. benar aja, ini adalah kampung nelayan. dimana mereka memiliki "pantai pribadi" yang tidak terlalu jauh dengan Pantai Manggar Segara Sari. area pantai ini merupakan area penjemuran ikan asin. 

sore itu, saya menemukan nuance yang saya cari. warga Kampung Manggar yang menghabiskan sore dengan menikmati keindahan pantai pribadi kampung mereka. tidak ada tiket masuk, tidak ada insfrastruktur pendukung, tidak ada penjual satupun. 

anak - anak bermain sepak bola. beberapa membangun istana pasir. para orangtua menemani dan mengawasi anak - anaknya. saya juga melihat para remaja dan orang dewasa yang berenang di laut. saya bersyukur ternyata perangkat wilayah di kampung ini sudah mapping hazard dengan menetapkan garis batas titik terjauh area berenang. sehingga overthingking saya tidak menodai excitement yang saya rasakan.

fix, pantai ini langsung jadi favorit saya.



setiap saya pusing lemburan, atau ketika libur tapi saya nggak bisa ke luar kota, saya pasti ke pantai ini. menyenangkan menyusuri jalan mulai dari Bandara Sepinggan lurus hingga Pasar Manggar. rute yang bebas dari kendaraan berat di hari libur. memberikan sebuah resfreshment karena rute ini bukan rute saya berangkat kantor. benar - benar suasana baru.

mau itu macet, ibu - ibu naik matic yang sudah barang tentu perilaku berkendaranya ngawur, maupun hambatan samping yang tinggi karena banyak sekali kendaraan keluar masuk gang maupun penjual makanan dan minuman tidak membuat saya bad mood. karena saya menuju my hidden sanctuary. ikut menikmati priviledge warga Kampung Manggar dengan pantai pribadinya.

pulangnya saya sering mampir di jembatan manggar besar yang menyuguhkan pemandangan para pemancing dan warga lokal dengan penjual salome di sana sini. such a heartwarming scenery dimana masing - masing individu mengambil nafas dan bahagia dengan cara sederhana.


karena unconsented issue, saya nggak bisa foto orang orangnya. tapi setidaknya saya bisa foto pemandangan dari atas jembatan manggarnya.  

meskipun jauh dari area kost dan kantor saya (saya sering pegel sendiri kalau nyetir kesana) tapi pantai manggar dan jembatan manggarnya selalu memberikan saya kebahagiaan dan rehat pikiran dari sibuknya pekerjaan.

apakah ada pantai yang amat sangat ingin saya kunjungi ? ada, namanya Pantai Adhi Pradana. Pantai Pribadi yang menjadi halaman belakang kediaman resmi Kapolda Kaltim. pantai ini boleh dikunjungi masyarakat melalui Pantai Kemala. 

gambar dari google, saya berdoa kenyataan nya seindah gambar.


Faizah and Her Enchanting Journey | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi