personal thought

08 August


hai, apa kabar ? lama rasanya saya nggak menulis di sini. senang rasanya bisa kembali menulis dengan tenang, jernih, dan apa adanya lagi. kehidupan saya beberapa bulan terakhir benar-benar menenggelamkan saya hingga saya hampir kehilangan arah. and sadly, kehilangan kebahagiaan menulis di sini.

kali ini, saya mau berbagi hasil kontemplasi saya dalam memaknai value dari sebuah kegiatan perjalanan. kini, saya bukan lagi Budget Traveler. kini saya pindah kuadran menjadi Price Wise Traveler. berikut ceritanya :


1. Saya Lebih Memilih Maskapai Full Service. Jika Tidak Memungkinkan, Maka Saya Memilih LCC dengan Seluruh Add Ons



Scoot Airlines membuka penerbangan langsung ke Balikpapan sebagai respon atas hadirnya calon IKN Nusantara di bumi etam. seiring terbukanya konektivitas dan meningkatnya minat masyarakat Kalimantan Timur, Air Asia. Malaysia Airlines, dan Royal Brunei juga membuka penerbangan langsung ke Balikpapan. 

di awal awal, saya semangat sekali terbang lewat Balikpapan dengan Scoot atau Air Asia (karena jam penerbangan yang lebih cocok) karena saya harus menempuh perjalanan darat selama 6 jam dari rumah saya di Kota Bontang menuju bandara yang terletak di Kota Balikpapan.

lambat laun, saya mulai merasakan bahwa perjalanan darat dari Bontang ke Balikpapan mulai terasa melelahkan lahir batin. hal ini dikarenakan moda transportasi umum yang tersedia beserta infrastruktur yang standar membuat perjalanan darat selama 6 jam tidak bisa dipangkas sama sekali.

kemudian situasi rupiah yang semakin melemah dan dollar Singapura yang semakin menguat, mempengaruhi harga tiket pesawat dari Balikpapan. membuat harga tiket pesawat jadi tidak lagi mendorong jiwa impulsif saya. 

saya lalu berkesimpulan. kini, terbang dari Balikpapan bukan lagi pilihan. 

kini, saya lebih memilih terbang dari Airport Samarinda yang hanya berjarak 2 jam dari rumah saya. lebih memilih Singapore Airlines atau Air Asia dengan seluruh add ons (bagasi, makan 2 set meals, dan seat arrangement) via Surabaya.

kenapa Surabaya ? karena saya dulu berkuliah di Surabaya. saya lebih dari paham tentang seluk beluk Surabaya. Surabaya is one of my comfort zone. tidak ada kota di luar Pulau Kalimantan yang lebih saya percaya untuk survive selain Surabaya.

2. Bepergian dengan Koper 24 Inch adalah Harga Mati




saya suka banget dengan maskapai Scoot Airlines. versi LCC dari Singapore Airlines. apalagi ketika ia membuka penerbangan tiga kali seminggu dari Balikpapan. saya lalu menjadikan Singapura menjadi hub dari seluruh perjalanan luar negeri saya. saya rasa karena itulah saya jatuh cinta dengan Singapura. 

Scoot menawarkan bagasi kabin 10 kg. offering yang sangat genereous dibandingkan maskapai lainnya yang maksimal di 7 kg. sebuah priviledge yang mengajarkan saya how to pack light as a traveler. biasanya saya hanya membawa koper 20 inch yang saya masukkan di kabin atas ketika berangkat, dan membeli bagasi pada penerbangan pulang.  

sementara, ada perubahan di dalam diri saya. saya kini tidak cukup dengan Koper 20 Inchi. karena saya sadari, salah satu sumber ketenangan saya adalah tentang kondisi yang nyaman untuk saya melaksanakan ibadah shalat. kini, travelling tidak terasa lengkap jika saya tidak membawa sajadah yang saya pakai shalat sehari-hari. sajadah tebal yang sudah menjadi saksi terkabulnya doa sejak saya masih di bangku kuliah. sajadah itu cukup berat. belum ditambah kabel colokan yang saya bawa sendiri karena gadget saya banyak. lalu toiletries dan handuk yang selalu saya bawa karena saya tidak pernah mau dependent dengan hotel tempat saya menginap. 

Sajadah, Kabel Colokan, Handuk, dan Toiletries, ditambah keperluan standar travelling lain. apalagi, saya juga menyiapkan space kosong untuk barang belanjaan saya. hal ini yang membuat koper berukuran 20 Inch tidak sanggup menampung barang bawaan saya.

pemilihan koper 24 inch instead of 28 inch didasarkan pada limit bagasi yang saya pilih serta kekuatan diri saya untuk mengangkat koper tersebut. saya tidak pernah pakai jasa porter di Airport dan saya berprinsip untuk bertanggungjawab atas seluruh barang bawaan saya tanpa harus melibatkan orang lain.  

 3. Value Saya dalam Mencari Hotel adalah : Ruangan Spacious, Kamar Mandi Dalam, Bidet/Kloset Jepang, dan Makanan Halal


standar "spacious" kamar hotel bagi saya adalah dimana luasan ruangannya mampu untuk saya membuka sajadah secara undisturb. seperti yang saya ceritakan sebelumnya, bahwa salah satu sumber ketenangan saya adalah tentang kondisi yang nyaman untuk saya melaksanakan ibadah shalat.

jika saya punya ruang khusus untuk saya menaruh sajadah dan shalat dengan nyaman, maka urusan space untuk koper bukan lagi masalah. karena jika untuk shalat saja mudah, apalagi untuk sekedar buka koper. 


kamar mandi dalam adalah cara saya menjaga kesucian tempat berwudhu untuk saya sholat. lalu, saya tuh anaknya penakut. kalau malam, saya sering ke kamar mandi. dan yang terpenting, kamar mandi dalam menjadi solusi jika saya ingin shalat malam. 


nyambung dengan urusan kamar mandi dalam yah, toilet dengan bidet adalah cara saya menjaga kesucian baju dan tubuh saya untuk shalat. jika memang tidak ada bidet/kloset jepang, maka saya akan mencoba mencari kamar dengan kamar mandi bathub atau shower mandi yang bisa ditarik ke kloset sebagai pengganti bidet



saya suka sekali makan. sumber kebahagiaan saya adalah makanan dan jalan kaki. perjalanan ke manapun menjadikan kuliner menjadi prioritas utama. penting bagi saya memilih hotel di lokasi yang memiliki paling tidak satu stall makanan halal authentic daerah tersebut.

kalau di Singapura, saya selalu suka di daerah Geylang Serai Market & Food Centre/Haig Road Moslem Food Centre. di Seoul saya suka di dekat Kampungku Halal Restaurant Myeongdong. di Hongkong saya suka hotel yang walking distance ke Wai Kee Halal Restaurant atau Islamic Centre. di Kyoto atau Tokyo saya suka hotel dekat Halal Ramen Ayam Ya. di Penang saya suka di Lorong Selamat karena dekat dengan Nasi Kandar Pelita. atau seperti di Kuala Lumpur saya suka di daerah Chinatown untuk makan di warung warung Amak muslim atau makan Burger Ramlee waktu sore. 

jika memang tidak ada area halal, saya mencoba untuk tinggal di hotel dekat restaurant no pork no lard seperti Kyochon Chicken Restaurant di Jeju City 


4. Menunggu Lebih Sabar, untuk Travelling Lebih Proper, From Budget Traveler  to Price Wise Traveler



akhir kata, tulisan ini tentang perjalanan saya pindah kuadran ke kategori Price Wise Traveler.

menurut longman dictionary of contemporary english, price wise diartikan sebagai  informal used for saying which feature of a situation you are referring to. 

ketika memutuskan untuk memperjuangkan value yang saya miliki dalam merencanakan perjalanan, saya paham ada harga yang harus dibayar. my life value comes worth certain price to pay. karena situasinya jelas yah. everything comes with consequence. jelas disini saya memilih konsekuensi harga dibandingkan settle for less yang membuat saya nggak tenang ibadah shalat dan akhirnya bikin perjalanan jadi nggak tenang. trus saya nya jadi nggak happy.

berpindah kuadran untuk menerima kenyataan saya udah di level price wise dalam hal travelling membuat saya agak shock sebenarnya. saya yang di 2023  mencetak rekor perjalanan ke luar negeri terbanyak seumur hidup,  kini (2024) sepertinya harus puas dengan perjalanan di awal tahun lalu saja (Singapore - Penang - Kuala Lumpur). 

perjalanan di awal tahun ini sangat Price Wise sekali dengan segala kejutannya. tapi saya happy. saya ingin mengulang kebahagiaan itu. langkah pertama adalah dengan mengaudit dan memperbaiki performa personal finance saya. kemudian melakukan riset dan mengeksekusi sesuai rencana.

langkah yang cukup berani sebenarnya. tapi saya percaya menunggu lebih sabar untuk travelling lebih proper jauh lebih bijaksana ketimbang mengeksekusi tiket pesawat sebanyak mungkin namun berakhir dengan memaklumi banyak hal terjadi tidak sesuai value saya. susah cari makanan halal, susah shalat, dan kelelahan  fisik akibat terlalu lama di perjalanan darat. 

memang saya harus lebih sabar. namun lebih baik capek terbang, dibanding capek perjalanan darat. lebih baik menginap di hotel yang sedikit di atas rata rata harga hotel budget, asal nyaman shalat dan makan halal. lebih baik menambah sekian ratus ribu untuk bagasi penerbangan berangkat dibanding membawa koper kabin dan berakhir membeli koper tambahan saat pulang. 

pada akhirnya, semua orang memiliki visi masing - masing dalam merancang sebuah perjalanan. visi tersebut diturunkan menjadi hal - hal yang tidak ingin ditoleransi bernama value. dan saya memilih untuk itu. saya memilih untuk mengedepankan kualitas perjalanan ketimbang kuantitas kunjungan. 

Finally, I choose for being wise tralever over budget traveler. 

kalau kamu ?








14 February


Research shows that the stronger our sense of belonging, the stronger our well-being.


adalah kalimat yang dijadikan highlight oleh google ketika saya mengetik "The Place Where You Were Belong Means". keyword ini saya ketik dilatarbelakangi oleh salah satu TikTok konten kreator yang bilang ada satu tempat yang dia kunjungi yang memiliki energi baik, membuat dia lebih bahagia dari tempat manapun yang pernah dia kunjungi. sebuah pulau kecil yang saat itu lagi mendung, jaraknya jauh dari tempat dia tinggal, dia sendirian pula. namun dia nggak peduli dengan kekhawatiran karena tempat tersebut membuat dia merasa baik-baik saja. and he conclude that those place is the place where he belongs to.

menurut dia the place where he were belongs to adalah tempat dia dia seharusnya, tempat dimana dia merasa nyaman, dan bisa jadi diri sendiri. karena nggak semua tempat bisa memberikan energi seperti itu ke diri dia.  

trus saya mikir dong, ada ya tempat begitu ?

saya perbaiki pertanyaannya, adakah tempat seperti itu bagi saya ?



Honestly, I don't know. But it Might be Singapore.

let tell you about my very first overseas trip - to Singapore.

tahun 2014, abah saya ada perjalanan dinas ke Batam. umi saya tentu saja ikut. dan kebetulan bertepatan dengan libur kuliah. saya, Fatimah (saudara kembar saya) dan umi (yang menjemput kami) berangkat dari Surabaya menuju Batam (direct flight). di Bandara Hang Nadim Batam kita akan bertemu dengan abah yang berangkat langsung dari Balikpapan.

keluarga kami memilih LCC over the full service airlines karena kalau naik Garuda harus memutar dan transit cukup lama di Jakarta (seperti seluruh rombongan perjadin abah kala itu). dari sana selera penerbangan saya terbentuk : tidak apa apa harus naik LCC yang penting direct flight.

penerbangan selama tiga jam tanpa makan itu kami lalui dengan enjoy karena kami sudah full bawa makanan dari Surabaya juga berbagai film sudah saya dan Fatimah masukkan ke iPad jadul generasi 1 yang kami beli bekas di WTC Surabaya. 

turns out ternyata itu adalah hack naik LCC : brings our own in-flight entertainment. 

dan bawa makanan dari darat.

***

ketika saat mendarat sudah tiba - preparing for arrival selama 30 menit itu, it was the most changing moment of my life.


the weather is extremely good. pesawat sepertinya berada di atas langit Singapura. saya melihat bangunan ikonik MBS beserta Marina Bay Area dari udara. terasa sangat dekat, sangat modern, dan sangat menyilaukan bagi seorang remaja akhir berusia 21 tahun yang menghabiskan hidup di kota kecil bernama Bontang, lanjut sekolah di pedesaan Kabupaten Jombang, dan mengenal kehidupan kota besar Surabaya dua tahun terakhir.

it was surreal. bahkan kalau saya ingat ingat, setiap landing saya di Singapura nggak pernah dapat pemandangan seperti pemandangan 10 tahun lalu landing di Batam.  

pesawat kemudian mendarat dengan mulus di Hang Nadim International Airport. saya turun dengan pengalaman baru, sebuah pengalaman yang menjadi titik awal komitmen saya untuk "membeli" pengalaman - pengalaman di masa depan.
 
my dream kind of property in Singapore - a lovely loft

kembali ke masa sekarang, 10 tahun kemudian. ternyata Singapura menjadi place where I belong. tempat dimana saya bisa menjadi diri saya sendiri. jalan kaki tanpa dikenali (sebagai personal maupun sebagai orang Indonesia) karena ntah kenapa orang selalu berpikir saya Singaporean setiap saya di Singapura. bisa rehat pikiran sejenak. menemukan teman senasib di area Singapore Business District (Raffles - Tanjong Pagar). makan tanpa pusing di Geylang Serai Food Market. 

Singapura betul - betul menjadi sanctuary jiwa saya yang cinta aturan dan keteraturan. dimana hampir segala hal bisa dipercaya : it's fair and square. sangat sedikit ruang abu-abu. sehingga overthinking dan anxiety saya menemukan tempat cuti di sini. saya tidak harus khawatir dengan kedatangan moda transportasi yang ingkar janji. sekalipun ada keterlambatan, pasti ada logical explanation. yang jelas bukan saya yang disalahkan atau digaslighting. petugas menjawab pertanyaan saya dengan clear and straightforward sesuai point yang saya kejar. harga apapun predictable according to their place and classification. tidak ada cerita harga makanan di hawker sama dengan di restoran. jadi dari awal saya bisa set ekspektasi budget untuk setiap aktivitas selama di negeri Singa ini. 

semua orang bilang Singapura mahal. tapi bagi saya, belum ada negara yang bisa memberikan ketenangan dan kepastian selain Singapura. harga hotel memang menjulang di sini. juga berbagai tiket masuk atraksi. namun hal itu tertutupi dengan harga makanan dan transportasi yang "bisa dikunci" serta mengunjungi atraksi wisata gratis yang tersebar di seantero Singapura.

ngomong - ngomong soal harga hotel, it's good kalau suatu hari nanti saya punya kesempatan nginep di hotel hotel heritage atau ikonik di Singapura. harga kamar yang tengah - tengah (bukan termurah) hotel - hotel tersebut masih di bawah 10 juta rupiah, ada yang di bawah 5 juta malah. saya percaya uang yang Saya bayarkan itu akan memberikan pengalaman yang semakin memperkaya cakrawala berpikir saya.

Singapura juga tidak sempurna. it's hard for senior citizen to living here despite all the tolerance by government (it's just my personal opinion). sulitnya memiliki aset di negara kota ini. capeknya jalan kaki (LOL) karena nggak semua tempat "sedekat" itu sama MRT Station dan Bus Stop. susah dan mahalnya food-delivery (yang nggak mungkin juga sampe tepat di depan unit-karena alasan privacy). banyaknya pengemis di area muslim. 

Singapura membuat saya menemukan diri saya kembali. membuat saya merasa hidup saya baik-baik saja. meyakinkan diri saya bahwa saya tidak menjalani hidup yang salah. 

maybe it's the definition of the place where you were belong ? 

Sri Geylang Serai 

ada dua area yang saya suka di Singapura. Whampoa dan Geylang Serai (bukan Geylang Lor, it's two separated area). sama - sama harus mengandalkan bus. sama-sama tenang. dan warga lokal nya sama - sama welcoming. 
 
kalau Whampoa saya suka akses lewat MRT Bugis, sementara Geylang Serai saya suka akses lewat MRT Eunos. meskipun harus naik bus lagi, tapi nggak jauh kok. jalan kaki nya yang depends hahahaha. tapi mungkin ini ajang latihan saya untuk lebih kuat jalan kaki. 


well, terima kasih sudah membaca sampai di sini. tulisan ini merupakan manifestasi rasa kangen saya sama Singapura. intinya bagi saya, menjadi warga lokal, turis, atau bahkan Permanent Residence pun sama sama membahagiakan. selama itu di Singapura. 

Oh God, I Miss Singapore So Bad ;(((




Bontang, 14 Februari 2024




Riffat Akhsan

17 January



Hai, Faizah here.

bercerita tentang belasan hari di tahun baru ini sungguhlah menarik. yeah, I need to way out, everything inside my head yang bikin saya super overwhelm.

baru beberapa kali dua puluh empat jam, namun rasanya sudah berpuluh episode perubahan saya hadapi. 


pertama, akhirnya saya mencapai target 1000 orders complete sehari.


keberhasilan ini yang membuat lisensi perusahaan yang saya pimpin batal digantung. bisa dibilang, insya Allah ini akan menjadi titik balik bahwa aplikasi perusahaan transportasi online milik keluarga saya akan permanen tidak berpindah tangan. karena udah lolos probation.

bilang apa dulu ? Alhamdulillahi Rabbil Alamin

***

kedua, saya yang "dimutasi" ke ruangan sendiri.  

keberhasilan saya tidak lepas dari anggota tim saya yang solid. thanks to Annisa dan Theo yang membantu saya sampai kita semua ada di titik hari ini. 

2024, abah saya yang tidak ikut - ikutan urusan perusahaan transportasi online ini, tiba - tiba involve penuh dan berhasil menghijack mantan kurator sangat berbakat masuk ke perusahaan yang saya pimpin. sehingga, tim saya di perusahaan transportasi makin kokoh. sehingga beban kerja saya jadi jauh berkurang.

apakah artinya saya bisa pensiun dini ? oh tentu tidak, ferguso !

saya dirolling untuk pay more attention to another company agar supaya seluruh konglomerasi ini baik jalannya. saya diberi ruangan khusus yang bisa saya kunci dari dalam.

ha, bahkan abah saya pun harus mengetuk terlebih dahulu kalau ingin saya bukakan pintu ruang kerja saya yang baru.

***

ketiga, mendadak overseas trip di awal tahun

ini adalah hal yang paling saya syukuri dan banggakan dalam kurun waktu tujuh belas hari terakhir. di saat tiket alamakjang mahalnya dari Balikpapan ke Singapur, saya menemukan harga bagus untuk penerbangan ke Penang dari Balikpapan dengan transit selama 23 Jam di Singapur.

memang yah, kalau udah cinta tuh ada aja jalannya.


saya betul-betul tidak menyangka akan mendapatkan kesempatan ini di awal tahun. saya berangkat dari Balikpapan, transit Singapur, lanjut ke Penang, liburan di Georgetown, naik pesawat Air Asia menuju Kuala Lumpur (hallo, Jason Lim. senior cabin crew yang bertugas dengan sangat baik di penerbangan yang saya tumpangi), lalu kembali ke Balikpapan via Kuala Lumpur.

yang mana saya baru tau di belakang hari kalau pulang pergi penang via Singapore sebenernya lebih murah lagi harga tiketnya. plus dapat another 23 jam transit Singapore sebelum penerbangan balik ke Balikpapan.

 TAPI KALAU SAYA AMBIL OPSI ITU NGGAK KETEMU JASON LIM DONG

fyi, tiket Balikpapan - Penang pulang pergi tanpa bagasi naik scoot (maspakai paling generous dengan jatah overhead compartment cabin baggage 10 kg) masih lebih murah daripada harga tiket pulang pergi (PP) Balikpapan - Surabaya. kalaupun kamu beli bagasi 20 kg untuk penerbangan Balikpapan-Penang PP, maka harga tiketnya sama dengan harga tiket PP Balikpapan - Surabaya.

takdir Allah adalah sebab, tiket pesawat murah adalah jalannya. 


saya tuh udah hopeless banget bisa punya liburan akhir tahun. karena kerjaan saya di desember udah kayak negara api. plus tiket yang mahal banget bikin saya udah siap sebenernya untuk nggak kemana mana. 

but I really love Georgetown : dimana mana makanan enak, dimana mana belanja murah. 

saya sebenernya udah amat kegirangan dengan Kuala Lumpur, namun Penang Island made it to the whole new level. saya suka banget sama Singapura, despite apa apa mahal yah disana. tapi Penang Island (George Town especially brings Singapore vibe with cheaper price).

ya pantes pesawat saya penuh banget sama Singaporean di penerbangan kemarin.

karena Penang terasa satu rasa, satu warna, satu frekuensi dengan Singapura.

saya beneran ke Penang cuma buat makan sama belanja obat, selain riset juga sih tentang opsi berobat kesana. namun, Gurney Paragon dan Gurney Plaza menawarkan store dengan barang - barang lucu untuk kantong mbak mbak kantoran saya ini. 

iya guys, saya belum se-sultan itu.

trus juga barang - barang khas yang biasanya dibeli buat souvenir dan oleh - oleh saya rasakan di Penang 40%-60% lebih murah dibandingkan Kuala Lumpur. begitu pula dengan harga hotel.

intinya, saya bersyukur sekali bisa ke Penang di awal tahun ini.  mengunjungi pusat kota George Town yang terasa seperti galeri seni. menikmati pantai Batu Feringhi, mencium angin laut Padang Kota Lama (Padang Bai), serta mengunjungi Jing-Si Books Store and Cafe.

meski belum semua yang Penang miliki saya kunjungi, namun saya sangat bahagia dengan kesempatan empat hari tiga malam kemarin. 

Penang and George Town has been stole my heart. indeed. I'll definitely will come back. via Singapur tapi.

Beach, Golf, and the Vibes. Penang means to me.

***

keempat, keinginan ke Korea yang semakin kuat.

sumber gambar: korea.net

selama 2023 saya selalu berpikir tentang pergi ke Jepang. namun, makin hari di 2024, kenapa keinginan ke Jepang dikikis oleh antusiasme ingin ke Korea Selatan.

ditilik dari vibesnya, sepertinya Korea itu romantis....

kita mulai dari Korea Selatan versi bebas visa bagi pemegang paspor Indonesia dulu ya. Jeju Island. 

awalnya saya ingin ke Jeju mengejar Autumn Foliage, tapi ntah kenapa Winter in Jeju seems to more promising.

you know, biasanya winter tuh vibes nya gloomy kan ya. tapi dari foto - foto Jeju ini, clear blue sky membuat winter disana mengundang keceriaan untuk si nggak pernah pegang salju seperti saya ini. 

seperti yang warga sipil umumnya pahami, winter dan keceriaan jarang berada dalam satu kalimat. hal ini sepertinya yang membuat keinginan ke Korea mengalahkan keinginan ke Jepang.

kemudian tentang mengunjungi Daratan Utama Korea Selatan....

tidak ada yang mampu membuat seorang mbak - mbak kantoran boros berubah menjadi lebih alim dan rajin menabung selain proses dan persyaratan pengajuan visa. yang dalam konteks ini, visa Korea Selatan.

iya saya tau, tidak ada yang bisa mengerti keputusan diterima/ditolaknya pengajuan visa Korea Selatan seseorang selain Tuhan dan staff Embassy. namun, mencoba membangun kebiasaan rajin menabung dan berdoa lewat perantara proses pengajuan visa tidak salah kan ?

***

Terakhir, kesadaran bahwa saya baik - baik saja bila tidak terdistraksi

iya, ini adalah highlight dari postingan ini. 

2024 menyadarkan saya, saya baik - baik saja jika tidak "direcoki"

tsunami informasi dan society yang bias dalam melihat batasan privasi orang lain adalah dua hal yang saya hadapi setiap detik di 2023. 

sebagai latar belakang, adik saya yang laki - laki akan menikahi pacarnya awal bulan depan. adik bungsu saya, juga laki - laki akan melamar pacarnya tahun depan.

saya hanya empat bersaudara. saya dan saudara kembar perempuan saya, Fatimah. serta kedua adik laki - laki kami.

keputusan mereka menciptakan benturan persepsi di lingkaran keluarga dan masyarakat sekitar saya. apalagi masalahnya kalau bukan "dilangkahi" menikah oleh adik, laki - laki pula. meanwhile saya dan Fatimah masih jomblo.

belum lagi konten tiktok menyudutkan yang isinyta fokus menghina para perempuan jomblo usia 30 seperti saya. yang sialnya, kenapa muncul di FYP saya.

honestly, I'm kinda suffering with that situation, and think about S word several times a day.


sampai akhirnya hari kedua saya di George Town. jadi ceritanya saya pindah hotel karena satu dan lain hal. lalu tanpa betul - betul aware, saya memilih menginap di apartment. turns out ternyata gedung apartment yang saya booking ini berada persis di sebelah Gleneagles Hospital. salah satu rumah sakit terbesar dengan 70% pasiennya adalah orang Indonesia.

rupanya unit apartment yang saya tempati memiliki desain interior yang memudahkan ruang gerak mereka yang sedang dalam recovery pasca keluar dari Rumah Sakit di sebelahnya. terlihat dari tata letak ranjang, luas kamar mandi, serta penataan furnitur yang mengingatkan saya akan kamar VVIP rumah sakit. semua lengkap, hanya ranjang pasien dan tiang infus aja yang nggak ada.

the view was amazing. saya dapat unit di pojok yang menawarkan tiga pemandangans sekaligus : Andaman Sea, The Penang Hill, and Gurney Drive City Skylight from Above.

but I can feel and absorb the energy, suasana di unit apartemen mewah itu adalah kedukaan.

sebuah duka yang, mereka datang jauh - jauh dari wherever they come from, membawa harapan dan uang yang tidak sedikit. berangkat ke Penang untuk bisa tetap hidup. tanpa tau apakah tuhan kabulkan harapan mereka. 

meanwhile kenapa saya berulang kali minta mati. 

that second day really claps my heart. 

di hari itu juga saya sempat ngelewatin KJRI. saat itu saudara kembar saya bilang alasan KJRI ada di Penang mungkin karena banyak orang Indonesia yang meninggal di sini.

the silent moment menikmati pemandangan indah dari lantai 30 pada sore dan malam hari sambil makan chiki yang seharusnya menjadi aktivitas yang fun dalam proses saya creating memory inside my heart malah jadi sesi muhasabah dalam memaknai ulang arti hidup.

di titik inilah saya berjanji pada tuhan dan diri saya sendiri untuk jangan lagi minta S word. karena hidup saya yang dikasih tuhan seberharga itu.

***


sore hari selanjutnya (hari ketiga saya di Penang), saya memutuskan untuk merelakan satu malam saya hangus di unit apartemen dengan pemandangan spektakuler itu. because I can't bear with the energy anymore. nothing wrong with the apartment unit and the hospitality from the suites developer as well. everything was right. 

I just feel extremely shame to my creator about my arrogant wish without knowing well what the meaning of life for the one who suffering so much inside the hospital beside my apartment building. 

saya merasa bersalah happy - happy liburan meanwhile almost all the resident of the building can't feel the way I feel. I am very sorry with their situation, but I came to Penang from thousand miles from Bontang in the purpose of live alive too.

so, I think I need to move into another area in order to make myself feeling better. 
 
hotel saya di malam terakhir liburan di George Town ini nggak seluas, semewah, dan se-amazing unit apartment yang saya tempati sebelumnya. jauh banget levelnya hotel budget ini sama apartemen itu. tapi hati saya senang, suasana hotelnya hangat. suara adzan terdengar. neighbourhood nya ceria, saya bisa makan nasi kandar pelita (hatiku) hanya dengan jalan kaki. 

saya pindah ke area McAlister road tempat keriaan berada. bukan daerah yang turis-turis banget sih, tapi saya sangat nyaman berada di area ini. mungkin karena saya merasakan optimisme dan happiness di sini. ataukah karena di jalan ini terletak klinik kecantikan paling manjur ? I don't know either.

intinya tuhan kabulkan doa saya ingin creating good memories di waktu liburan saya yang tinggal sedikit, doa yang melatarbelakangi keputusan saya pindah hotel. karena saya nggak mau ingat George Town dengan kesedihan.

and I made the right decision, my last day in George Town was amazing and I had amazing flight to Kuala Lumpur as well.

once again, thank you Jason Lim.

***

dalam penerbangan tiga jam dari Kuala Lumpur menuju Balikpapan, saya banyak merenung. sebenarnya apa hal yang membuat saya merasa tidak baik - baik saja.

apakah takdir adik laki-laki saya, ataukah takdir saya ?


dan jawabannya adalah perspektif orang-orang di luar saya atas takdir saya, yang sedihnya sampai kepada saya.

saya bahagia dengan takdir yang tuhan gariskan atas hidup adik saya, namun kebahagiaan itu seketika luntur karena tatapan kasihan orang - orang atas takdir saya. 

saya bahagia dengan takdir saya. masih sendiri, sehingga saya tidak perlu konsiderasi orang lain dalam mengambil keputusan travelling. memiliki pekerjaan dan penghasilan. dan menjalani hidup sesuai keinginan saya (bisa membeli barang yang saat masih mahasiswa dulu itu hanya mimpi dan bisa travelling ke tempat yang juga merupakan mimpi saya. dengan uang saya sendiri).

namun takdir saya yang baik ini dan saya yang baik - baik saja ini menjadi terasa salah ketika ada yang percaya diri menyampaikan pendapatnya tanpa saya minta


mereka berbicara ke saya seakan tanpa risiko. seakan menjadi si paling peduli namun sebenarnya hanyalah seseorang yang memaksakan kebenaran versinya kepada orang lain. 

kepedulian orang-orang yang melampaui batas inilah yang merecoki hidup saya. membuat saya merasa kurang berharga dibandingkan dengan idealisme mereka (yang mereka sebut standar di masyakarat), dan tanpa sadar mendorong saya untuk meminta mati. 

saya baik - baik saja berumur 30 tahun dan belum menikah, namun pendapat mereka bahwa saya menikahi idealisme saya sehingga nggak laku-laku lah yang membuat saya merasa tidak baik - baik saja.

saya baik - baik saja adik laki - laki saya "melangkahi" saya dan Fatimah. saya percaya perkara jodoh adik saya sudah digariskan waktunya oleh Allah dan saya ridho atas takdir adik saya. namun, pendapat bahwa saya yang salah urusan cari suami sampai-sampai "dilangkahi" oleh adik saya lah yang membuat saya merasa tidak baik-baik saja.

saya baik - baik saja dengan kesendirian saya ini karena saya percaya jodoh saya pasti ada, namun pendapat bahwa saya tidak mungkin dapat "barang bagus" jika menikah di usia 30 an ke atas lah yang membuat saya merasa tidak baik - baik saja.

hidup saya baik - baik saja, namun karena terlalu banyak "yang merecoki" dengan mulut-mulut tidak bertanggungjawab itulah yang membuat saya tidak baik - baik saja.

kalau dalihnya berdoa, in my honest opinion they must to be clear. berdoa baik di depan saya lebih terasa tulus dibanding membandingkan saya yang jelas jelas keluar dari standar masyarakat ini.

all in all, saya bersyukur menemukan akar pemicu kesedihan saya

after all, ini adalah takdir tuhan. mereka mengatakan hal - hal mengerikan itu juga atas izin tuhan. di 2024 ini, saya sadar mana domain yang memang saya dan mana domain yang bukan diri saya.

and I train myself to being focus so the distraction doesn't triggers me anymore.

yes, I will be okay.

okay ?

terima kasih sudah membaca sampai kalimat ini, saya berdoa kebaikan dan kekayaan selalu menyertai kalian.




Bontang, 17 Januari 2024
With Love,





Faizah Akhsan


 

15 January

sumber: bu.edu

semua bermula dari saudara kembar saya, Fatimah. kala itu, setelah lebaran Idul Fitri 2022 ia mudik ke rumah nenek bersama adik saya Fuad dan Abah saya. saya sengaja tidak ikut karena akan menemani umi yang ujian proposal disertasi di waktu yang sama.

di rumah nenek, Fatimah melakukan video call dengan kakak sepupu kami. kakak Azmi, yang ibunya merupakan kakak dari Abah. percakapan berlangsung hangat melalui iPhone mama haji. begitu kami memanggil ibu dari kakak Ami. cerita berlanjut ke kakak Ami yang mendoakan agar saya dan Fatimah bisa lanjut master di negeri Paman Sam. doa kakak Ami diaminkan Fatimah dengan jawaban bahwa ia ingin sekali kuliah di Boston.

tak dinyana, terkuak bahwa kakak Ami yang merupakan dosen tetap di University of Saskatchewan dan telah menjadi Permanent Resident di Canada lebih dari satu dekade itu baru saja menyelesaikan Post Doctoral nya di Harvard Law School. almamater yang diincar oleh saudara kembar saya.

ya, Fatimah sangat ingin berkuliah di Harvard Extension School dengan mengambil konsentrasi Industrial-Organizational Psychology Master's Degree Program. 


sumber: bu.edu

lalu, mengapa tiba-tiba Boston University ?

sudah lama saya ingin kuliah di Boston. namun terus terang, terkendala jarak karena saya inginnya 100% Full Online dan hanya ke Boston saat Graduation Ceremony saja. saya sadar pekerjaan saya tidak bisa di-hold. apalagi beberapa perusahaan masih seumur jagung sehingga tidak ada pilihan untuk pergi. 

masih segar di ingatan saya; Massey University, Auckland University of Technology, dan University of Canterbury, serta University of Birmingham menawarkan full offer untuk posisi master pada saya yang dengan menyesal harus saya tolak. alasannya apa lagi kalau bukan karena posisi saya yang tidak bisa meninggalkan Bontang.

***

lama saya terpekur dalam duka gagal berangkat sekolah ini. sampai akhirnya Fatimah bercerita pulang mudik. yang cerita tersebut membangkitkan lagi semangat dan mimpi saya untuk lanjut sekolah master.


sumber: bu.edu

saya lalu kembali membuka akun edX saya yang berdebu. rutin mengikuti course dengan topik yang saya sukai. lalu suatu hari di Minggu pagi saya terpana. Boston University Questrom School of Business menawarkan program Online MBA yang sangat terjangkau untuk ukuran top school.


sumber: edX

kekhawatiran saya selanjutnya adalah tentang GMAT/GRE. namun ternyata syarat ini opsional bagi program yang saya pilih. karena kebetulan, latar belakang pendidikan sarjana saya adalah Teknik Sipil. saya rasa hal ini sudah cukup menunjukkan qualitative aptitude saya. 


sumber: edX

hal selanjutnya yang membuat saya yakin adalah: program yang saya pilih memberikan kepastian untuk bisa menghadiri wisuda di Boston. satu kemewahan yang menjawab mimpi saya ingin wisuda di "taman".


sumber: bu.edu

berikut adalah rincian tuitition fee untuk program yang saya pilih. 

sumber: bu.edu

lantas saat ini Faizah berada di tahap mana ?

seseorang bercerita pada saya pengalamannya apply master di Boston University memakan waktu selama tiga tahun (karena program dia offline dan dia ikut beasiswa LPDP). saya berharap saya memiliki persiapan antara 1 - 2 tahun dari saya menulis postingan ini. 

saat ini saya masih menyiapkan uang kuliah karena saya bayar sendiri. kemudian saya juga sedang riset untuk menyiapkan essay yang mungkin butuh waktu 6 bulan sendiri. selanjutnya saya mungkin harus mengambil re-take IELTS. sisanya adalah saya harus re-polishing berkas-berkas admissions.

untuk berjalan lebih dekat ke mimpi saya, saat ini saya fokus melecut diri saya untuk menyelesaikan berbagai course gratis di edX untuk membangun habbit ketika nantinya saya sudah mulai kuliah. sekalian juga untuk memberikan foundation knowledge biar nanti pas kuliah saya nggak kaget-kaget amat.

anyway, jalan saya masih panjang. semoga tulisan ini menjadi doa dan afirmasi nyata atas mimpi lanjut master di Negeri Paman Sam. semoga Allah takdirkan mimpi saya tercapai. juga Allah berikan keberkahan dalam menjalani sebelum, sesaat, dan sesudah kuliah.

terima kasih sudah membaca. semoga bermanfaat.




Bontang, 15 Januari 2023




Faizah Marifah








Faizah and Her Enchanting Journey | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi