travel life

15 September


Selamat pagi dari Causeway Bay! hari kedua di Hong Kong saya memulai hari dengan kegiatan favorit saya: membaca koran ! South China Morning Post adalah koran favorit saya setelah The Straits Times. jurnalisme berimbang, informatif dan tidak provokatif. membuat saya bisa mencerna paparan peristiwa dengan struktur logika tanpa harus melibatkan emosi.

hari kami dimulai menjelang siang, karena ternyata tempat makan halal di Hong Kong umumnya baru buka menjelang tengah hari. sehingga pilihan yang ada hanyalah Hong Kong Style Breakfast, sependek yang saya tau, tempat HK Style Breakfast halal adalah Chrisly Cafe. tapi ya masa pagi-pagi perut kosong langsung ke Mong Kok sih, saya kan nginepnya di Hong Kong Island. jadi, yaudah diputuskan Brunch sekalian Lunch di Islamic Centre Canteen. 


Islamic Centre Canteen menjual dimsum halal terenak di dunia. benar saja, ketika masuk di lantai 5 bangunan Ammar Mosque & Osman Ramju Sadick Islamic Centre terdengar hiruk pikuk kegiatan makan yang, sangat Hong Kong sekali. 

seluruh kursi hampir terisi penuh. saya, Fatimah, dan Annisa sudah siap untuk duduk dalam satu meja bersama warga Hong Kong lainnya. namun, ternyata Aunty penjaga kasir cepat menunjukkan meja dekat dinding yang bisa kami tempati bertiga.

Aunty ini juga yang bertugas mencatat pesanan minum dan makanan (selain dim sum) yang kita inginkan. untuk dimsum sendiri, sistemnya sedikit berbeda. kami diberi satu buah kartu berbentuk tabel untuk kami bertiga. caranya adalah salah satu dari kami berjalan ke arah stall dim sum dan memilih dim sum yang kami mau. petugas akan menandai dim sum pilihan kami di kartu tersebut. dim sum kemudian kita bawa sendiri ke meja (self service). berbeda dengan minuman dan makanan selain dim sum yang sistemnya diantar ke meja kita oleh petugas. setelah kegiatan makan selesai, kartu diserahkan ke kasir untuk disatukan pembayarannya dengan pesanan lain di luar dim sum. 

kami memesan cukup banyak jenis dim sum karena baik makan dan bayar kita patungan. tapi rekomendasi pribadi saya ada 3: spring roll, shiumay, dan hakau.

ternyata pesanan kami kebanyakan. dan hal ini sudah saya antisipasi. saya udah bawa kotak bekal untuk menyimpak lebihan makanan ini. sempurna. kami punya microwave dan kulkas di apartment. 

sumber gambar: google

kelar makan dan bungkus makanan, Fatimah mampir di Craft Coffee Roaster untuk ngopi pagi dan kita membahas rencana hari itu. kami juga menyepakati aturan lokal bersama selama di Hong Kong. seperti membeli makan di malam hari untuk disimpan sebagai sarapan keesokan harinya (KFC Wan Chai), menyetok buah untuk snack (buah termurah yang ada), dan membeli detergen cair untuk mencuci baju.

segelas kopi habis, kesepakatan tercapai, kami pun bergerak ke local groceries store untuk membeli sesuai perencanaan. dan Alhamdulillah ternyata buah - buahan termurah di Hong Kong adalah buah - buah premium di Bontang seperti Anggur Muscat, Seedlees Grape, dan buah favorit saya: blueberry!



beres drop belanjaan dan memastikan stock makanan aman, kami mencoba naik MTR untuk pertama kali. rute yang kami pilih adalah Apartment - Ladies Market PP. kami harus familier dulu dengan rute ini sebelum badan keburu capek dan emosi naik. 

ini rute dengan transfer platform (dari Island Line menuju Tsuen Wan line). kami harus mendapatkan panduan terbaik untuk masuk dan keluar dari pintu yang tepat dari dan ke Apartment. untuk itu, kami sengaja "menjaga" waktu ashar dan memutuskan akan makan Wai Kee Halal Restaurant pada sore hari. restoran halal yang Alhamdulillah juga walking distance dengan Apartment kami.


kami berangkat dari stasiun MTR Causeway Bay dan turun di Stasiun MTR Mong Kok. Moovit mengatakan jalan masuk paling oke dari apartment adalah melalui Causeway Bay MTR Exit B. ternyata, eksplorasi kami membuktikan Causeway Bay MTR Exit C adalah pintu MTR paling dekat dan nyaman dari Apartment kami. sesampainya di Mong Kong MTR Station Moovit benar menunjukkan bahwa Pintu Exit terbaik adalah Mong Kong MTR Exit E2. karena selain tepat di depan Ladies Market, di sebelah kanan jalan ada GU Store dan jalan sedikit ke kiri ada Lung Fung Mall. toko dispensary favorit Annisa.


Ladies Market adalah versi authentic, scatter, and grande dari Petaling Street Kuala Lumpur. versi messy and cultured dari Chinatown Market Singapura. pasar wisata pusat oleh-oleh dengan harga overprice dan sarana terbaik adu mental urusan tawar menawar. 

di sini saya melihat banyak sekali karakter manusia dengan berbagai peran. melihat banyak sekali produk souvenir dalam berbagai konsep. juga produk tembakan berbagai merk mahal dunia. meski, banyak juga produk manufaktur yang kualitasnya bagus dalam versi no brand/no logo. saya mendapatkan dompet kulit asli dengan harga 100 dollar tanpa logo/merk. penjualnya ramah, tidak terlalu adu urat saraf juga urusan tawar-menawar. 

saya juga membeli beberapa tote bag untuk anak-anak di kantor, pajangan meja untuk di rumah, dan magnet kulkas. 

kelar cuci mata. kami lalu memutuskan balik ke apartment sesuai rencana. untuk makan roasted duck halal khas Hong Kong. 


berbeda dengan Dim Sum Hong Kong Halal yang terletak di bangunan eksklusif, Wai Kee Halal Restaurant terletak di Bowrington Road Market and Cooked Food Centre. jadi semacam Hawker Centre di lantai atas wet market.

pengalaman makan di sini begitu lokal, dan begitu Hong Kong. yang, mungkin kalau nggak siap mental bisa sedikit mual karena tempatnya kotor dan kurang proper bagi sebagian orang. oh iya, di Hong Kong air putih tersedia gratis di setiap tempat makan lengkap dengan gelas plastiknya. di sini juga ada budaya untuk merendam peralatan makan di air panas sebelum digunakan. 

Wai Kee Halal Restaurant sendiri sepertinya dijalankan oleh sebuah keluarga. mereka bekerja dengan cepat, tepat, dan penuh sinergi. di sini ada beberapa menu yang tersedia. namun juaranya adalah Roasted Duck dan Mutton Curry. 

beres makan, kami kembali merancang perjalanan menyeberang laut via MTR. kali ini tujuan kami adalah Kowloon Park dan Tsim Sha Tshui. 


Kami datang ke Kowloon Park ketika hari menjelang maghrib dan Kowloon Park sudah mau tutup. Alhamdulillahnya ketika kami keluar exit MTR langsung terlihat bangunan Masjid Kowloon. sehingga, rencana kami adalah setelah puas di taman kita akan langsung shalat di Masjid. 


The Flamingos !

melihat hewan berbulu pink ini adalah salah satu wish list kami ketika bermimpi liburan ke Hong Kong. karena burung air ini tidak hidup liar di iklim Indonesia. kami harus ke pulau jawa dan membayar tiket masuk untuk wisata berbayar berbasis binatang jika ingin melihatnya. yang mana berat sekali untuk kami orang Kalimantan ini.


Kowloon Park adalah taman kota gratis di jantung Hong Kong bagian Kowloon. taman ini terbagi menjadi beberapa area dan memiliki kontur bergunung-gunung. terdapat museum, kolam renang, chinese garden, berbagai jenis air mancur, labirin, patung - patun seni, dan fasilitas makan minum tematik sesuai konsep taman. 



butuh waktu seharian untuk puas mengelilingi taman asri ini. karena waktu kami terbatas, maka prioritas kami adalah melihat Flamingo dan keluar sebelum gelap. karenanya, setelah puas melihat Flamingo kami langsung bergerak ke arah masjid. untuk shalat dan menunggu waktu maghrib selesai.


Masjid Kowloon merupakan masjid besar di pinggir jalan prestisius Hong Kong. berjarak hanya 1 kilometer dari Victoria Harbour Waterfront in Tsim Sha Tsui. tujuan utama turis dari seluruh dunia mengunjungi Hong Kong. 

saya suka dengan marmer, tempat refill minum, dan area shalat laki - laki di masjid ini. sayang, area wudhu dan area shalat perempuan dalam hemat saya kurang proper dan rawan najis. hal ini yang membuat saya mengurungkan niat shalat di sini dan lebih memilih untuk shalat secara jamak takhir saja nanti di apartment.  


terima kasih sudah membaca sampai sini, ini adalah babak akhir cerita perjalanan hari kedua saya di Hong Kong. saya berjalan di antara bangunan dan lampu neon Hong Kong yang kemilau. melihat The Famous Chungking Mansion dan seluruh bangunan iconik Hong Kong yang selama ini hanya ada di layar handphone saya.

hari itu, saya melihatnya secara nyata.


The Peninsula, Hong Kong Museum of Art, dan Avenue of Stars hadir di hadapan saya. saya, Fatimah dan Annisa memutuskan duduk demi mengamankan tempat saat show Symphony of Lights dimulai.


Hong Kong cukup berkabut hari itu, namun saya tetap bersyukur bisa menyaksikan pertunjukan lampu dan pencakar langit yang tidak ada di Bontang itu. 

kami mengakhiri hari dengan pulang naik via MTR Tsim Sha Tsui (MTR dengan exit terbanyak yang saya temui) langsung menuju Causewaybay Station. dan itulah akhir dari hari kedua kami. hari yang menyenangkan, dan terpatri baik di core memory saya. bahwa, Hong Kong sungguh berkilau.  
 


Bontang, 15 September 2025




Riffat Marifah, yang lagi banyak masalah













02 August



Penerbangan Singapore Airlines menuju Hong Kong berjalan dengan lancar. ini pertama kalinya bagi saya melakukan perjalanan internasional dengan pesawat full service. menyenangkan rasanya memiliki kesempatan melihat video safety demonstration dari layar di depan kursi. selama ini saya pikir safety demonstration harus diperagakan manual oleh awak kabin. kemudian saya juga baru tau bahwa inflight meal itu lengkap meliputi : roti dengan butter, makanan utama, yogurt dengan potongan buah segar, dan air mineral. lalu ada free flow berbagai minuman (saya coba orange juice, apple juice, chinese tea, dan milo) yang bisa dipesan hot atau cold. 


kamar mandi juga menyenangkan. saya bisa mengisi bidet portable saya sehingga urusan toilet yang selama ini menjadi momok menjadi perkara yang bearable selama penerbangan.


saya bahkan meminta snacks tambahan ke galley dan dikasih. 


wow, Singapore Airlines benar-benar menaikkan level pengalaman perjalanan udara saya ke tingkat yang lebih tinggi.



tiga puluh menit sebelum mendarat, saya menangis melihat langit Hong Kong. pencakar langit mulai menunjukkan wajahnya, jumlahnya benar - benar banyak seakan dipaku ke bumi seperti pepohonan yang membentuk hutan. sebagai insan konstruksi yang proyeknya sering kena pangkas anggaran, ini benar - benar dunia yang luar biasa. produk konstruksi di mana-mana. baik yang sudah difungsikan maupun yang masih dalam tahap pembangunan.


akhirnya, tuhan izinkan saya sampai di Pearl of The Orient. 



pesawat mendarat di Hong Kong International Airport (HKIA) berdampingan dengan maskapai-maskapai yang saya baru lihat pertama kali : Air China dan Thai Airways. kami keluar di gate bernomor kecil sehingga jarak antara gate ke imigrasi sangat dekat. tidak perlu naik skytrain yang terkenal menghubungkan ratusan gate di HKIA.


imigrasi Hong Kong masih manual. kita masih harus berhadapan dengan officer. namun, petugas di lapangan sangat strict membagi barisan sehingga antrian antar line hanya berkisar tiga sampai empat orang di depan saya.


masuk Hong Kong tidak perlu visa bagi Warga Negara Indonesia pemegang paspor reguler berwarna hijau. saya berhadapan dengan Immigration Officer perempuan yang menanyakan kapan saya pulang dari Hong Kong dan langsung memberi stempel izin masuk.


masalah muncul ketika saya sampai di belt bagasi. alih - alih koper, justru nama saya dipajang untuk diminta menemui petugas darat. singkat cerita intinya bagasi saya ketinggalan. saya memang punya 2 koper. koper besar dan kecil. di Balikpapan, saya bilang ke petugas darat bahwa 1 koper (besar) langsung ke Hong Kong, 1 koper (kecil) ikut saya ke Singapore. yang ketinggalan adalah koper yang nggak ikut saya ke Singapore. seperti layaknya robot, saya yang kaget karena pertama kali mengalami kejadian ini masuk ke mode auto-pilot lalu mengurus administrasi dan teknis bagasi saya. kemudian saya mendapat kepastian bahwa bagasi akan diantar langsung ke Apartemen saya di Causeway Bay.


setelah itu saya beneran blank, sampe nggak lihat jalan trus nabrak bule yang bingung kenapa dia ditabrak padahal HKIA cukup lengang saat itu.


Saya lalu memilih duduk dan menenangkan diri. tapi emosi saya campur aduk. di satu sisi, excitement untuk segera ke kota membuncah. di sisi lain, saya masih lemes sama bagasi saya dan sedih juga baru aja landing udah nabrak orang. hal ini membuat saya nggak bisa berpikir jernih. bahkan untuk menemukan counter OBS untuk mengambil octopus card dan sim card lokal China Mobile HK saja saya harus berputar-putar. padahal, lokasinya tidak jauh dari tempat saya duduk. 


tapi kemudian saya melihat beberapa perempuan pekerja migran asal Indonesia. saya lihat wajah - wajah tabah mereka. saya ingat beberapa dari mereka satu pesawat dengan saya dan mendapat perlakuan cukup buruk karena keterbatasan berbahasa dan perilaku mereka yang dianggap irritating oleh sebagian orang. 


sepertinya itu yang menyadarkan saya. selain suara di dalam diri yang bilang "yuk, segera ke kota. kan mau makan dim sum di Islamic Centre Canteen. nanti kalau makin sore ke kota, nyampe Islamic cuma dapat dim sum bagian ceker"


berangkatlah saya menaiki Airport Bus dengan Kode A11. saya hanya perlu tap octopus card di depan dan turun di Wan Chai Fire Station Bus Stop. Tidak ada urusan transfer platform seperti jika harus naik Airport Express. yes, Air BnB Apartment saya memang beralamat di Causeway Bay. tapi sebetulnya, secara realita berada di area Wan Chai. 


sedih saya hilang segera setelah saya dapat kursi di lantai 2 dan bus melaju (oh sudahkah saya cerita kalau saya suka sekali naik Bus Double Decker ?). selama perjalanan, mata saya lagi - lagi dimanjakan dengan karya konstruksi dalam berbagai aspek. ini juga faktor yang membuat saya memutuskan untuk naik bus saja dibanding harus naik Airport Express. bus memang tidak secepat Airport Express, namun semua infrastruktur fancy saya lewatin semua: sebutlah flyover bertingkat, terowongan bawah laut, dan berbagai infrastruktur penahan ombak yang bersanding dengan hijaunya hutan sub-tropis di sejuknya cuaca Hong Kong di musim semi. 


setelah satu jam, sampailah saya di depan Wan Chai Fire Station. Saya lalu berjalan sekitar seratus meter dan check inn Air BnB Apartment. 





Apartment saya tidak luas, tapi muat untuk tiga orang (saya, Fatimah, dan Annisa). Dilengkapi dengan dapur mini tanpa kompor. namun tersedia pemanas air, kulkas, microwave, dan mesin cuci pintu depan. kamar mandinya standar dengan tekanan air yang baik. memang benar tidak ada bidet di toiletnya, tapi sudah saya antisipasi dengan membawa ember dan gayung lipat portable yang sudah saya beli dari Bontang. 





kemudian saya menuju ke Islamic Centre Canteen. Alhamdulillah, dim sum nya nggak sisa ceker doang. masih ada seporsi Shiumai dan Hakau. saya juga pesan Ayam Lemon yang udah jadi incaran sejak lihat menu Canteen ini.


setelah makan, barulah pikiran saya jernih dan sadar bahwa saya harus belanja sementara koper saya belum sampai. kemudian harus top up saldo Octopus Card juga. jadi saya putuskan jalan - jalan saja sambil belanja di area sekitaran Apartment. 


ternyata itu adalah keputusan terbaik yang saya buat. selama ini, kelemahan saya setiap traveling adalah saya tidak mengenali neighbourhood tempat saya tinggal selain urusan lokasi tempat makan. dengan situasi waspada harus menunggu koper saya tiba di apartment, saya berkesempatan merasakan Hong Kong core di area neighbourhood saya. masih jelas di ingatan saya, saya ternganga melihat tram berbelok di depan saya saat saya berdiri di zebra cross.




God, I'm in Hong Kong ! I'm really blend in the hustle (but) culture of Hong Kong people.


that feeling, is so priceless.


and that's the end of the day one. karena, saya dihubungi oleh kurir yang mengantarkan koper saya. saya lalu mengakhiri hari dengan bersih - bersih lalu istirahat. 


terima kasih sudah membaca sampai sini, mengikuti perjalanan saya hari pertama di Hong Kong.


sampai bertemu di hari berikutnya.


view dari depan Air BnB Apartment saya




Bontang, 2 Agustus 2025





Faizah


08 August


kunjungan saya ke Penang saat itu menjelang tahun baru Cina. itu yang menjelaskan ornamen dan suasana semarak yang saya termui di Gurney Paragon Mall.


ada dua Gurney Mall di Georgetown : Gurney Plaza dan Gurney Paragon. awalnya saya bingung ke Gurney Mall mana yang memiliki store toko buku terbesar.
 

BookXCess flagship store adalah alasan dibalik kunjungan saya di Penang. sebelum saya tau kalau Penang memiliki berbagai hal menarik lainnya yang membuat saya tidak pernah menyesali keputusan kesana. 

kembali ke which Gurney that I must visit in order to reach out the BookXCess flagship store ? jawabannya adalah Gurney Paragon Mall. 





Gurney Paragon Mall lebih baru, lebih sepi, dan lebih elit dibandingkan dengan Gurney Plaza. selain mengunjungi BookXCess,  saya juga bermain golf (Indoor) di MST Golf Arena, membeli lipstik dan sabun muka di Sasa Store, serta membeli bantal di Comfort Bay Store. 

kekurangannya cuma satu: agak sulit mencari makanan halal di mall ini.


at a glance,  Gurney Paragon Mall Lebih terasa seperti home living mall. toko - tokonya didominasi oleh kebutuhan rumah. saya menemani saudara saya belanja di Daiso serta mengunjungi store khusus peralatan dapur. store ini menjual berbagai pisau dengan harga yang mampu memotong rantai kemiskinan.


Sepertinya Penang merupakan daerah yang sangat sukses menggaet warga negara tetangganya untuk membeli properti di sini. dengan daya tarik pemandangan pantai dan dukungan 16 Rumah Sakit berstandar Internasional, gagasan memiliki properti biar gampang kalau berobat terasa masuk akal.  

trend ini yang membuat brand home living kenamaan masuk di Penang. saya belajar banyak di mall ini tentang Bedding Set, Bathroom Set, peralatan dapur, Furniture, hingga gaya hidup lainnya. 


akhir kata, kalau kamu mau ke  Mall yang ramai, banyak makanan halal, banyak jajan cemilan, ramai, memiliki branded store di semua level, rasanya lebih cocok ke Gurney Plaza.

namun, jika kamu ingin belajar membangun dan menata rumah, membaca buku, dan cenderung punya jiwa introvert sepertinya Gurney Paragon Mall lebih cocok untuk kamu.





hai, apa kabar ? lama rasanya saya nggak menulis di sini. senang rasanya bisa kembali menulis dengan tenang, jernih, dan apa adanya lagi. kehidupan saya beberapa bulan terakhir benar-benar menenggelamkan saya hingga saya hampir kehilangan arah. and sadly, kehilangan kebahagiaan menulis di sini.

kali ini, saya mau berbagi hasil kontemplasi saya dalam memaknai value dari sebuah kegiatan perjalanan. kini, saya bukan lagi Budget Traveler. kini saya pindah kuadran menjadi Price Wise Traveler. berikut ceritanya :


1. Saya Lebih Memilih Maskapai Full Service. Jika Tidak Memungkinkan, Maka Saya Memilih LCC dengan Seluruh Add Ons



Scoot Airlines membuka penerbangan langsung ke Balikpapan sebagai respon atas hadirnya calon IKN Nusantara di bumi etam. seiring terbukanya konektivitas dan meningkatnya minat masyarakat Kalimantan Timur, Air Asia. Malaysia Airlines, dan Royal Brunei juga membuka penerbangan langsung ke Balikpapan. 

di awal awal, saya semangat sekali terbang lewat Balikpapan dengan Scoot atau Air Asia (karena jam penerbangan yang lebih cocok) karena saya harus menempuh perjalanan darat selama 6 jam dari rumah saya di Kota Bontang menuju bandara yang terletak di Kota Balikpapan.

lambat laun, saya mulai merasakan bahwa perjalanan darat dari Bontang ke Balikpapan mulai terasa melelahkan lahir batin. hal ini dikarenakan moda transportasi umum yang tersedia beserta infrastruktur yang standar membuat perjalanan darat selama 6 jam tidak bisa dipangkas sama sekali.

kemudian situasi rupiah yang semakin melemah dan dollar Singapura yang semakin menguat, mempengaruhi harga tiket pesawat dari Balikpapan. membuat harga tiket pesawat jadi tidak lagi mendorong jiwa impulsif saya. 

saya lalu berkesimpulan. kini, terbang dari Balikpapan bukan lagi pilihan. 

kini, saya lebih memilih terbang dari Airport Samarinda yang hanya berjarak 2 jam dari rumah saya. lebih memilih Singapore Airlines atau Air Asia dengan seluruh add ons (bagasi, makan 2 set meals, dan seat arrangement) via Surabaya.

kenapa Surabaya ? karena saya dulu berkuliah di Surabaya. saya lebih dari paham tentang seluk beluk Surabaya. Surabaya is one of my comfort zone. tidak ada kota di luar Pulau Kalimantan yang lebih saya percaya untuk survive selain Surabaya.

2. Bepergian dengan Koper 24 Inch adalah Harga Mati




saya suka banget dengan maskapai Scoot Airlines. versi LCC dari Singapore Airlines. apalagi ketika ia membuka penerbangan tiga kali seminggu dari Balikpapan. saya lalu menjadikan Singapura menjadi hub dari seluruh perjalanan luar negeri saya. saya rasa karena itulah saya jatuh cinta dengan Singapura. 

Scoot menawarkan bagasi kabin 10 kg. offering yang sangat genereous dibandingkan maskapai lainnya yang maksimal di 7 kg. sebuah priviledge yang mengajarkan saya how to pack light as a traveler. biasanya saya hanya membawa koper 20 inch yang saya masukkan di kabin atas ketika berangkat, dan membeli bagasi pada penerbangan pulang.  

sementara, ada perubahan di dalam diri saya. saya kini tidak cukup dengan Koper 20 Inchi. karena saya sadari, salah satu sumber ketenangan saya adalah tentang kondisi yang nyaman untuk saya melaksanakan ibadah shalat. kini, travelling tidak terasa lengkap jika saya tidak membawa sajadah yang saya pakai shalat sehari-hari. sajadah tebal yang sudah menjadi saksi terkabulnya doa sejak saya masih di bangku kuliah. sajadah itu cukup berat. belum ditambah kabel colokan yang saya bawa sendiri karena gadget saya banyak. lalu toiletries dan handuk yang selalu saya bawa karena saya tidak pernah mau dependent dengan hotel tempat saya menginap. 

Sajadah, Kabel Colokan, Handuk, dan Toiletries, ditambah keperluan standar travelling lain. apalagi, saya juga menyiapkan space kosong untuk barang belanjaan saya. hal ini yang membuat koper berukuran 20 Inch tidak sanggup menampung barang bawaan saya.

pemilihan koper 24 inch instead of 28 inch didasarkan pada limit bagasi yang saya pilih serta kekuatan diri saya untuk mengangkat koper tersebut. saya tidak pernah pakai jasa porter di Airport dan saya berprinsip untuk bertanggungjawab atas seluruh barang bawaan saya tanpa harus melibatkan orang lain.  

 3. Value Saya dalam Mencari Hotel adalah : Ruangan Spacious, Kamar Mandi Dalam, Bidet/Kloset Jepang, dan Makanan Halal


standar "spacious" kamar hotel bagi saya adalah dimana luasan ruangannya mampu untuk saya membuka sajadah secara undisturb. seperti yang saya ceritakan sebelumnya, bahwa salah satu sumber ketenangan saya adalah tentang kondisi yang nyaman untuk saya melaksanakan ibadah shalat.

jika saya punya ruang khusus untuk saya menaruh sajadah dan shalat dengan nyaman, maka urusan space untuk koper bukan lagi masalah. karena jika untuk shalat saja mudah, apalagi untuk sekedar buka koper. 


kamar mandi dalam adalah cara saya menjaga kesucian tempat berwudhu untuk saya sholat. lalu, saya tuh anaknya penakut. kalau malam, saya sering ke kamar mandi. dan yang terpenting, kamar mandi dalam menjadi solusi jika saya ingin shalat malam. 


nyambung dengan urusan kamar mandi dalam yah, toilet dengan bidet adalah cara saya menjaga kesucian baju dan tubuh saya untuk shalat. jika memang tidak ada bidet/kloset jepang, maka saya akan mencoba mencari kamar dengan kamar mandi bathub atau shower mandi yang bisa ditarik ke kloset sebagai pengganti bidet



saya suka sekali makan. sumber kebahagiaan saya adalah makanan dan jalan kaki. perjalanan ke manapun menjadikan kuliner menjadi prioritas utama. penting bagi saya memilih hotel di lokasi yang memiliki paling tidak satu stall makanan halal authentic daerah tersebut.

kalau di Singapura, saya selalu suka di daerah Geylang Serai Market & Food Centre/Haig Road Moslem Food Centre. di Seoul saya suka di dekat Kampungku Halal Restaurant Myeongdong. di Hongkong saya suka hotel yang walking distance ke Wai Kee Halal Restaurant atau Islamic Centre. di Kyoto atau Tokyo saya suka hotel dekat Halal Ramen Ayam Ya. di Penang saya suka di Lorong Selamat karena dekat dengan Nasi Kandar Pelita. atau seperti di Kuala Lumpur saya suka di daerah Chinatown untuk makan di warung warung Amak muslim atau makan Burger Ramlee waktu sore. 

jika memang tidak ada area halal, saya mencoba untuk tinggal di hotel dekat restaurant no pork no lard seperti Kyochon Chicken Restaurant di Jeju City 


4. Menunggu Lebih Sabar, untuk Travelling Lebih Proper, From Budget Traveler  to Price Wise Traveler



akhir kata, tulisan ini tentang perjalanan saya pindah kuadran ke kategori Price Wise Traveler.

menurut longman dictionary of contemporary english, price wise diartikan sebagai  informal used for saying which feature of a situation you are referring to. 

ketika memutuskan untuk memperjuangkan value yang saya miliki dalam merencanakan perjalanan, saya paham ada harga yang harus dibayar. my life value comes worth certain price to pay. karena situasinya jelas yah. everything comes with consequence. jelas disini saya memilih konsekuensi harga dibandingkan settle for less yang membuat saya nggak tenang ibadah shalat dan akhirnya bikin perjalanan jadi nggak tenang. trus saya nya jadi nggak happy.

berpindah kuadran untuk menerima kenyataan saya udah di level price wise dalam hal travelling membuat saya agak shock sebenarnya. saya yang di 2023  mencetak rekor perjalanan ke luar negeri terbanyak seumur hidup,  kini (2024) sepertinya harus puas dengan perjalanan di awal tahun lalu saja (Singapore - Penang - Kuala Lumpur). 

perjalanan di awal tahun ini sangat Price Wise sekali dengan segala kejutannya. tapi saya happy. saya ingin mengulang kebahagiaan itu. langkah pertama adalah dengan mengaudit dan memperbaiki performa personal finance saya. kemudian melakukan riset dan mengeksekusi sesuai rencana.

langkah yang cukup berani sebenarnya. tapi saya percaya menunggu lebih sabar untuk travelling lebih proper jauh lebih bijaksana ketimbang mengeksekusi tiket pesawat sebanyak mungkin namun berakhir dengan memaklumi banyak hal terjadi tidak sesuai value saya. susah cari makanan halal, susah shalat, dan kelelahan  fisik akibat terlalu lama di perjalanan darat. 

memang saya harus lebih sabar. namun lebih baik capek terbang, dibanding capek perjalanan darat. lebih baik menginap di hotel yang sedikit di atas rata rata harga hotel budget, asal nyaman shalat dan makan halal. lebih baik menambah sekian ratus ribu untuk bagasi penerbangan berangkat dibanding membawa koper kabin dan berakhir membeli koper tambahan saat pulang. 

pada akhirnya, semua orang memiliki visi masing - masing dalam merancang sebuah perjalanan. visi tersebut diturunkan menjadi hal - hal yang tidak ingin ditoleransi bernama value. dan saya memilih untuk itu. saya memilih untuk mengedepankan kualitas perjalanan ketimbang kuantitas kunjungan. 

Finally, I choose for being wise tralever over budget traveler. 

kalau kamu ?








Faizah and Her Enchanting Journey | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi