20 July



saya tiba tiba teringat pengalaman saya terjun ke lapangan (dunia proyek konstruksi) untuk pertama kali sekitar tahun 2013. wah nggak kerasa sudah berjalan tiga tahun saya terjun sebagai tenaga professional di bidang ini.

waktu itu satu kantor cuekin saya, mereka masih belum yakin bahwa saya serius di bidang ini. dipikir saya cuma main main aja di salah satu perusahaan orang tua saya.

oh sungguh terlalu.

awal awal saya gabung, saya dianggap nggak ada, saya bengong di kantor selama tiga hari padahal kantor lagi hectic, di hari keempat akhirnya saya dikasih kerjaan ngitung struktur dan volume, jam setengah lima sore, tepat tiga puluh menit sebelum jam kantor bubar. kerjaan diminta selesai besok paginya jam 9 - 10 an. terpaksa saya harus lembur pelan pelan mengerjakan yang dimaksud.

keesokan harinya kerjaan saya dikoreksi dan salah semua, kemudian saya (baru) diajarin gimana cara ngitung yang benar sesuai standart kantor (bukan standar anak kuliahan) sambil dimaki maki.

saya masih ingat makian (saya lebih suka menganggap nasihat) yang dilontarkan atasan saya "KAMU TUH MASA NGITUNG PERHITUNGAN DASAR ALA ANAK SD AJA NGGAK BISA, YANG KAMU HITUNG INI KAN TERAPAN AJA.. KUNCINYA YA DI MATEMATIKA DASAR, KAMU NIH GIMANA SIH. BELAJAR MELOGIKA, BELAJAR UNTUK MENJEMBATANI TEORI DI PERKULIAHAN DENGAN KEADAAN DI LAPANGAN, LOGIKA TUH DIPAKE"

keesokan harinya setelah saya sukses mengerjakan tugas kantor dengan benar saya kemudian diajak untuk ikut survey pengukuran lahan, jangan bayangkan survey kami sore sore disaat matahari cerah ceria dengan suasana sejuk. saya stand by sama team udah dari kelar makan siang dan kami baru benar benar berangkat jam 2 siang disaat matahari lagi panas panasnya.

lokasi survey berada di semak semak yang sebagian merupakan rawa, senior saya memilih posisi pengukuran yang agak mending sementara saya jauh masuk ke dalam semak dan rawa sambil nenteng roll meter, pulpen dan kertas untuk menggambar posisi existing dan site plan.

pulang pulang badan saya gatel gatel luar biasa.

di lain kesempatan untuk pertama kalinya saya diajak ke proyek yang sudah selesai proses pematangan lahannya dan siap untuk dibangun. saya diajak untuk ngecek besi apakah sudah sesuai SNI atau belum, plus menghitung kebutuhan besi per section.

saya kagok pake jangka sorong, secara terakhir pake itu di lab fisika jaman SMA. di kampus seingat saya nggak ada ngukur ngukur besi pake jangka sorong karena di lab semua sudah sesuai standart.

lagi lagi saya dimaki "KAMU DULU BISA LULUS SMP GIMANA ? PAKE JANGKA SORONG AJA NGGAK BISA. NGGAK MUNGKIN DULU DI SMP NGGAK DIAJARIN"



ketika sudah berjalan setahun saya di kantor, saya kemudian mulai sering ke proyek untuk lihat metode pelaksanaan, udah bisa kalendering, counting pukulan pancang dan lain sebagainya.

satu hal yang saya perhatikan, ketika pengecoran seringkali sesama pekerja konstruksi berkata kasar satu sama lain, kosakata kebun binatang dan dunia lain menjadi hal yang tidak asing di telinga saya. nggak jarang saya juga kena damprat.

pengecoran merupakan salah satu momen paling menegangkan di proyek konstruksi karena ketika kami gagal cor maka bisa dipastikan seberapa besar kerugian waktu, uang, dan tenaga.

komunikasi di dunia konstruksi memang sekejam itu, disini kunci manajemen risiko keributan di proyek sangat dibutuhkan, cuaca yang sangat panas. pekerjaan yang mendekati deadline, tekanan dari banyak pihak, masalah di lapangan seringkali menjadi pemicu, mengerti bahasa, mengerti teknis, dan menyepakati tenggat adalah wajib hukumnya.

termasuk tidak baper (bawa perasaan) dengan kata kata kasar yang terjadi.

lain dunia konstruksi, lain dunia hospitality yang penuh kata kata manis.

di dunia ini (hospitality) kata kata kasar merupakan pertanda dan ajang baper karena menunjukkan citra diri.

saya masih ingat ketika saya terjun di dunia ini, seorang pelaku UMKM dengan valuasi puluhan juta per bulan hobby sekali nyinyir dan menyindir di status facebook miliknya karena ketidakmampuan ia mengelola manajemen emosi diri sendiri.

"salam jari tengah untuk si kembar, Riffat dan Rusma"

begitu ia pernah menulis di laman status facebook miliknya, status facebook yang mendapat likes dan komen puluhan dari pendukung seakan melegalkan tindakan bak pelaku konstruksi di dunia hospitality.

di lain kesempatan, sindir dan nyinyir keluar dari akun seorang doktor yang juga dosen perguruan tinggi ternama di  Surabaya.

di dunia informasi teknologi, pernah ada makian "kalau perusahaan ini nggak maju itu salah kamu". (setahu saya perusahaan nggak maju itu salah team, bukan salah satu atau dua orang)

di dunia sosial media lebih lucu lagi, acapkali tindakan cyber bullying menjadi lumrah dilakukan, tentu diiringi dengan kosakata kebun binatang.

saya jadi bertanya, ini bahasa yang salah atau saya yang baper ya ?

kadang ada perkara berbahasa yang pada tingkat tertentu menjadi dimaklumi seiring dengan situasi dan kondisi, namun pada kenyataan bermasyarakat kita cenderung difensif dengan mengkotak kotakkan sesuatu menurut sisi yang membuat kita terlihat benar.

"halah, gitu aja baper, LEMAH"

adalah salah satu ungkapan difensif karena ketidakmampuan mengatasi baper.

menurut saya baper karena bahasa atau perkataan itu bagus lho, kita jadi mengerti bagaimana harus mengelola perasaan dan memahami bahasa berdasar tingkatannya. dunia konstruksi dengan komunikasi kejamnya, okelah kita maklum dan nggak baper karena (setau pengalaman saya) setelah saling memaki dan tensi proyek sudah turun kami kembali tertawa bersama. namun saya rasa di dunia hospitality, informasi teknologi, dan sosial media. kok ya kurang pantes ngomong kasar begitu, karena hal ini berbeda dengan dunia konstruksi yang kemudian tertawa bersama, dunia ini berlanjut kepada bisik bisik dan saling menghasut serta menjatuhkan.

artinya kata kata kasar merupakan peringatan untuk "perang".

kecerdasan memahami bahasa, satu hal yang saya garisbawahi.

dunia konstruksi mencetak makhluk logika dengan kehati hatian tinggi, yang sayangnya kurang bisa menyampaikan maksud dengan sempurna karena kekurangan kemampuan untuk luwes dalam pergaulan bermasyarakat. jangan baper dengan makhluk ini, ntar rugi sendiri.

dunia hospitality, akademik, dan informasi teknologi. kata kata kasar beserta makian menjadi "sesuatu", disini baper harus banget karena akan membantu kita untuk menilik lagi tentang citra diri, situasi dan kondisi yang terjadi.

dunia berbahasa emang sawang sinawang, harus ada kemampuan manajemen baper dan manajemen emosi serta pengendalian diri yang baik, agar setidaknya kita mampu memahami apa makna tersirat yang sebenarnya mau disampaikan.

mungkin ada juga yang nyinyir dengan tulisan ini seraya berkata "lemah, baperan, gitu aja curhat di blog"

lha memangnya kamu tidak ?





Bontang, 20 Juli 2016



Riffat Akhsan

19 July


pagi ini Bontang hujan lagi, tidak seperti di Surabaya yang setiap hujan selalu membuat mood saya hancur karena harus mereschedule meeting diluar akibat jalan yang derajat macetnya naik, hujan di Bontang tidak begitu. dengan santai saya bisa bengong di teras belakang rumah menghadap derasnya hujan di halaman belakang.

kata umi, kalau diperhatikan hujan yang jatuh melewati bilang pohon jati serupa jarum, kemudian jatuh ke tanah serupa air mata.

hujan dan air mata.

tuhan memberikan hujan berjuta makna, ada yang langsung puitis karena roman roman dingin mancing yang diciptakan hujan, ada yang baper mantan (kalau saya sih baper habis kelar nonton drama korea oh my venus sih, jadi baper se ada ada liat mbak shin min ah sama akang so ji sub), ada yang mellow karena jomblo (duh kayak nggak penting, tapi percayalah di luar sana ini banyak terjadi),

jadi, apakah benar hujan adalah air mata alam ? atau pancingan untuk air mata jatuh ?




Bontang, 19 Juli 2016



Riffat Akhsan

15 July


"kakak satu depa berapa meter kak ?"

tanya abah saya suatu pagi.

"hah ? emang ukuran itu masih dipake bah ?"

"udah ada konversi pastinya kok kak"

*googling*

"satu depa 1,7 meter bah"

"kalau satu borong berapa meter persegi kak ? luasan maksudnya"

*googling*

"seperenam hektar bah"

"maksud abah berapa kali berapa catchment area nya ?"

"hmm berapa ya.."

"ambil kalkulator sama kertas sana, mana bisa kamu dapat hitungan pasti sambil tiduran dan main hape gitu"

"lagian ngapain pake ukuran gitu sih bah, kan sudah ada SNI"

"ya itu satuan ukuran tanah lokal di Indonesia kak"

jleb jleb jleb

hari ini saya baru mengetahui bahwa teknik sipil tidak mengajarkan ilmu kehidupan pada saya. ukuran tanah ala masyarakat lokal seperti depa, borong, tombak, tampah, ubin, bahu, lupit, iring, paron, sangga, rakit, kesuk, anggar, rantai, dan lain sebagainya merupakan sesuatu yang sudah dipakai masyarakat dulu dalam praktik jual beli tanah.

dalam teknik sipil saya hanya mengetahui kubikasi pasti satuan seperti meter kubik, meter persegi, meter langsam, orang per hari, orang per jam, cycle time produktifitas per hari, dan lain sebagainya.

ya, teknik sipil mengajarkan ilmu pasti konstruksi. tapi lapangan (begitu kami biasa menyebut istilah proyek konstruksi) banyak mengajarkan ilmu hidup pada saya.

di atas langit masih ada langit, adalah ucapan yang sangat benar tentang dunia penuh kaum adam ini. dimana dalam mengaplikasikan ilmu teknik sipil yang saya dapat di perkuliahan harus dijembatani dengan kearifan berpikir sehingga penerapan yang diharapkan di lapangan sesuai dengan standar.

ada banyak ilmu hidup yang saya dapat di konstruksi, ilmu menjelaskan pelan pelan ke tukang berumur empat puluhan tahun yang sudah lama malang melintang di dunia konstruksi bahwa pekerjaan yang dia lakukan harus dibongkar karena ada perubahan posisi sambungan baut, ilmu memahami bahwa proyek konstruksi dengan segala kegiatan dan alat beratnya merupakan tontonan wah yang tidak setiap kali bisa disaksikan warga sekitar, ilmu mengarifi bahwa ada perasaan senioritas minta diorangkan ketika kami memasuki daerah baru pekerjaan infrastruktur.

mungkin scope risky building construction (seperti apartemen), atau land use perumahan (developer) jarang menemukan seperti yang saya tulis karena daerah tersebut cenderung steril dari warga. tapi untuk scope transportation building seperti jalan raya, pelabuhan, jembatan, atau hidro seperti pembangunan air baku, bendungan, saluran drainase, berdampingan dengan masyarakat merupakan makanan sehari hari di proyek.

termasuk memahami bahwa tidak setiap orang teredukasi untuk menggunakan satuan SNI dalam praktik satuan ukuran tanah.

ipk menjulang di jurusan teknik sipil tidak mengajarkan saya bagaimana menguatkan mental berhadapan dengan alam ketika hujan deras padahal posisi pembesian pelat sudah siap cor (teknik sipil tidak mengajarkan dimana mencari pawang hujan, berapa biaya per pekerjaan, dan bagaimana negoisasi dengan si pawang kalau si pawang meminta yang aneh aneh). teknik sipil juga tidak mengajarkan bagaimana cara menguasai diri kalau lagi digosipin sama tukang tukang perihal rekanan tenaga ahli yang naksir, padahal kita harus profesional, teknik sipil juga tidak mengajarkan bagaimana untuk tidak cranky karena PMS bin harus begadang semaleman karena ngecor dan tukang pulang kampung padahal progress report lagi dikebut.

di atas langit masih ada langit, karena ilmu hidup diajarkan tidak mengenal akhir.

ilmu teknik sipil memang luar biasa, tapi ilmu kehidupan di proyek konstruksi tidak kalah menarik untuk terus dipelajari.

termasuk ilmu untuk menerima musim tender besok ditaro di pedalaman kutai timur untuk proyek bendungan ~



Bontang, 15 Juli 2016



Riffat Akhsan

13 June



sumber gambar : republika

okeh, jadi karena saya gabut mau ngapain. stress ngerjain laporan sementara puasa saya pecah karena udzur.

jadi mari kita bahas hal hal yang ringan ringan aja.

yuk mari.

saya dari dulu emang suka nonton Badminton, tapi baru bener bener suka banget sebulanan ini kali ya. mulai dari gelaran thomas uber, Indonesia Open, dan lanjut ke Australia Open.

thanks God for channel sport dan kecepatan internet super banter yang memungkinkan streaming tanpa buffering.

awalnya mulai dari pengen liat sesuatu yang lebih bermanfaat dibandingkan gimmick demi durasi acara dan rating televisi, atau twitwar akibat sok tau yang overlapping saya mulai suka streaming event badminton.

lama lama saya jadi suka sama mereka (para Atlet) atas performa mereka di lapangan, tentang tetap tenang dan fokus di bawah tekanan, tentang cara mereka pantang menyerah mengejar bola meskipun poin sudah tertinggal jauh, tentang mereka yang menghargai lawan (mereka sukses juga karena lawan), tentang persahabatan sehat antar atlet, bagaimana menjaga pergaulan agar tetap fokus pada tujuan besar, dan tentang nasionalisme yang merasuk dalam asa, jiwa, dan raga mereka.

jangan minta saya nyanyi lagu Indonesia raya deh, bisa merinding sebadan badan -- Jonatan Christie

mengikuti keseharian para Atlet seperti Greysia Polii, Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, Nitya Maheswari melalui sosial media mereka mengajarkan saya banyak hal. bahwa kita bisa berbuat untuk Indonesia yang lebih baik dibandingkan berceloteh dan berdebat di media sosial, kita bisa memberi dukungan doa dan semangat kepada mereka, kita bisa belajar tentang arti disiplin, sabar, berpikir positif, happy, tidak takut, kerja keras, sungguh - sungguh, dan upaya serius meraih mimpi. tidak lupa tentang rendah hati dan bersahaja serta pentingnya memelihara harapan dan berdoa dalam segala kondisi.

tanpa raket saya bukan apa apa, dan saya bukan siapa siapa -- Ihsan Maulana Mustofa

banyak sekali gelaran yang saya saksikan dimana pemain muda Indonesia mampu mengalahkan pemain Badminton papan atas dunia, untuk seorang yang suntuk pada banyaknya target. saya sadar bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

generasi muda pebulutangkis profesional Indonesia, yang bahkan sudah memiliki penghasilan di umur 17-18 tahun (dimana mereka memenangkan turnamen) menyadarkan saya bahwa menikmati masa muda tidak melulu dengan berfoya foya, berorganisasi kampus yang isinya hanyalah pepesan kosong cari panggung, atau berprestasi melalui IPK menjulang, atau santai santai ala ala mumpung masih muda.

atlet juga manusia, mereka juga bisa jenuh, mereka juga suka jalan jalan ke mall, mereka juga suka bersosial media, mereka juga suka kulineran, tapi mereka tidak lupa tentang usaha keras demi tujuan besar : lagu Indonesia Raya dinyanyikan di kancah elit olimpiade karena gelar juara yang mereka raih.

jadi saya sekarang lagi seneng senengnya lihat periscope/snapchat/twitter/instagram jojo (jonathan christie) ican (ihsan maulana mustofa), dan oppa Lee Young Dae ketimbang menyaksikan perdebatan tak sudah sudah yang melebar kemana mana padahal juga tidak jelas apa manfaatnya.

kata pelatih kami, kalau kamu memang ambil medalinya, kalau kamu kalah, ambil pengalamannya. juara adalah tentang mereka yang mentalnya kuat, mental kuat berasal dari pikiran dan hati. sombong dan bangga hanya akan melemahkan mental. kompetisi sejatinya tentang pertarungan mental, siapa yang mentalnya lebih kuat dan siap, maka dialah yang menang.

Jonatan Christie dan Ihsan Maulana sangat mungkin akan menjadi idola baru generasi muda Indonesia, dimana mereka menjadi contoh nyata tentang arti sesungguhnya kerja keras, fokus, dan sungguh sungguh. dibandingkan para artis seni peran umur tanggung yang hanya bisa memberi contoh tutorial pacaran dan berganti pasangan.

semangat generasi muda Badminton Indonesia, karena kalian kami percaya bahwa 2-3 tahun kedepan Indonesia akan menjadi dominator Badminton yang ditakuti dunia.

dan semoga oppa Lee Young Dae nggak cepat cepat pensiun, oh kalau pensiun saran saya jadi aktor action film cem Ji Chang Wook gitu lho.




Surabaya, 13 Juni 2016



Rifa Akhsan, yang baru aja di accept request IG nya sama oppa Lee Young Dae  

08 June


sudah lama saya nggak ngeblog, kangen juga ternyata.

selama nggak ngeblog trus ngapain ?

makan, tidur, kerja, belajar, pacaran (harus banget ini disebutin), mengamati tingkah laku alam dan manusia.

tentang blog, semakin kesini saya semakin belajar bahwa saat ini menulis blog untuk diri sendiri adalah sebenar benarnya hadiah untuk diri saya sendiri.

diluar sana banyak yang periuk nasinya berasal dari blog, bekerjasama dengan advertiser dari berbagai brand dengan segmen tertentu, mereka yang berharap mendapat rezeki dari buzzing dari sosial media dan sebagainya.

tapi ternyata saya bukan mereka.

siapa yang tidak bahagia mendapat rezeki dari hobby ? semua bahagia. tapi ketika ada konten "rezeki" dari segala kanal termasuk "hobby", saya tau disana ada tanggung jawab.

dan saya menolak untuk bertanggung jawab (lagi) bahkan dari kanal yang set my soul free.

saya sudah cukup dengan rezeki dari pekerjaan saya, biarlah blog ini benar benar kanal untuk saya dan diri saya sendiri. dimana saya menulis sesuai gaya saya, pemikiran saya, dan pandangan saya.

untuk yang tidak setuju silahkan menulis di kanalnya masing masing.

ada sebuah kebahagiaan ketika saya menulis suka suka saya, mau pakai foto atau tidak terserah saya, mau berapa karakter terserah saya, mau postingan berlanjut sampai part sekian juga terserah saya.

karena setiap orang memiliki kanal ekspresinya sendiri sendiri.

oke balik ke judul awal.

tidak seperti tahun kemarin yang ramadhan saya banyak dihabiskan on site di proyek konstruksi, tahun ini saya banyak di kantor : mengurusi berkas administrasi proyek, membuat dan merevisi penjadwalan proyek, mengecek proggress report, membantu cost control dalam pengendalian mutu waktu dan biaya.

intinya tahun ini tidak seperti tahun kemarin.

kalau tahun kemarin saya sering buka puasa di proyek, tahun ini hampir setiap hari saya buka puasa di masjid kampus. tentu suasananya jauh berbeda.

ada hal hal yang saya temukan di tahun ini yang tidak saya temukan di tahun kemarin, apa saja itu 

1. pengelolaan takjil yang antik

tahun kemarin saya sampai di kampus cenderung ketika jamaah maghrib di kampus mau selesai, kalau tahun kemarin saya jarang mendengar adzan maghrib dan berbuka puasa di kampus, berbeda dengan tahun ini. tahun ini saya bahkan sudah sampai di masjid kampus sepuluh sampai dua puluh menit sebelum adzan maghrib berkumandang.

ternyata takjil kampus dikelola oleh remaja masjid yang menamakan dirinya UKM agama islam ? entah saya kurang paham. mereka adalah para ikhwan dan akhwat bercelana cingkrang dan bejilbab panjang nan berkibar yang kalau shalat cukup memakai bawahan mukenah.

dan mereka selalu merendahkan kami kami yang tidak berjilbab seperti yang mereka pakai melalui sorot mata.

begitu adzan berkumandang, mereka sebagai pengelola takjil menikmati takjil duluan sambil ngobrol ngobrol. setelah dirasa kenyang baru takjil tersebut dibagikan kepada kami kami yang juga berbuka di masjid.

tentu saja dijawab dengan "terima kasih, kami sudah kenyang. kami sudah bawa takjil sendiri kok"

ibarat pahlawan, para pengelola takjil masjid kampus saya adalah pahlawan kemaghriban.

setelah acara bagi bagi takjil tapi telat ini selesai kemudian kami shalat maghrib berjamaah. jadwalnya sih habis shalat kita bakal dibagikan kotakan sebagai salah satu fasilitas kampus.

ketika saya dan rusma mengantri untuk menerima kotakan, kami ditanya "mbak ini jatahnya 2 kotak untuk tiga orang. kalau mbak mau dapat kotakan mbak harus cari temen satu lagi"

sejak hari pertama ramadhan, saya, rusma, dan teman teman lain memutuskan untuk TIDAK LAGI MAU TERLIBAT URUSAN PERTAKJILAN DI KAMPUS.

lebih baik tidak berharap, toh kami masih mampu beli takjil di luar, yang semoga lebih berkah daripada takjil gratisan dari masjid kampus.

berdasarkan apa yang saya pelajari di pondok dulu, kitab kitab kuning tentang adab mengajarkan bahwa hendaknya panitia pengelola takjil mendahulukan mereka yang berbuka dengan membagikan takjil lebih dulu sebelum menikmati takjilnya sendiri.

tapi saya tau pengelola takjil kampus sangat pintar, wong ulama sja mereka abaikan dengan menggali hukum langsung dari sumber aslinya (Al-qur'an dan hadist) dan serta merta menuding muslim lainnya kafir.

2. mendekati jam buka puasa, semakin banyak orang marah di jalan

klakson, saling serobot, menggusur tempat parkir secara serampangan, membentak penjual takjil dengan kasar karena minta dilayani cepat, membeli makanan jauh dari yang sanggup dimakan.

saya jadi bertanya, bukankah lapar memang seringkali memicu amarah. tapi karena itu kan puasa menjadi ujian ?

apakah iya banyak orang yang tidak ikhlas atau bahkan tidak bahagia dengan hadirnya bulan ramadhan ?

3. semakin banyak statement di sosial media yang berujung tudingan.

sok tau, berbicara tanpa tau kapasitas diri, menuding beramai ramai dengan circle sendiri, merasa punya panggung. sosial media membuat mereka yang (ngakunya) berpuasa  tidak benar benar mengerti bagaimana caranya menahan hasrat untuk membenci. diluar menahan lapar dan haus, ternyata mereka tidak menahan apapun.

4. introspeksi diri hanya untuk mereka yang sempat berkontemplasi

ramadhan datang, bagi mereka yang mengerti energi terasa betapa dahsyatnya kekuatan bulan suci ini. ada hal hal yang bersifat metafisika yang sangat sulit dijelaskan lewat logika, tapi itu ada. beruntung mereka yang sempat berkontemplasi cepat tanggap instrospeksi terhadap apa yang dilakukan sebelas bulan lalu.

ada alasan kenapa warung harus tutup ketika bulan ramadhan, demi menghormati bulan suci ini.

saya coba gambarkan secara mudah : ketika bulan ramadhan dan ada warung yang buka, mereka yang berpuasa akan cenderung menjauh dari warung tersebut. nah mereka yang menjauh ini kan jumlahnya tidak sedikit. jumlah yang tidak sedikit ini memancarkan sinyal kuat ke semesta, sinyal berupa "menjauh dari warung" ini di boost oleh energi dashyat ramadhan. efeknya dalam sebelas bulan kedepan warung tersebut akan cenderung sepi pembeli.

bisa dilogika kan ?

untuk mereka yang nyinyir, tentu saja warung tutup adalah gambaran umat muslim yang manja

5. ramadhan hanya untuk mereka yang bersyukur, bukan untuk mereka yang merugi.

berpuasa nyatanya untuk merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang memiliki finansial terbatas sehingga hanya bisa makan sekali sehari atau bahkan tidak makan sama sekali. well sebelas dua belas sama apa yang dirasakan mereka yang workaholic dan sering lupa makan sih.

yang terjadi adalah, berpuasa adalah ajang kulineran untuk buka puasa. membeli makanan sampai mubazir, membeli minuman sampe mubazir, buka bersama di mall sambil ngobrol asyik hingga tidak shalat maghrib, isya dan tarawih. nggak sempat dzikir karena mengejar THR dan bonus kantor, nggak sempat tadarus karena jam kantor mepet.

dan ketinggalan lailatul qodar karena kena macet di tol.

lha terus sisi bersyukurnya dimana ?

saya juga bukan orang yang alim alim banget, tapi saya kok berpikir kalau rugi banget kita nggak memanfaatkan ramadhan minimal untuk menata kalori makan kita *tsaaah dengan berbuka dengan porsi cukup bukan porsi nafsu.

ini saya terapkan dengan memaksa diri tidak minum es waktu berbuka dan hanya meminum air  putih sebagai gantinya karena makanan takjil saya sudah manis manis.

hasilnya lumayan, amandel saya nggak kumat. padahal setiap ramadhan saya harus berperang antara minum es atau siap siap beli obat nyeri telan.

makan secukupnya (kalau kue cukup 2 - 3 buah) sukses membuat saya tidak ngantuk menjalani tarawih. ini kemajuan karena kegalauan di tahun tahun sebelumnya : lebih mending tarawih dalam mimpi atau tarawih di masjid.

tapi trus kelar tarawih diajak jajan martabak sama si kokoh *kraiiiiii* #KapanAkuKurus

bersyukur menyadari bahwa ternyata perut saya tidak segitunya mampu menampung makanan dan minuman yang terlihat enak dan lucu.

bersyukur betapa tuhan sudah begitu adil dengan memerintahkan ibadah puasa untuk memunculkan empati kepada mereka yang finansialnya dibawah saya.

bersyukur yang bangunin sahur bukan alarm, tapi chat di instant messenger yang ternyata efeknya kurang lebih.

bersyukur untuk waktu kontemplatif yang memunculkan keyakinan untuk berdoa karena tuhan maha mendengar.

bersyukur untuk kesadaran kesyukuran di ramadhan tahun ini.

selamat menunaikan ibadah puasa




Surabaya, 8 Juni 2016



Riffat Akhsan

27 May


Hi, apa kabar?

kabar saya jungkir balik, kadang bahagia, kadang juga sedih.

tapi yang saya bersyukur mimpi saya perlahan lahan mulai terwujud menjadi kenyataan.

mimpi mimpi saya di awal awal menulis blog ini, tentang seseorang yang saya sebut "Bintang" dan hal lainnya.

saya kangen nge-blog, kalian kangen tulisan saya nggak ?

saya janji bakal lebih sering nulis lagi dengan lebih jujur, dan tidak terlalu overthinking.

karena tulisan, se-sampah-apapun-itu adalah senyatanya refleksi pemikiran.

jangan khawatirkan tulisan saya, kan saya blogger PALU GADA ( apa yang lu minta gua ada ) HAHAHAHA

segini dulu ya tulisan saya, dadaaaah *kembali berkutat ke presentasi pecha kucha si kokoh*


Surabaya, 27 Mei 2016



Rifa Akhsan

01 May


"yang, besok ke rumah ya. disuruh ibu kesini, ada pengajian abah habis isya. tapi kamu habis ashar aja kesininya, ntar kalo kesorean nggak bisa parkir"

adalah pesan singkat dari pasangan saya (untuk selanjutnya kita sebut yayang) yang masuk di tengah rapat konten yang melelahkan.

yes lumayan, ada alasan keluar kota.

saya selalu suka ke rumah yayang, karena energi dan suasananya yang mengingatkan saya dengan kampung halaman abah saya nun jauh di hulu sungai kalimantan sana.

masih dalam area hinterland Surabaya, daerah rumah yayang yang masuk kabupaten Gresik ini begitu, apa ya....

"permai".

mungkin hanya perlu tiga puluh menit dari pusat Surabaya ke rumah yayang, tapi sensasi ketenangan yang saya dapatkan melebihi jauh jauh ke Malang hanya untuk sepetak sawah terasering.

tapi Gresik panas sih :((

deretan sawah membentang sampai kaki langit, tambak seluas danau, jalan aspal selebar dua meter, rawa dan rumah rumah berhalaman luas menjadi pemandangan yang tersaji begitu alami memanjakan mata jiwa saya.

bau amis tambak dan lalu lalang kendaraan yang jarang menyempurnakan suasana magis pedesaan yang selalu membawa ketenangan jiwa dan pikiran saya.

Duduk Sampeyan merupakan sebuah desa di aliran sungai Brantas. tak heran sistem irigasi baik pertanian padi maupun pertanian ikan di tambak disini terkelola dengan baik.

kalau kata yayang sih prinsip pengairan sawah dan tambak itu sama, beda di treatment aja.

Duduk Sampeyan masih begitu kental dengan kearifan lokalnya, masih mudah saya temui para ibu ibu dengan topi lebar membungkuk bermandikan peluh dan lumpur menanam padi.

suatu pemandangan yang sudah sangat jarang saya lihat, bahkan ketika saya ke Malang untuk mencari sawah.

sawah dan desa selalu membawa ilmu baru bagi saya, perempuan anomali pecinta konstruksi dan teknologi.

seperti hari itu, jadi saya diminta ibunya yayang (untuk selanjutnya kita sebut ibu) untuk menginap di sana saja karena beliau khawatir saya kenapa napa di jalan malam malam balik ke Surabaya.

ibu punya pembantu lima orang, tiga perempuan dan dua laki laki. tiga perempuan ini bertugas untuk masak (bumbu ibu yang racik), cuci piring, menyapu, dan bersih bersih rumah (kecuali bersihin kamar ibu, mbak, dan kamar yayang). sementara dua orang laki laki bertugas untuk mengurus yang berhubungan dengan tugas tugas laki laki seperti cuci mobil, dll.

pagi sekali ketika fajar muncul lima orang pembantu ibu sudah datang, iya ibu nggak punya pembantu nginep. mereka adalah orang orang yang masih terhitung tetangga, dengan jam kerja sekitar 8 - 12 jam di rumah, mereka juga nggak tiap hari datang sih. mostly pekerjaan mereka adalah petani sawah dan petani tambak.

karena di rumah yayang, yang terpenting adalah kehadiran meskipun kita nggak ngapa ngapain. semua pekerjaan rumah tangga mah udah ada semua yang kerjain.

pagi itu saya duduk duduk di belakang rumah yayang sambil twitteran, kemudian salah satu dari pembantu ibu bertanya dengan agak takut takut

"mbak, hp nya mbak layar sentuh ya"

tanya dia dengan pandangan kagum sekaligus ingin tau...

"iya"

jawab saya dengan datar dan sedikit heran.

"wah, bagus ya mbak..."

pandangan pembantu ibu saya rasa terlalu kagum, sampai sampai saya bertanya sendiri apakah ia tidak pernah melihat iphone sebelumnya ?

"mbak, rumah sampean kalimantan ya ?"

tanyanya lagi, masih dengan pandangan kagum.

"iya..."

"dari sini berapa lama ?"

"satu sampe satu setengah jam.."

(rumah yayang ke airport 30 - 45 menit naik tol fyi)

"wahhhhh, mbak naik pesawat ya? ohhhhh"

tanyanya lagi, dengan histeris.

saya tersenyum, kemudian tercenung.

yayang memang pernah bilang, kalau dia adalah salah satu warga Duduk Sampeyan yang beruntung. alm abah adalah pengusaha besar yang memungkinkan untuk yayang mengenyam pendidikan elit di Surabaya dan Jawa Timur beserta seluruh gaya hidup yang mengiringinya.

tapi kembali ke Duduk Sampeyan, yang hanya beberapa kilo dari gerbang Tol Bunder. faktanya yayang adalah anomali. masih banyak warga Duduk Sampeyan yang tidak melek teknologi, banyak tetangga tetangga dan teman teman yayang yang bingung pake smartphone dan nggak ngerti teknologi padahal umur mereka masih muda.

sebuah pemahaman baru tentang pentingnya menjadi mapan dan memiliki wawasan.

juga kearifan ilmu dan kehidupan.

di Duduk Sampeyan, hidup cenderung selaw. nggak pusing seperti kelas menengah perkotaan yang gajinya habis untuk tagihan dan cicilan demi memenuhi standar hidup ala perkotaan, gila jabatan, pamer ke sosial media atas previllage menikmati fasilitas eksklusif karena acara kantor, dan overpede mengemukakan pendapat.

kadang saya suka senyum sendiri dengan cara tuhan bercanda, bagaimana bisa tuhan memberikan seorang manusia cerdas dengan insting bisnis luar biasa serta pemikiran menembus ruang dan waktu yang mengajarkan kearifan berpikir dalam kehidupan sehari harinya di pedesaan kepada saya yang nggak jelas ini.

hari hari di Duduk Sampeyan mengajarkan saya, bahwa tuhan membeberkan fakta mau jadi apa kita, tuhan bisa wujudkan.

oh iya, desa dan kota sejatinya adalah sama. desa penuh manusia gaptek, kota penuh manusia maruk.

dan semoga saya dan kamu kamu yang membaca ini bisa mengambil ilmu mau jadi manusia seperti apa kita.



Surabaya, 1 Mei 2016




Riffat Akhsan
Faizah and Her Enchanting Journey | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi