08 August


kunjungan saya ke Penang saat itu menjelang tahun baru Cina. itu yang menjelaskan ornamen dan suasana semarak yang saya termui di Gurney Paragon Mall.


ada dua Gurney Mall di Georgetown : Gurney Plaza dan Gurney Paragon. awalnya saya bingung ke Gurney Mall mana yang memiliki store toko buku terbesar.
 

BookXCess flagship store adalah alasan dibalik kunjungan saya di Penang. sebelum saya tau kalau Penang memiliki berbagai hal menarik lainnya yang membuat saya tidak pernah menyesali keputusan kesana. 

kembali ke which Gurney that I must visit in order to reach out the BookXCess flagship store ? jawabannya adalah Gurney Paragon Mall. 





Gurney Paragon Mall lebih baru, lebih sepi, dan lebih elit dibandingkan dengan Gurney Plaza. selain mengunjungi BookXCess,  saya juga bermain golf (Indoor) di MST Golf Arena, membeli lipstik dan sabun muka di Sasa Store, serta membeli bantal di Comfort Bay Store. 

kekurangannya cuma satu: agak sulit mencari makanan halal di mall ini.


at a glance,  Gurney Paragon Mall Lebih terasa seperti home living mall. toko - tokonya didominasi oleh kebutuhan rumah. saya menemani saudara saya belanja di Daiso serta mengunjungi store khusus peralatan dapur. store ini menjual berbagai pisau dengan harga yang mampu memotong rantai kemiskinan.


Sepertinya Penang merupakan daerah yang sangat sukses menggaet warga negara tetangganya untuk membeli properti di sini. dengan daya tarik pemandangan pantai dan dukungan 16 Rumah Sakit berstandar Internasional, gagasan memiliki properti biar gampang kalau berobat terasa masuk akal.  

trend ini yang membuat brand home living kenamaan masuk di Penang. saya belajar banyak di mall ini tentang Bedding Set, Bathroom Set, peralatan dapur, Furniture, hingga gaya hidup lainnya. 


akhir kata, kalau kamu mau ke  Mall yang ramai, banyak makanan halal, banyak jajan cemilan, ramai, memiliki branded store di semua level, rasanya lebih cocok ke Gurney Plaza.

namun, jika kamu ingin belajar membangun dan menata rumah, membaca buku, dan cenderung punya jiwa introvert sepertinya Gurney Paragon Mall lebih cocok untuk kamu.





hai, apa kabar ? lama rasanya saya nggak menulis di sini. senang rasanya bisa kembali menulis dengan tenang, jernih, dan apa adanya lagi. kehidupan saya beberapa bulan terakhir benar-benar menenggelamkan saya hingga saya hampir kehilangan arah. and sadly, kehilangan kebahagiaan menulis di sini.

kali ini, saya mau berbagi hasil kontemplasi saya dalam memaknai value dari sebuah kegiatan perjalanan. kini, saya bukan lagi Budget Traveler. kini saya pindah kuadran menjadi Price Wise Traveler. berikut ceritanya :


1. Saya Lebih Memilih Maskapai Full Service. Jika Tidak Memungkinkan, Maka Saya Memilih LCC dengan Seluruh Add Ons



Scoot Airlines membuka penerbangan langsung ke Balikpapan sebagai respon atas hadirnya calon IKN Nusantara di bumi etam. seiring terbukanya konektivitas dan meningkatnya minat masyarakat Kalimantan Timur, Air Asia. Malaysia Airlines, dan Royal Brunei juga membuka penerbangan langsung ke Balikpapan. 

di awal awal, saya semangat sekali terbang lewat Balikpapan dengan Scoot atau Air Asia (karena jam penerbangan yang lebih cocok) karena saya harus menempuh perjalanan darat selama 6 jam dari rumah saya di Kota Bontang menuju bandara yang terletak di Kota Balikpapan.

lambat laun, saya mulai merasakan bahwa perjalanan darat dari Bontang ke Balikpapan mulai terasa melelahkan lahir batin. hal ini dikarenakan moda transportasi umum yang tersedia beserta infrastruktur yang standar membuat perjalanan darat selama 6 jam tidak bisa dipangkas sama sekali.

kemudian situasi rupiah yang semakin melemah dan dollar Singapura yang semakin menguat, mempengaruhi harga tiket pesawat dari Balikpapan. membuat harga tiket pesawat jadi tidak lagi mendorong jiwa impulsif saya. 

saya lalu berkesimpulan. kini, terbang dari Balikpapan bukan lagi pilihan. 

kini, saya lebih memilih terbang dari Airport Samarinda yang hanya berjarak 2 jam dari rumah saya. lebih memilih Singapore Airlines atau Air Asia dengan seluruh add ons (bagasi, makan 2 set meals, dan seat arrangement) via Surabaya.

kenapa Surabaya ? karena saya dulu berkuliah di Surabaya. saya lebih dari paham tentang seluk beluk Surabaya. Surabaya is one of my comfort zone. tidak ada kota di luar Pulau Kalimantan yang lebih saya percaya untuk survive selain Surabaya.

2. Bepergian dengan Koper 24 Inch adalah Harga Mati




saya suka banget dengan maskapai Scoot Airlines. versi LCC dari Singapore Airlines. apalagi ketika ia membuka penerbangan tiga kali seminggu dari Balikpapan. saya lalu menjadikan Singapura menjadi hub dari seluruh perjalanan luar negeri saya. saya rasa karena itulah saya jatuh cinta dengan Singapura. 

Scoot menawarkan bagasi kabin 10 kg. offering yang sangat genereous dibandingkan maskapai lainnya yang maksimal di 7 kg. sebuah priviledge yang mengajarkan saya how to pack light as a traveler. biasanya saya hanya membawa koper 20 inch yang saya masukkan di kabin atas ketika berangkat, dan membeli bagasi pada penerbangan pulang.  

sementara, ada perubahan di dalam diri saya. saya kini tidak cukup dengan Koper 20 Inchi. karena saya sadari, salah satu sumber ketenangan saya adalah tentang kondisi yang nyaman untuk saya melaksanakan ibadah shalat. kini, travelling tidak terasa lengkap jika saya tidak membawa sajadah yang saya pakai shalat sehari-hari. sajadah tebal yang sudah menjadi saksi terkabulnya doa sejak saya masih di bangku kuliah. sajadah itu cukup berat. belum ditambah kabel colokan yang saya bawa sendiri karena gadget saya banyak. lalu toiletries dan handuk yang selalu saya bawa karena saya tidak pernah mau dependent dengan hotel tempat saya menginap. 

Sajadah, Kabel Colokan, Handuk, dan Toiletries, ditambah keperluan standar travelling lain. apalagi, saya juga menyiapkan space kosong untuk barang belanjaan saya. hal ini yang membuat koper berukuran 20 Inch tidak sanggup menampung barang bawaan saya.

pemilihan koper 24 inch instead of 28 inch didasarkan pada limit bagasi yang saya pilih serta kekuatan diri saya untuk mengangkat koper tersebut. saya tidak pernah pakai jasa porter di Airport dan saya berprinsip untuk bertanggungjawab atas seluruh barang bawaan saya tanpa harus melibatkan orang lain.  

 3. Value Saya dalam Mencari Hotel adalah : Ruangan Spacious, Kamar Mandi Dalam, Bidet/Kloset Jepang, dan Makanan Halal


standar "spacious" kamar hotel bagi saya adalah dimana luasan ruangannya mampu untuk saya membuka sajadah secara undisturb. seperti yang saya ceritakan sebelumnya, bahwa salah satu sumber ketenangan saya adalah tentang kondisi yang nyaman untuk saya melaksanakan ibadah shalat.

jika saya punya ruang khusus untuk saya menaruh sajadah dan shalat dengan nyaman, maka urusan space untuk koper bukan lagi masalah. karena jika untuk shalat saja mudah, apalagi untuk sekedar buka koper. 


kamar mandi dalam adalah cara saya menjaga kesucian tempat berwudhu untuk saya sholat. lalu, saya tuh anaknya penakut. kalau malam, saya sering ke kamar mandi. dan yang terpenting, kamar mandi dalam menjadi solusi jika saya ingin shalat malam. 


nyambung dengan urusan kamar mandi dalam yah, toilet dengan bidet adalah cara saya menjaga kesucian baju dan tubuh saya untuk shalat. jika memang tidak ada bidet/kloset jepang, maka saya akan mencoba mencari kamar dengan kamar mandi bathub atau shower mandi yang bisa ditarik ke kloset sebagai pengganti bidet



saya suka sekali makan. sumber kebahagiaan saya adalah makanan dan jalan kaki. perjalanan ke manapun menjadikan kuliner menjadi prioritas utama. penting bagi saya memilih hotel di lokasi yang memiliki paling tidak satu stall makanan halal authentic daerah tersebut.

kalau di Singapura, saya selalu suka di daerah Geylang Serai Market & Food Centre/Haig Road Moslem Food Centre. di Seoul saya suka di dekat Kampungku Halal Restaurant Myeongdong. di Hongkong saya suka hotel yang walking distance ke Wai Kee Halal Restaurant atau Islamic Centre. di Kyoto atau Tokyo saya suka hotel dekat Halal Ramen Ayam Ya. di Penang saya suka di Lorong Selamat karena dekat dengan Nasi Kandar Pelita. atau seperti di Kuala Lumpur saya suka di daerah Chinatown untuk makan di warung warung Amak muslim atau makan Burger Ramlee waktu sore. 

jika memang tidak ada area halal, saya mencoba untuk tinggal di hotel dekat restaurant no pork no lard seperti Kyochon Chicken Restaurant di Jeju City 


4. Menunggu Lebih Sabar, untuk Travelling Lebih Proper, From Budget Traveler  to Price Wise Traveler



akhir kata, tulisan ini tentang perjalanan saya pindah kuadran ke kategori Price Wise Traveler.

menurut longman dictionary of contemporary english, price wise diartikan sebagai  informal used for saying which feature of a situation you are referring to. 

ketika memutuskan untuk memperjuangkan value yang saya miliki dalam merencanakan perjalanan, saya paham ada harga yang harus dibayar. my life value comes worth certain price to pay. karena situasinya jelas yah. everything comes with consequence. jelas disini saya memilih konsekuensi harga dibandingkan settle for less yang membuat saya nggak tenang ibadah shalat dan akhirnya bikin perjalanan jadi nggak tenang. trus saya nya jadi nggak happy.

berpindah kuadran untuk menerima kenyataan saya udah di level price wise dalam hal travelling membuat saya agak shock sebenarnya. saya yang di 2023  mencetak rekor perjalanan ke luar negeri terbanyak seumur hidup,  kini (2024) sepertinya harus puas dengan perjalanan di awal tahun lalu saja (Singapore - Penang - Kuala Lumpur). 

perjalanan di awal tahun ini sangat Price Wise sekali dengan segala kejutannya. tapi saya happy. saya ingin mengulang kebahagiaan itu. langkah pertama adalah dengan mengaudit dan memperbaiki performa personal finance saya. kemudian melakukan riset dan mengeksekusi sesuai rencana.

langkah yang cukup berani sebenarnya. tapi saya percaya menunggu lebih sabar untuk travelling lebih proper jauh lebih bijaksana ketimbang mengeksekusi tiket pesawat sebanyak mungkin namun berakhir dengan memaklumi banyak hal terjadi tidak sesuai value saya. susah cari makanan halal, susah shalat, dan kelelahan  fisik akibat terlalu lama di perjalanan darat. 

memang saya harus lebih sabar. namun lebih baik capek terbang, dibanding capek perjalanan darat. lebih baik menginap di hotel yang sedikit di atas rata rata harga hotel budget, asal nyaman shalat dan makan halal. lebih baik menambah sekian ratus ribu untuk bagasi penerbangan berangkat dibanding membawa koper kabin dan berakhir membeli koper tambahan saat pulang. 

pada akhirnya, semua orang memiliki visi masing - masing dalam merancang sebuah perjalanan. visi tersebut diturunkan menjadi hal - hal yang tidak ingin ditoleransi bernama value. dan saya memilih untuk itu. saya memilih untuk mengedepankan kualitas perjalanan ketimbang kuantitas kunjungan. 

Finally, I choose for being wise tralever over budget traveler. 

kalau kamu ?








25 March

 

di akhir tahun 2023, di saat semua tiket harganya nggak ngotak, saya iseng mencari tiket pesawat rute Balikpapan - Penang yang transit di Singapura untuk keberangkatan di awal tahun 2024. voila, dapatlah tiket dengan harga satu juta an one -way. sebuah keberuntungan di tengah harga tiket paling murah ada di angka dua juta lebih pada saat itu.

bener kata masyarakat. kita berencana, tiket pesawat yang menentukan.

***

bagi saya, keinginan untuk berkunjung ke Penang sudah terbersit sejak awal tahun 2023. namun, travel buddy saya alias saudara kembar saya berkali-kali bilang kalau dia belum minat ke destinasi utama warga Malaysia ini. ya nggak salah juga sih, karena di tahun itu (2023) saya dan Fatimah bolak - balik Singapore dan masih semangat - semangat nya eksplor tempat wisata warga lokal Singapura.

jadi memang takdir tuhan sih ya, di awal 2024 itu. karena saya dan Fatimah emang udah siap banget menghabiskan liburan tahun baru hanya di Bontang. eh Alhamdulillah kami diberi tuhan kesempatan liburan ke Penang.

***
 



kami berangkat petang dari Changi Airport Singapura. perjalanan ditempuh selama sekitar 45 menit dan mendarat di Penang International Airport. situasi di imigrasi Allahu Akbar ramai sekali. antrian panjang mengular dan petugas terlihat cukup ketat dalam wawancara singkat penumpang sebelum memberikan stempel masuk wilayah negara Malaysia. 

Bisa dibilang trip ini adalah trip "buang duit penginapan" 

kami tiba di George Town tengah malam. saya memesan hotel selama tiga malam di sebuah hotel budget bertabur award. penghargaan seperti Traveler's Choice dan sebangsanya.

namun begitu sampai di lobby hotel, saya sudah mulai merasa creepy. ternyata check in counter berada di lantai dua dan bisa diakses dengan lift. TAPI LIFT NYA KAYAK LIFT BARANG. kelar check in, melewati lorong menuju kamar juga terasa seperti melewati asrama lama. serem banget vibe nya. 

begitu masuk kamar, saya sesak nafas. KAMARNYA KECIL BANGET. kamar mandinya juga super kecil. bukaan pintu kamar mandi hanya berjarak dua senti dengan kloset. ketika saya buka tutup pintu kamar mandi  beneran bingung harus berdiri di mana biar nggak kena pintu saking sempitnya. kami juga kebingungan dimana menaruh 2 buah koper kabin 20 inch milik saya dan Fatimah (saudara kembar saya) agar tidak menghalangi pintu masuk.

***

saya dan Fatimah memiliki semacam ketidaknyamanan atas ruang sempit. oleh karena itu kami selalu menghindari hotel kapsul dan kamar sempit. namun untuk beberapa kasus, kami si Insinyur teknik sipil ini cukup bisa menoleransi kamar sempit yang well design untuk menginap dengan durasi di bawah lima hari. namun, menurut kami hotel ini tidak didesain dengan baik. oleh karena itu saya sesak nafas. 

sementara Fatimah di kamar sibuk menata agar kiranya kamar seluas 10 meter persegi itu bisa nyaman kami tempati, di situasi jam setengah 2 pagi saya keluar lagi sendirian menuju konter check in untuk meminta upgrade kamar yang lebih luas. 

namun tuhan memiliki rencana lain. kamar kami tidak bisa diupgrade. menurut informasi resepsionis di konter check in, semua kamar memiliki ukuran sama. yang membedakan hanyalah view jendela. 

saya kembali ke kamar dan menangis. ini adalah salah satu mimpi buruk travelling. badan capek dan mendapatkan penginapan yang tidak menyenangkan. saya dan Fatimah sepakat untuk tidur dulu untuk kemudian mencari hotel lain saat matahari muncul. 

***

meskipun kurang nyaman di kami, namun saya bersyukur hotel itu memiliki AC dingin di kamarnya. tekanan air panas dan dingin pada shower kamar mandi baik. kasur empuk. serta amenities yang lengkap dan berkualitas baik. saya bisa memahami kenapa banyak yang suka dan merekomendasikan hotel ini. mengabaikan ukuran kamar, memang hotel ini nyaman. 

beberapa jam kemudian, Alhamdulillah saya dan Fatimah mendapatkan proper rest. setelah matahari terbit kami fokus memesan hotel lewat aplikasi OTA (Online Travel Agent). tidak apa - apa uang hotel untuk dua malam selanjutnya hangus. prinsip kami, jangan sampai kunjungan ke Penang yang tidak setiap bulan ini menyisakan memori sedih karena urusan hotel demi menghemat sekian ratus ribu.

***

tidak banyak pilihan hotel yang tersisa untuk rencana go-show dengan budget kami. fokus saya dan Fatimah adalah mencari kamar yang luas. 

pilihan kami jatuh ke unit apartemen di Mansion One. kami memesan akomodasi ini selama dua malam. 


the unit is amazing. memiliki satu kamar dengan kapasitas empat orang. unit yang kami tempati amat sangat luas. ada satu buah TV di ruang keluarga dengan sofabed yang menyatu dengan dapur dan meja makan.







kamar mandinya dilengkapi dengan mesin cuci dan shower. basic amenities seperti sabun, shampoo dan handuk juga tersedia. difasilitasi dengan dua buah AC di kamar dan satu AC tambahan di ruang keluarga.


menariknya, unit apartemen di lantai 30 ini memiliki tiga pemandangan sekaligus : City View, Sea View, and Hill View. pemandangan siang hari dan malam hari sama cantiknya. sebagai seseorang yang tinggal di Bontang, pemandangan dari apartemen ini tersimpan baik di memori saya. it's such a priviledge to have this amazing experience. 


namun satu hal yang membuat kami memutuskan pindah : lokasinya yang berada persis di samping Gleneagles Hospital memancarkan energi kesedihan yang kuat. saya berulang kali berkontemplasi tentang How I Value My Life ketika berada di sini.

enggak, bukan liburan sambil muhasabah begini yang saya dan Fatimah inginkan. 

we need George Town that cherish us. in the vibrant area. walking distace to the crowd. and (halal) food nearby. 

lagi - lagi kami hanguskan satu malam di kondominium hotel ini. dan kembali mencoba opsi hotel yang lain.

***

Apple Hotel Penang menjadi juaranya

yang ternyata berlokasi 450 meter dari hotel berkamar sempit yang pertama kami tempati. jodoh tuh emang gitu ya. you are close enough, trus muter jauh. eh balik lagi ke situ. 

ada beberapa cabang dari Apple Hotel di Penang : yang di Lorong Selamat (area McAlister), di Times Square, dan Apple Heritage hotel yang deket banget sama area heritage (Esplanade, Armenian Street, dan sekitarnya)

saya dan Fatimah menginap di Apple Hotel Penang yang terletak di Lorong Selamat. karena area tersebut cukup vibrant, meriah, namun tidak terlalu touristy. berada di jalan yang dipenuhi oleh shophouses di kiri kanan. serta dekat dengan nasi kandar pelita. rumah makan halal favorit saya dan Fatimah.  


kamar standar yang kami tempati sedikit lebih besar dari hotel pertama. lagi - lagi saya sesak nafas karena tidak juga menemukan kamar hotel yang pas. kamar hotel pertama terlalu sempit. akomodasi kedua terlalu luas. kamar yang kali ini pun masih memberikan ketidaknyamanan di diri kami berdua.

adzan maghrib yang terdengar melalui speaker di masjid belakang hotel cukup mengejutkan kami karena sejauh yang kami pahami area ersebut bukan area muslim. but glad to hear something that tour our spiritual emotion in he middle of uncomfortable situation.

kami lalu memutuskan untuk makan malam dahulu sembali berpikir dan mencari solusi terkait kamar ini. sudah malam terakhir, besok kami harus mengejar pesawat menuju Kuala Lumpur. jangan sampai perkara akomodasi membuat kami enggan liburan ke Penang di kemudian hari.
 

setelah kenyang makan dan minum teh tarik enak (dan mendengar suara adzan lagi dari masjid berbeda) Fatimah mengecek ulang opsi hotel di area sekitar kami. iya, kami memutuskan untuk stay di area McAlister. karena kami suka areanya. masalah yang tersisa tinggal kamar hotel.

kami lalu menemukan satu buah kamar kosong di Apple Hotel Penang. segera, kami kembali ke hotel dan mengajukan upgrade kamar. dan berhasil. 

Alhamdulillah, akhirnya kami menemukan kamar hotel yang pas. hotel dengan vibes hangat. makanan halal bisa diakses secara berjalan kaki. serta berada di area yang vibrant. we are very sure that we will come back again to Apple Hotel Penang.

***

so that's our experience for seeking the most compatible accomodation for us in Penang. dari ketiga hotel yang kami tempati, dua yang kami hanguskan biaya menginapnya tidak jelek. hanya kurang cocok dengan saya dan Fatimah.

pengalaman dan preferensi setiap orang berbeda. dan kami percaya itu. inilah mengapa saya menuliskan pengalaman ini secara jujur dan objektif. terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat. sampai bertemu di tulisan selanjutnya !





Bontang, 25 Maret 2024




Faizah -- yang masih ingin ke Penang lagi suatu hari nanti

23 March

 

semua berawal dari saya yang main ke rumah teman saya di Singapore. waktu itu mesin cuci dan dryer di rumahnya rusak sehingga dia mengajak saya ke self service laundry untuk mencuci baju saya yang rencananya mau dicuci di rumah dia.

dari hotel tempat saya menginap, saya biasa ke rumah dia naik bus dan menyeberang jalan


rumah teman saya, a classic HDB flat

di sana, untuk pertama kali saya melihat laundry coin service secara nyata. teman saya juga yang mengajari saya menggunakan jasa layanan cuci kering itu. setelah loading cucian memasukkan koin sebagai alat pembayaran, kami lalu berjalan jalan dan akan kembali lagi dua jam kemudian ketika cucian saya sudah selesai.


sekitar dua jam kemudian cucian saya selesai dan saya lalu pulang ke hotel tempat saya menginap untuk bersiap untuk itinerary selanjutnya di hari itu. 


pengalaman mencuci baju tanpa melibatkan sinar matahari di Singapura itu amat berkesan di hati saya. tidak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan pekerjaan domestik rumah tangga ini. tidak harus repot angkat jemuran apalagi khawatir hujan. mencuci dengan dryer amat jauh dengan keseharian saya karena biasanya mesin dryer memakan listrik super besar. tidak lazim di lingkungan saya memiliki dryer di rumah. alternatif lain adalah mesin dryer dengan bahan bakar gas. mesin ini biasa dimiliki oleh jasa laundry kiloan yang tidak memberikan opsi kepada saya untuk self-service.

semenjak hari cuci baju di Singapore itu, saya berdoa semoga suatu hari saya diberi tuhan keberuntungan self-service laundry di Bontang.

***

suatu hari ketika dalam perjalanan ke pasar rawa indah, saya melihat usaha laundry ini. lokasinya di pinggir jalan besar dan menarik perhatian saya dengan deretan mesin cuci dan mesin dryer berjejer. di balik dinding kaca. 

saya lalu mengabari saudara kembar saya dan berangkat untuk menjajal layanan laundry seperti apa yang ditawarkan oleh Famous Laundry Bontang. 

doa saya terkabul, Famous Laundry menawarkan jasa "sewa mesin" seharga 25 ribu per mesin dengan tambahan empat ribu rupiah untuk sabun dan pewangi. konsep self-service laundry dengan mesin berkapasitas maksimal 7 kg.


ruang tunggunya nyaman, dilengkapi dengan pendingin udara. dibandingkan dengan yang di Singapura, pengalaman mencuci di Famous Laundry lebih terasa seperti di Korea.

benar saja, ketika saya bertanya kepada mbak pemilik Famous Laundry Bontang ia mengaku usaha barunya ini terinspirasi dari Drama Korea yang sering ditonton beliau.

well, semenjak hari itu Famous Laundry menjadi langganan saya urusan cucian. mereka juga memiliki layanan laundry kiloan yang juga selalu saya gunakan karena saya juga sering malas setrika baju. 


in summary, I'm beyond happy to have this service in my Home Town. terima kasih sudah membaca. sampai ketemu di tulisan berikutnya.

Famous Laundry Bontang
Jl. Ir. H Juanda No 9 Bontang Selatan
Kota Bontang




Bontang, 23 Maret 2024




Faizah -- yang belum ambil cucian






22 March

sumber gambar: soco by sociolla 

di saat saudara kembar saya nge-hype banget dengan brand china ini, (viral banget di Tiktok pada masanya) saya malah nggak ngerti apapun tentang Skintific. yang saya tau adalah perusahaan ini nge-hire Nicholas Saputra sebagai brand ambassador mereka waktu kebetulan saya lewat pop-up store mereka di Big Mall Samarinda. sebatas itu yang saya tahu.  

tapi siapa yang bisa menolak diskon ? 

diskon adalah alasan pertama saya membeli produk ini, kapan lagi dapat 300 ml dengan harga seratus ribu ? orang biasanya saya beli micellar water 30 ml harganya sekitar tiga puluh ribuan kok. 

saya tertarik dengan botolnya yang berwarna hijau sage (warna musim lebaran tahun lalu) dan kandungan mugworth nya. saya rada nggak akur soalnya dengan bahan ini. dulu, saya pernah coba produk essence dari Nacific varian Jeju Artemisia yang katanya berasal dari ekstrak mugworth. 

dan hasilnya breakout.

tapi pikir saya itu kan udah lama banget jaman saya kuliah (circa 2018) jadi just give it a shot. toh ini kan "cuma" micellar water. rekor saya breakout karena micellar water cuma sekali aja dulu tahun 2016 waktu pake produknya Evoluderm.  

jadi yaudah, udah kepalang beli juga kan. mari kita coba sejauh apa si mugworth ini berdampak kepada wajah saya.

hasilnya adalah, ya biasa aja di wajah saya. namanya micellar water dimana mana memang fungsinya tunggal aja untuk bantu proses double cleansing. saya ragu apakah kandungan di dalam micellar water memiliki efek signifikan seperti yang terkandung di toner, serum, atau moisturizer.

begitulah pengalaman saya dengan si Skintific Mugworth Micellar Water. tidak breakout tidak juga memberikan hasil di luar fungsi dia. untuk kuantitas 300 ml dan brand sebesar Skintific, harga seratus ribu (setelah diskon) terasa worth the money. 

sekian dari saya, terima kasih sudah membaca. sampai ketemu di tulisan berikutnya !





Bontang, 22 Maret 2024




Faizah -- yang baru pulang tarawih

 

https://www.guardian.com.sg/

hai guys, setelah puluhan purnama akhirnya kembali lagi kita pada episode review skin care nampol ramah di kantong ala saya.

tanpa banyak ba bi bu, begini ceritanya......

sejak januari 2024, saya kesengsem sama brand asal Jepang yang nggak jual produknya di Jepang. namanya Rosette. saya nemu produk facial wash mereka di store Sasa Gurney Paragon Mall George Town. kebetulan, varian yang saya beli niatnya untuk daily use. sehingga memang bukan untuk menangani jerawat hormonal saya.

trus di awal Ramadhan, (saya nggak puasa 7 hari btw) jerawat hormonal saya mengamuk karena perubahan hormon (PMS) juga perubahan aktivitas dalam tubuh saya (Ramadhan) yang mengakibatkan jerawat muncul di area dagu dan rahang saya.

memang benar saya nggak puasa, tapi jam makan dan ngemil saya mengikuti orang puasa demi menghormati bulan Ramadhan. meski memang saya nya nggak absen minum disaat yang lain menahan makan minum dan nafsu lainnya.

di sinilah saya menyadari kelalaian saya alpa double cleansing karena sangat cinta buta dengan Rosette Acne Refresh Facial Wash. 

maka berangkatlah saya ke satu - satunya Guardian Store di kota tempat saya tinggal untuk membeli micellar water diskonan dan facial wash ramah di kantong yang mengandung salicylic acid untuk mengatasi jerawat saya.

ramadhan hari ke 10, dalam situasi puasa (yang artinya mata saya nggak fokus - fokus banget) saya menemukan produk ini dan produk dari Cosrx untuk kategori facial wash yang mengandung salicylic acid. produk Cosrx itu adalah produk kecintaan saudara kembar saya yang memang memiliki kulit berjerawat. harganya dibanderol standar (hampir dua ratus ribu) dan nggak ada diskon.

saya hampir mau beli produk itu. namun, tatapan saya terhenti kepada informasi berat bersih produk tersebut. lebih dari 100 ml. yang mana kalau saya bawa keluar negeri bakal kena sita officer.  

iya, sabun muka dan sikat gigi adalah barang wajib yang selalu melekat bersama dengan daily skin care dan make up saya kemanapun saya berada. selalu dimasukkan ke dalam koper kabin atau tote bag saya.

kemudian saya melirik produk dari pabrik Guardian ini. berat isi persis 100 ml, mengandung salicylic acid, harga aslinya nggak sampai seratus ribu. diskon pula waktu itu jadi hanya lima puluh ribu. saya putuskan untuk membeli produk ini alih - alih punya Cosrx

dengan riang gembira saya bawa produk ini ke kasir dan saya bawa pulang untuk kemudian saya uji seberapa jauh dia bisa mengatasi jerawat hormon saya. karena saya punya rencana akan membawa sabun muka ini kemanapun saya travelling untuk mengatasi wajah jerawatan saya yang suka kaget sama perbedaan cuaca. 

sumber gambar: soco by sociolla


bersama dengan micellar water dari Skintific ini, saya coba untuk lebih peduli dengan wajah saya yang dipenuhi kotoran, debu, dan dosa ini. setiap habis dari luar (terpapar debu dan matahari) saya coba untuk intens double cleansing dengan Guardian Radian Facial Wash. sembari fokus menghidrasi kulit saya agar tidak dehidrasi dan menimbulkan jerawat yang lebih parah.

hasilnya jerawat di wajah saya berkurang signifikan dan kulit wajah saya jadi lebih lembut. masih belum hilang sih (ya iyalah, belum juga sebulan dipake) namun amat sangat membaik dibandingkan wajah saya di awal Ramadhan.

jadi teman teman, to wrap this post, yang ingin saya bagi ke kalian adalah : facial wash dari guardian ini nampol dengan harga ramah di kantong. bisa kalian jadikan opsi jika sedang mencari produk untuk mengatasi jerawat. namun semua kembali ke tipe kulit masing - masing. kebetulan kulit saya normal to oily dan cenderung berjerawat jika ada perubahan hormon atau cuaca.  

sekian review saya untuk Guardian Radian Facial Wash, this product is Faizah Approved.

terima kasih sudah membaca, sampai ketemu di tulisan berikutnya.





Bontang, 22 Maret 2024




Faizah Akhsan - yang lagi sakit punggung sambil nunggu buka puasa


14 February


Research shows that the stronger our sense of belonging, the stronger our well-being.


adalah kalimat yang dijadikan highlight oleh google ketika saya mengetik "The Place Where You Were Belong Means". keyword ini saya ketik dilatarbelakangi oleh salah satu TikTok konten kreator yang bilang ada satu tempat yang dia kunjungi yang memiliki energi baik, membuat dia lebih bahagia dari tempat manapun yang pernah dia kunjungi. sebuah pulau kecil yang saat itu lagi mendung, jaraknya jauh dari tempat dia tinggal, dia sendirian pula. namun dia nggak peduli dengan kekhawatiran karena tempat tersebut membuat dia merasa baik-baik saja. and he conclude that those place is the place where he belongs to.

menurut dia the place where he were belongs to adalah tempat dia dia seharusnya, tempat dimana dia merasa nyaman, dan bisa jadi diri sendiri. karena nggak semua tempat bisa memberikan energi seperti itu ke diri dia.  

trus saya mikir dong, ada ya tempat begitu ?

saya perbaiki pertanyaannya, adakah tempat seperti itu bagi saya ?



Honestly, I don't know. But it Might be Singapore.

let tell you about my very first overseas trip - to Singapore.

tahun 2014, abah saya ada perjalanan dinas ke Batam. umi saya tentu saja ikut. dan kebetulan bertepatan dengan libur kuliah. saya, Fatimah (saudara kembar saya) dan umi (yang menjemput kami) berangkat dari Surabaya menuju Batam (direct flight). di Bandara Hang Nadim Batam kita akan bertemu dengan abah yang berangkat langsung dari Balikpapan.

keluarga kami memilih LCC over the full service airlines karena kalau naik Garuda harus memutar dan transit cukup lama di Jakarta (seperti seluruh rombongan perjadin abah kala itu). dari sana selera penerbangan saya terbentuk : tidak apa apa harus naik LCC yang penting direct flight.

penerbangan selama tiga jam tanpa makan itu kami lalui dengan enjoy karena kami sudah full bawa makanan dari Surabaya juga berbagai film sudah saya dan Fatimah masukkan ke iPad jadul generasi 1 yang kami beli bekas di WTC Surabaya. 

turns out ternyata itu adalah hack naik LCC : brings our own in-flight entertainment. 

dan bawa makanan dari darat.

***

ketika saat mendarat sudah tiba - preparing for arrival selama 30 menit itu, it was the most changing moment of my life.


the weather is extremely good. pesawat sepertinya berada di atas langit Singapura. saya melihat bangunan ikonik MBS beserta Marina Bay Area dari udara. terasa sangat dekat, sangat modern, dan sangat menyilaukan bagi seorang remaja akhir berusia 21 tahun yang menghabiskan hidup di kota kecil bernama Bontang, lanjut sekolah di pedesaan Kabupaten Jombang, dan mengenal kehidupan kota besar Surabaya dua tahun terakhir.

it was surreal. bahkan kalau saya ingat ingat, setiap landing saya di Singapura nggak pernah dapat pemandangan seperti pemandangan 10 tahun lalu landing di Batam.  

pesawat kemudian mendarat dengan mulus di Hang Nadim International Airport. saya turun dengan pengalaman baru, sebuah pengalaman yang menjadi titik awal komitmen saya untuk "membeli" pengalaman - pengalaman di masa depan.
 
my dream kind of property in Singapore - a lovely loft

kembali ke masa sekarang, 10 tahun kemudian. ternyata Singapura menjadi place where I belong. tempat dimana saya bisa menjadi diri saya sendiri. jalan kaki tanpa dikenali (sebagai personal maupun sebagai orang Indonesia) karena ntah kenapa orang selalu berpikir saya Singaporean setiap saya di Singapura. bisa rehat pikiran sejenak. menemukan teman senasib di area Singapore Business District (Raffles - Tanjong Pagar). makan tanpa pusing di Geylang Serai Food Market. 

Singapura betul - betul menjadi sanctuary jiwa saya yang cinta aturan dan keteraturan. dimana hampir segala hal bisa dipercaya : it's fair and square. sangat sedikit ruang abu-abu. sehingga overthinking dan anxiety saya menemukan tempat cuti di sini. saya tidak harus khawatir dengan kedatangan moda transportasi yang ingkar janji. sekalipun ada keterlambatan, pasti ada logical explanation. yang jelas bukan saya yang disalahkan atau digaslighting. petugas menjawab pertanyaan saya dengan clear and straightforward sesuai point yang saya kejar. harga apapun predictable according to their place and classification. tidak ada cerita harga makanan di hawker sama dengan di restoran. jadi dari awal saya bisa set ekspektasi budget untuk setiap aktivitas selama di negeri Singa ini. 

semua orang bilang Singapura mahal. tapi bagi saya, belum ada negara yang bisa memberikan ketenangan dan kepastian selain Singapura. harga hotel memang menjulang di sini. juga berbagai tiket masuk atraksi. namun hal itu tertutupi dengan harga makanan dan transportasi yang "bisa dikunci" serta mengunjungi atraksi wisata gratis yang tersebar di seantero Singapura.

ngomong - ngomong soal harga hotel, it's good kalau suatu hari nanti saya punya kesempatan nginep di hotel hotel heritage atau ikonik di Singapura. harga kamar yang tengah - tengah (bukan termurah) hotel - hotel tersebut masih di bawah 10 juta rupiah, ada yang di bawah 5 juta malah. saya percaya uang yang Saya bayarkan itu akan memberikan pengalaman yang semakin memperkaya cakrawala berpikir saya.

Singapura juga tidak sempurna. it's hard for senior citizen to living here despite all the tolerance by government (it's just my personal opinion). sulitnya memiliki aset di negara kota ini. capeknya jalan kaki (LOL) karena nggak semua tempat "sedekat" itu sama MRT Station dan Bus Stop. susah dan mahalnya food-delivery (yang nggak mungkin juga sampe tepat di depan unit-karena alasan privacy). banyaknya pengemis di area muslim. 

Singapura membuat saya menemukan diri saya kembali. membuat saya merasa hidup saya baik-baik saja. meyakinkan diri saya bahwa saya tidak menjalani hidup yang salah. 

maybe it's the definition of the place where you were belong ? 

Sri Geylang Serai 

ada dua area yang saya suka di Singapura. Whampoa dan Geylang Serai (bukan Geylang Lor, it's two separated area). sama - sama harus mengandalkan bus. sama-sama tenang. dan warga lokal nya sama - sama welcoming. 
 
kalau Whampoa saya suka akses lewat MRT Bugis, sementara Geylang Serai saya suka akses lewat MRT Eunos. meskipun harus naik bus lagi, tapi nggak jauh kok. jalan kaki nya yang depends hahahaha. tapi mungkin ini ajang latihan saya untuk lebih kuat jalan kaki. 


well, terima kasih sudah membaca sampai di sini. tulisan ini merupakan manifestasi rasa kangen saya sama Singapura. intinya bagi saya, menjadi warga lokal, turis, atau bahkan Permanent Residence pun sama sama membahagiakan. selama itu di Singapura. 

Oh God, I Miss Singapore So Bad ;(((




Bontang, 14 Februari 2024




Riffat Akhsan
Faizah and Her Enchanting Journey | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi