11 October
suatu hari, di kelas Ilmu Ukur Tanah, kelasnya Bu Teresia
"jadi, dalam menentukan posisi pancang, anda harus melakukan survey terlebih dahulu, bla bla bla"
me : nggra, ngantuk ?
"jadi, dalam menentukan posisi pancang, anda harus melakukan survey terlebih dahulu, bla bla bla"
me : nggra, ngantuk ?
01 October
teman teman saya sering cerita gini ke saya "fat, gue lagi deket loh sama si anu". trus saya tanggapi "oh ya, sedekat apa ?" ya pokoknya kita tuh cocok banget blablabla. beberapa bulan kemudian saya ketemu dia lagi, ya saya tanya "gimana sama si anu" (kan dia cerita ke saya kalo lagi dekat sama si anu) eh temen saya malah bilang gini "males fat gue deket sama dia, ternyata dia tuh blablabla" otomatis saya sambil ketawa melontarkan pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya "emang sedekat apa ?" dan dia terdiam.
ada banyak teman teman saya yang mengalami kejadian seperti ini, yang kalau boleh saya tarik benang merah, masalah utamanya adalah mereka tidak bisa membedakan antara partner, teman, dan sahabat. mereka hanya tau sebatas "dekat". partner yang dekat, sahabat dekat, teman dekat. itu berbeda beda loh maksudnya.
Partner
ada banyak teman teman saya yang mengalami kejadian seperti ini, yang kalau boleh saya tarik benang merah, masalah utamanya adalah mereka tidak bisa membedakan antara partner, teman, dan sahabat. mereka hanya tau sebatas "dekat". partner yang dekat, sahabat dekat, teman dekat. itu berbeda beda loh maksudnya.
Partner
kalo saya bilang partner, banyak yang langsung menghubungkan dengan partner kerja. sebenarnya partner/rekan/mitra ga cuma kerja aja kok. ada partner bisnis, partner organisasi, partner kuliah,dll
partner, menurut hemat saya adalah seseorang yang bersama kita dalam melakukan suatu aktifitas tertentu untuk tujuan bersama. bisa aktifitas kerja, kuliah, olahraga, dll
ada beberapa indikasi bahwa seseorang "hanya" partner dalam hidup kamu, yaitu :
1. biasanya ketika kalian bertemu, kalian tidak bisa membicarakan hal diluar tujuan kalian, misal hal-hal diluar kerja, kuliah, dll
2. kamu, atau partner kamu cenderung ga natural, terkesan sangat menjaga image
3. sangat sulit mendeksi ketulusan dalm hubungan antar "partner ini"
Teman
partner, menurut hemat saya adalah seseorang yang bersama kita dalam melakukan suatu aktifitas tertentu untuk tujuan bersama. bisa aktifitas kerja, kuliah, olahraga, dll
ada beberapa indikasi bahwa seseorang "hanya" partner dalam hidup kamu, yaitu :
1. biasanya ketika kalian bertemu, kalian tidak bisa membicarakan hal diluar tujuan kalian, misal hal-hal diluar kerja, kuliah, dll
2. kamu, atau partner kamu cenderung ga natural, terkesan sangat menjaga image
3. sangat sulit mendeksi ketulusan dalm hubungan antar "partner ini"
Teman
nah teman disini juga banyak, teman kantor, teman kerja, teman kuliah, teman main, teman hidup *eh, dll teman menurut saya adalah seseorang yang kita kenal lebih dalam, jauh diatas partner, seseorang dimana kamu bisa membicarakan banyak hal, dan tertawa bersama, tapi tidak menyinggung masalah personal sama sekali.
banyak kalimat "ah, kita cuma teman" yang sering saya dengar, sebenarnya ciri-ciri teman itu apa sih ?
1. kamu bisa membicarakan hal-hal yang lebih luas dan netral, bahkan kamu bertransformasi menjadi pribadi yang berbeda ketika bersama mereka (teman)
2. mereka termasuk jajaran orang orang yang kamu cari untuk merayakan keberhasilanmu, mereka sering menjadi penghibur kepenatan dari pekerjaan
3. kamu menyadari, bahwa tidak semua dari mereka memiliki ketulusan yang sama antara satu sama lain
Sahabat
menurut saya, sahabat adalah salah satu harta berharga dalam hidup. sahabat adalah seseorang jelmaan malaikat setelah keluarga. tapi ada kalanya kita kesulitan membedakan antara "sahabat" sama "gebetan". well banyak kok yang sebenernya suka sama lawan jenis trus ngaku ngaku kalo mereka sahabatan.
menurut saya, ada perbedaan besar rasa terhadap sahabat dengan rasa terhadap lawan jenis. kalo saya boleh mengidentifikasi, sahabat itu pure ketulusan dan rasa sayang, tanpa ada nafsu dan emosi untuk memiliki. kalo lawan jenis, saya rasa kalian udah bisa jawab sendiri hehehe
seseorang bisa dikatakan sahabat jika :
1.dia adalah orang pertama yang kamu cari ketika kamu sedih, mendapat, masalah atau musibah.
2.baik ia maupun kamu bisa bercerita hal hal yang sangat privasi (kalo cuma satu pihak aja saya masih ragu itu sahabatan apa bukan)
3. baik dia maupun kamu ga peduli terhadap image yang muncul, (saya punya sahabat cowok yang nangis begitu menceritakan permasalahan beratnya sama saya, saat itu saya sadar kalo dia sudah sangat melempar pride nya begitu kami bertemu)
4. kamu dan dia benar benar menjadi diri sendiri, dan dan kalian serasa di rumah ketika bertemu.
5. ada beberapa sahabat saya yang ketika kami bertemu saya merasa saya melihat cermin, saya melihat diri saya di dalam diri sahabat saya.
6. ada beberapa sahabat saya yang well gatau kenapa kita bisa bertelepati (melakukan komunikasi dengan pikiran) secara tak sengaja
7. dia adalah orang yang memberi kamu dukungan tanpa syarat, yang walalupun tidak bisa memberi solusi ketika kamu punya masalah, tapi setidaknya dia bisa menjadi pendengar yang sangat baik.
8. dia adalah seseorang yang berani mengatakan sesuatu yang pahit, disaat yang lain masih menimbang nimbang bagaimana perasaan kamu ketika mengetahui hal itu. sesuatu yang pahit, meskipun itu adalah benar, adalah sesuatu yang harus dipikirkan seribu kali sebelum disampaikan. tapi sahabat berani mengambil resiko itu karena dia siap berada di dekatmu apapun yang terjadi.
9. walaupun agak jelek, kadang seorang sahabat rela berkorban untuk berbohong,dll untuk kepentingan sahabatnya
10. baik kamu atau dia, sama sama yakin. kalo kalian 100% tulus satu sama lain
sengaja saya tulis ciri-ciri sahabat yang paling banyak, karena menurut saya. menyatakan bahwa seseorang adalah sahabatmu itu ga sembarangan. setau saya, sahabat itu ga banyak. tapi dia awet.
sengaja saya tulis ciri-ciri sahabat yang paling banyak, karena menurut saya. menyatakan bahwa seseorang adalah sahabatmu itu ga sembarangan. setau saya, sahabat itu ga banyak. tapi dia awet.
jadi, kalau kamu merasa lagi "dekat" sama seseorang, identifikasi dulu ya, sedekat apa ?
Surabaya, 1 Oktober 2013
Best Regards,
Riffat Akhsan
kendalikan dirimu ! kata seorang cowok sama pacarnya waktu si pacar melabrak seorang cewek yang dia curigai telah merebut pacarnya. *drama banget
kejadian labrak-labrak gini udah sering kita temui, kejadian gini mesti endingnya perang dingin setelah sebelumnya didahului drama heboh.
kalo kita tarik benang merah kejadian labrak, lempar gelas ketika rapat, dll itu hanya disebabkan satu hal.
kurangnya pengendalian diri.
kita seringkali melakukan tindakan karena dikuasai emosi yang (biasanya) setelah cukup sadar, kita akan menyesal dan bilang "kenapa sih gue ngelakuin itu?"
pengendalian diri simple nya adalah, bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah antara kita dengan emosi kita. bukan pada orang lain.
kejadian labrak,dll itu ibarat masalah dengan diri kita belum selesai, udah dibawa ke orang lain. ribet kan ?
ya kalo dibawa ke orang lain buat curhat sih gapapa, tapi dibawa untuk menyerang orang lain, disaat kita lagi marah-marahnya trus kita samperin seseorang tersebut, dia cuma bisa bilang "loh, ni anak kenapa?"
malu ? jelas.
masalahnya bukan pada betapa salahnya orang lain ke kamu, tapi bagaimana kamu tidak dikendalikan oleh emosi atas orang itu.
get it ?
Surabaya, 1 oktober 2013
Best Regards,
Riffat Akhsan
kejadian labrak-labrak gini udah sering kita temui, kejadian gini mesti endingnya perang dingin setelah sebelumnya didahului drama heboh.
kalo kita tarik benang merah kejadian labrak, lempar gelas ketika rapat, dll itu hanya disebabkan satu hal.
kurangnya pengendalian diri.
kita seringkali melakukan tindakan karena dikuasai emosi yang (biasanya) setelah cukup sadar, kita akan menyesal dan bilang "kenapa sih gue ngelakuin itu?"
pengendalian diri simple nya adalah, bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah antara kita dengan emosi kita. bukan pada orang lain.
kejadian labrak,dll itu ibarat masalah dengan diri kita belum selesai, udah dibawa ke orang lain. ribet kan ?
ya kalo dibawa ke orang lain buat curhat sih gapapa, tapi dibawa untuk menyerang orang lain, disaat kita lagi marah-marahnya trus kita samperin seseorang tersebut, dia cuma bisa bilang "loh, ni anak kenapa?"
malu ? jelas.
masalahnya bukan pada betapa salahnya orang lain ke kamu, tapi bagaimana kamu tidak dikendalikan oleh emosi atas orang itu.
get it ?
Surabaya, 1 oktober 2013
Best Regards,
Riffat Akhsan
30 September
sebagai seorang mahasiswa dengan kondisi finansial pas-pas an. saya adalah satu dari ribuan mahasiswa yang begitu awal bulan, otak kita langsung bertransformasi jadi kalkulator, mengatur finansial secara cermat biar cukup sampai akhir bulan.
sebagai perempuan biasa, kadang saya juga pengen kok punya barang branded yang harganya membuat kehidupan mahasiswa saya terancam melarat.
disinilah kecermatan untuk memisahkan antara fungsional dan eksklusivitas berperan.
saya adalah orang yang sebelum membeli sesuatu selalu melihat kapasitas fungsi dan eksklusivitas untuk melihat harga itu menitikberatkan kemana.
misal, jam tangan dan kacamata. kacamata yang saya pakai saya beli dengan banderol seharga gaji sebulan seorang PNS golongan 3. mahal ? tunggu dulu, alasan saya beli kacamata itu adalah, saya sudah 7 tahun berkacamata, dan selalu ceroboh dengan kacamata saya. kacamata mata saya sering penyok, tangkainya copot, terinjak, terduduki, kadang kegencet waktu saya tidur,dll saya sadari itu semua karena kecerobohan saya. dan saya adalah seseorang yang "tidak akan membeli baru untuk barang-barang yang melekat di siri saya yang di saya, kecuali barang itu rusak"
maksud saya bukan seperti baju, tas, sepatu yang memang harus dikondisikan dengan keperluan, ga mungkin kan saya pakai tas yang sama untuk kuliah dan untuk kondangan ? maksud saya adalah barang-barang paten yang melekat di diri saya seperti kacamata, jam tangan, dll
memang bias ya, cuma kacamata aja kok harganya sampai segitu, untuk anda yang memiliki kehati-hatian tinggi, itu memang mahal. tapi untuk seseorang seceroboh saya, memiliki kacamata super-tahan-banting seperti itu harga segitu adalah murah. daripada saya setiap bulan beli kacamata terus gara-gara frame nya kenapa napa karena kecerobohan saya, itu jauh lebih mahal kan ?
ceroboh itu karakter saya dari kecil bung, lebih baik untuk membeli barang yang sesuai dengan karakter saya daripada harus merubah karakter saya hanya karena sebuah barang.
soal jam tangan juga sama, saya adalah orang yang kurang sayang sama barang, jam tangan saya sering saya pake meskipun saya snorkeling atau diving, suka kebentur tembok secara ga sengaja (lagi lagi karena kecerobohan saya) suka kelempar jatuh dari tas saya, dll maka dari itu saya memakai jam tangan yang saya beli dengan harga sepadan dengan rata-rata harga sewa kamar kost di daerah keputih per bulan.
tapi lain dengan gadget, saya dari dulu bermimpi untuk punya iphone. dan selalu berusaha untuk menyisihkan uang saya untuk menabung untuk membeli barang itu. tapi ketika saya analisis, untuk sebuah handphone berkamera, yang bisa dengerin lagu dan online, (lupakan soal siri, saya juga ga paham sepenting apa teknologi siri itu) harga segitu (sekitar 4-5 juta) jelas sangat menitikberatkan pada eksklusivitas, gampangan nya biar yang make iphone terupgrade gengsinya.
jadi guess what ? saya hanya memakai handphone dengan fungsi kurang lebih sama namun dibanderol dengan harga rata-rata handphone mahasiswa. tidak terlalu mahal, tidak juga terlalu murah.
begitu juga dengan laptop, saya selalu bermimpi untuk bisa punya macbook pro, tapi setelah saya timbang lagi,brand lain dengan harga yang sama memberikan fungsi yang lebih baik dibanding brand itu. fix kesimpulan nya harga segitu untuk sebuah laptop yang kalau dibanting juga sama sama rusak, harga itu adalah harga untuk menjual eksklusivitas. akhirnya pilihan saya jatuh pada brand sony, tidak terlalu "nelangsa' tidak juga terlalu branded.
menekankan pada fungsional bukan berarti membeli barang murahan, tapi membeli barang yang benar benar berharga untuk kita beli. berharga itu berarti, menurut hemat kita, kita pantas mengeluarkan uang penghasilan kita untuk barang itu. tidak semua barang berharga di pasaran berharga untuk dibeli oleh diri kita.
memang ada fase nanti dimana kita sudah mapan, kita akan merindukan eksklusivitas dimana kita mendapat sesuatu yang tidak semua orang bisa mendapatkan nya, tapi itu nanti, ketika kondisi finansial kita siap untuk fase itu. dan jelas bukan pada fase seorang mahasiswa.
Surabaya, 30 September 2013
Best Regards,
Riffat Akhsan
sebagai perempuan biasa, kadang saya juga pengen kok punya barang branded yang harganya membuat kehidupan mahasiswa saya terancam melarat.
disinilah kecermatan untuk memisahkan antara fungsional dan eksklusivitas berperan.
saya adalah orang yang sebelum membeli sesuatu selalu melihat kapasitas fungsi dan eksklusivitas untuk melihat harga itu menitikberatkan kemana.
misal, jam tangan dan kacamata. kacamata yang saya pakai saya beli dengan banderol seharga gaji sebulan seorang PNS golongan 3. mahal ? tunggu dulu, alasan saya beli kacamata itu adalah, saya sudah 7 tahun berkacamata, dan selalu ceroboh dengan kacamata saya. kacamata mata saya sering penyok, tangkainya copot, terinjak, terduduki, kadang kegencet waktu saya tidur,dll saya sadari itu semua karena kecerobohan saya. dan saya adalah seseorang yang "tidak akan membeli baru untuk barang-barang yang melekat di siri saya yang di saya, kecuali barang itu rusak"
maksud saya bukan seperti baju, tas, sepatu yang memang harus dikondisikan dengan keperluan, ga mungkin kan saya pakai tas yang sama untuk kuliah dan untuk kondangan ? maksud saya adalah barang-barang paten yang melekat di diri saya seperti kacamata, jam tangan, dll
memang bias ya, cuma kacamata aja kok harganya sampai segitu, untuk anda yang memiliki kehati-hatian tinggi, itu memang mahal. tapi untuk seseorang seceroboh saya, memiliki kacamata super-tahan-banting seperti itu harga segitu adalah murah. daripada saya setiap bulan beli kacamata terus gara-gara frame nya kenapa napa karena kecerobohan saya, itu jauh lebih mahal kan ?
ceroboh itu karakter saya dari kecil bung, lebih baik untuk membeli barang yang sesuai dengan karakter saya daripada harus merubah karakter saya hanya karena sebuah barang.
soal jam tangan juga sama, saya adalah orang yang kurang sayang sama barang, jam tangan saya sering saya pake meskipun saya snorkeling atau diving, suka kebentur tembok secara ga sengaja (lagi lagi karena kecerobohan saya) suka kelempar jatuh dari tas saya, dll maka dari itu saya memakai jam tangan yang saya beli dengan harga sepadan dengan rata-rata harga sewa kamar kost di daerah keputih per bulan.
tapi lain dengan gadget, saya dari dulu bermimpi untuk punya iphone. dan selalu berusaha untuk menyisihkan uang saya untuk menabung untuk membeli barang itu. tapi ketika saya analisis, untuk sebuah handphone berkamera, yang bisa dengerin lagu dan online, (lupakan soal siri, saya juga ga paham sepenting apa teknologi siri itu) harga segitu (sekitar 4-5 juta) jelas sangat menitikberatkan pada eksklusivitas, gampangan nya biar yang make iphone terupgrade gengsinya.
jadi guess what ? saya hanya memakai handphone dengan fungsi kurang lebih sama namun dibanderol dengan harga rata-rata handphone mahasiswa. tidak terlalu mahal, tidak juga terlalu murah.
begitu juga dengan laptop, saya selalu bermimpi untuk bisa punya macbook pro, tapi setelah saya timbang lagi,brand lain dengan harga yang sama memberikan fungsi yang lebih baik dibanding brand itu. fix kesimpulan nya harga segitu untuk sebuah laptop yang kalau dibanting juga sama sama rusak, harga itu adalah harga untuk menjual eksklusivitas. akhirnya pilihan saya jatuh pada brand sony, tidak terlalu "nelangsa' tidak juga terlalu branded.
menekankan pada fungsional bukan berarti membeli barang murahan, tapi membeli barang yang benar benar berharga untuk kita beli. berharga itu berarti, menurut hemat kita, kita pantas mengeluarkan uang penghasilan kita untuk barang itu. tidak semua barang berharga di pasaran berharga untuk dibeli oleh diri kita.
memang ada fase nanti dimana kita sudah mapan, kita akan merindukan eksklusivitas dimana kita mendapat sesuatu yang tidak semua orang bisa mendapatkan nya, tapi itu nanti, ketika kondisi finansial kita siap untuk fase itu. dan jelas bukan pada fase seorang mahasiswa.
Surabaya, 30 September 2013
Best Regards,
Riffat Akhsan
29 September
bukan percaya yang ini maksud saya -___-
ada banyak hal yang melatar-belakangi seseorang untuk bangga. bisa karena alamamater universitas, bisa karena posisi dalam pekerjaan, bisa karena profesi, bisa karena tempat kerja, bisa karena tempat tinggal, jenis kendaraan, gadget yang dibawa, punya koneksi banyak, status di masyarakat, prestasi akademik, prestasi, kerja, dll
setiap orang pasti punya satu kebanggaan tertinggi, bisa karena pasangan, bisa karena karir, bisa karena keluarga, bisa anak, bisa harta, dll
bagi saya, kebanggaan tertinggi saya adalah saya menjadi seseorang yang bisa dipercaya.
kenapa ?
bagi seseorang seperti saya yang sangat sulit untuk percaya kepada orang lain, dipercaya oleh orang lain adalah sebuah anugerah.
dipercaya dalam hal ini ga hanya masalah dipercaya untuk menempati suatu posisi pekerjaan, dan hal-hal yang bersifat materi saja.
dipercaya disini adalah kebanggaan saya dipercaya oleh orang tua saya untuk bersekolah jauh dari rumah disaat ada ribuan perempuan sebaya saya menghabiskan masa kecil sampai menikah dalam lingkaran orang tua. orang tua mereka khawatir kalau anaknya jauh, bagi saya itu adalah bentuk tersirat dari sebuah ketidakpercayaan.
orang tua saya percaya, bahwa saya bisa menjaga diri dan kehormatan saya di rantau, meskipun banyak pula perempuan sebaya saya yang sudah terbukti tidak bisa memegang kepercayaan yang sudah diberikan oleh orang tuanya. namun orang tua saya yakin dan percaya bahwa anak gadisnya sudah dewasa untuk memilih memilah dan memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan. mareka selalu bilang ke saya "abah umi jauh dari kamu, itu cuma jarak aja. kita selalu ada di hati kamu kak, dengan do'a yang tak pernah putus"
saya bangga bisa dipercaya oleh beberapa sahabat dekat saya untuk menjadi jajaran orang pertama yang mereka cari ketika mereka sedih, ketika mereka mendapat musibah, ketika mereka down,dll
ketika saya berusaha berempati dengan mereka, saya sadar memilih seseorang yang menjadi orang pertama yang saya kabari ketika saya bahagia itu sulit, tapi jauh lebih sulit untuk mencari orang yang pertama saya kabari ketika saya mendapat masalah. mengingat tidak semua orang bisa memahami dan berempati dengan masalah yang saya hadapi.
ada banyak orang yang justru semakin sedih ketika tertimpa masalah karena salah dalam memilih orang yang dia percaya untuk menceritakan masalahnya. maksud hati pengen berbagi biar beban lebih ringan, kenyataan yang terjadi justru semakin rumit.
jadi bagi saya, kepercayaan itu ibarat pedang bermata dua, jika saya menempatkan pada orang yang tepat, itu akan menjadi anugerah, namun bila saya menempatkan pada orang yang salah, itu akan berubah menjadi musibah.
saya bangga, menjadi seseorang yang bisa dipercaya oleh orang-orang terdekat saya, karena itu berarti, mereka menganggap saya orang yang tepat untuk diberi kepecayaan.
Alhamdulillahirabbil alamin
Surabaya, 29 September 2013,
Best Regards,
F.R. Ma'rifah Akhsan
setiap orang pasti punya satu kebanggaan tertinggi, bisa karena pasangan, bisa karena karir, bisa karena keluarga, bisa anak, bisa harta, dll
bagi saya, kebanggaan tertinggi saya adalah saya menjadi seseorang yang bisa dipercaya.
kenapa ?
bagi seseorang seperti saya yang sangat sulit untuk percaya kepada orang lain, dipercaya oleh orang lain adalah sebuah anugerah.
dipercaya dalam hal ini ga hanya masalah dipercaya untuk menempati suatu posisi pekerjaan, dan hal-hal yang bersifat materi saja.
dipercaya disini adalah kebanggaan saya dipercaya oleh orang tua saya untuk bersekolah jauh dari rumah disaat ada ribuan perempuan sebaya saya menghabiskan masa kecil sampai menikah dalam lingkaran orang tua. orang tua mereka khawatir kalau anaknya jauh, bagi saya itu adalah bentuk tersirat dari sebuah ketidakpercayaan.
orang tua saya percaya, bahwa saya bisa menjaga diri dan kehormatan saya di rantau, meskipun banyak pula perempuan sebaya saya yang sudah terbukti tidak bisa memegang kepercayaan yang sudah diberikan oleh orang tuanya. namun orang tua saya yakin dan percaya bahwa anak gadisnya sudah dewasa untuk memilih memilah dan memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan. mareka selalu bilang ke saya "abah umi jauh dari kamu, itu cuma jarak aja. kita selalu ada di hati kamu kak, dengan do'a yang tak pernah putus"
saya bangga bisa dipercaya oleh beberapa sahabat dekat saya untuk menjadi jajaran orang pertama yang mereka cari ketika mereka sedih, ketika mereka mendapat musibah, ketika mereka down,dll
ketika saya berusaha berempati dengan mereka, saya sadar memilih seseorang yang menjadi orang pertama yang saya kabari ketika saya bahagia itu sulit, tapi jauh lebih sulit untuk mencari orang yang pertama saya kabari ketika saya mendapat masalah. mengingat tidak semua orang bisa memahami dan berempati dengan masalah yang saya hadapi.
ada banyak orang yang justru semakin sedih ketika tertimpa masalah karena salah dalam memilih orang yang dia percaya untuk menceritakan masalahnya. maksud hati pengen berbagi biar beban lebih ringan, kenyataan yang terjadi justru semakin rumit.
jadi bagi saya, kepercayaan itu ibarat pedang bermata dua, jika saya menempatkan pada orang yang tepat, itu akan menjadi anugerah, namun bila saya menempatkan pada orang yang salah, itu akan berubah menjadi musibah.
saya bangga, menjadi seseorang yang bisa dipercaya oleh orang-orang terdekat saya, karena itu berarti, mereka menganggap saya orang yang tepat untuk diberi kepecayaan.
Alhamdulillahirabbil alamin
Surabaya, 29 September 2013,
Best Regards,
F.R. Ma'rifah Akhsan
saya sering sangsi dengan hidup, masih adakah orang tulus di dunia ini ? yang saya lihat (kebanyakan) dunia ini berisi orang yang hanya (mau) berteman dengan orang yang memiliki kepentingan tertentu, simple nya temenan kalo ada butuhnya aja.
ketika mendapat hadiah, menerima pujian, ngobrol bersama, jalan jalan bersama. saya kadang bertanya dengan diri saya sendiri. aku berusaha tulus dalam berteman, apa mereka juga tulus mau berteman sama aku ? atau mereka punya tendensi sama aku ?
ketulusan, ga cuma soal hubungan lawan jenis, kayak pacaran. ketulusan dalam hubungan antar manusia diluar itu juga penting. penting untuk menunjukkan seberapa baik kualitas hubungan itu. kita ga mau kan punya temen yang mau deket sama kita kalo ada butuhnya aja ?
di sini ketulusan berperan, dan akhirnya saya sadar kalau ternyata "ketulusan itu datang dari hati, dan hanya bisa dirasakan dengan hati"
ketulusan, dia selalu ada di hati kita. namun kadang gaungnya dalam nurani sering tak terdengar karena kita kurang peka.
Surabaya, 29 September 2013,
Love,
Faizah Riffat Ma'rifah Akhsan
ketika mendapat hadiah, menerima pujian, ngobrol bersama, jalan jalan bersama. saya kadang bertanya dengan diri saya sendiri. aku berusaha tulus dalam berteman, apa mereka juga tulus mau berteman sama aku ? atau mereka punya tendensi sama aku ?
ketulusan, ga cuma soal hubungan lawan jenis, kayak pacaran. ketulusan dalam hubungan antar manusia diluar itu juga penting. penting untuk menunjukkan seberapa baik kualitas hubungan itu. kita ga mau kan punya temen yang mau deket sama kita kalo ada butuhnya aja ?
di sini ketulusan berperan, dan akhirnya saya sadar kalau ternyata "ketulusan itu datang dari hati, dan hanya bisa dirasakan dengan hati"
ketulusan, dia selalu ada di hati kita. namun kadang gaungnya dalam nurani sering tak terdengar karena kita kurang peka.
Surabaya, 29 September 2013,
Love,
Faizah Riffat Ma'rifah Akhsan
Subscribe to:
Posts (Atom)
Search