01 May

Photo by Helloquence on Unsplash

masa - masa tender dan persiapan termin invoice ditambah sparks joy berupa pemberitahuan adanya contract change order/addendum adalah masa - masa saya nangis darah.

masa - masa ini semua orang kantor senggol bacok karena tensi tinggi. apalagi karena budaya kantor saya Korea dengan palli - palli nya.  rasanya di masa - masa ini saya ingin membelah diri  berdasarkan jumlah proyek yang saya tangani.

tapi kan saya manusia ya, bukan amoeba. jadi mukjizat kalau saya bisa membelah diri.

kalau udah di masa - masa ini orangtua saya udah no comment liatin anaknya nggak ngerjain kerjaan rumah sama sekali. bangun tidur, shalat, ngebekal roti sama kopi, berangkat ngantor. pulang kantor makan sore. ngendon di kamar laptopan ngerjain kerjaan trus langsung tidur. keluar cuma buat shalat sama ke kamar mandi.

capek, jelas. stress, udah pasti. meskipun menurut saya benefit yang saya dapatkan jauh diatas capek dan stress nya.

ini cara saya tetap bertahan di masa - masa senggol bacok ini :

Time Management, Energy Management.


Photo by Trent Erwin on Unsplash

dalam masa - masa ini, instruksi bertubi - tubi adalah pasti. saya harus siap dengan revisi dan tambahan instruksi berkali - kali. namun, saya punya kartu. namanya deadline. saya bisa menyusun timeline kapan pekerjaan saya harus selesai. saya juga memiliki sekian hari dikali dua puluh empat jam selama timeline tersebut. saya juga punya waktu dua puluh empat jam yang bebas saya atur untuk menyelesaikan tugas tersebut.

dalam satu hari, tidak mungkin energi saya selalu full charge. karena tubuh saya ibarat baterai handphone : bisa lowbat.   hal inilah yang amat sangat cerdik harus diatur. saya membagi kapan saya harus tidur, makan, ibadah, dan bersantai. dalam sehari semua aspek itu harus kebagian porsi. biar kondisi mood dan tubuh saya terjaga guna mencapai target. 

karena saya sama sekali tidak berniat resign.

Organizing My Worklist, dan Mengurutkannya Sesuai Skala Prioritas.



Photo by Renáta-Adrienn on Unsplash

analoginya seperti teknologi big data. saya menulis semua worklist saya ke dalam agenda harian. mas gebetan menyarankan saya memakai aplikasi evernote dan google calendar. namun saya tidak secanggih doi. karena ketika saya pegang hape, prioritas adalah twitteran dan menyimak instagram story.

sehingga saya lebih nyaman dengan agenda manual. saya tulis semua worklist saya. semua mua nya. kemudian saya kelompokkan berdasarkan holdings dimana worklist itu bernaung. apakah ini "pesenan" perusahaan A, perusahaan B, atau perusahaan C.

Photo by STIL on Unsplash

saya juga harus mempertimbangkan agenda - agenda di luar kantor yang pastinya energinya beda dengan kalau saya full seharian di kantor aja. kalau ada agenda keluar, waktu efektif saya di kantor bisa cuma setengah hari aja. bahkan bisa kurang dari itu.

kalau memang seharian full ngantor, saya juga harus perhatikan para rekanan saya. karena di masa - masa ini bahkan makan siang aja kami harus bergantian. juga karena saya adalah yang belum nikah, saya yang harus back up rekanan saya di jam - jam mereka harus keluar buat jemput anak sekolah.

kemudian masing masing worklist yang sudah dikelompokkan berdasarkan holdings nya tadi saya beri keterangan tingkat kerumitan, pressure, dan deadline kapan tugas itu harus diasistensikan. setelahnya saya baru bisa menyusun skala prioritas mana dulu yang harus saya kerjakan.

Photo by Felipe Furtado on Unsplash

Membuat Target yang Terukur Sesuai Timeline.


Photo by Alesia Kazantceva on Unsplash

kembali lagi ke analogi teknologi big data. pekerjaan saya di kantor itu punya target sendiri - sendiri sesuai dengan karakteristik tugasnya.

setelah saya organize mereka semua, barulah kemudian saya bisa menyusun target harian saya. tentu target ini terbagi menjadi target optimis dan realistis. optimis kalau saya full seharian di kantor. realistis kalau - kalau saya ada agenda keluar ataupun force majeur yang mengharuskan saya keluar kantor.

target - target ini membantu saya untuk fokus. bahwa pekerjaan bukan sesuatu yang bisa selesai sekali duduk. mungkin itulah mengapa saya didrill mampus di kampus dengan tugas besar dan tugas akhir. bahwa yang bernama mengemban tanggungjawab itu tidak instan. ia perlu proses dan kesabaran.

target - target dan baby step ini juga memberikan ruang pada saya untuk mencari solusi bagi diri saya sendiri dan orang - orang di bawah saya jika dalam roda pelaksanaan pekerjaan terjadi masalah.

hei, bukankah pekerjaan itu sendiri adalah bagian dari pemecahan masalah ? kalau nggak ada masalah ya nggak ada pekerjaan dong.

Photo by William Iven on Unsplash

Menyempatkan Diri untuk Istirahat dengan Nonton Korea / Serial / Badminton di Tengah Jam Kantor.



Photo by Jens Kreuter on Unsplash

yang namanya kerja pasti ada waktu istirahat dong. saya biasanya menggunakan waktu ishoma untuk makan sambil nonton drama Korea/serial yang lagi on going. kalau kebetulan pas ada turnamen badminton, saya biasanya streaming di waktu istirahat sore.

ya karena saya suka nonton ya. sehingga menurut saya nonton drama/badminton bikin saya nggak mikirin kerjaan dulu untuk sementara. fokus saya teralihkan sebentar untuk rehat. beberapa rekan saya ada yang tidur siang/baca buku untuk rehat. tapi karena saya bukan tipikal yang bisa tidur siang (meskipun kantor saya punya kamar istirahat karyawan), saya juga orangnya nggak bisa berhenti kalau udah baca novel. karena nagih ending banget novel - novel kesukaan saya itu. jadilah  saya lebih nyaman rehat dengan menonton drama korea/badminton yang durasinya bukan saya yang tentukan.

Photo by JESHOOTS.COM on Unsplash

Spotify Premium.

Photo by Sara Kurfeß on Unsplash

saya bukan tipe orang yang enjoy kerja dengan suasana hening ala perpustakaan seperti ibu saya. meskipun ya, kalau saya dituntut sangat fokus saya akan melakukannya. tapi jarang banget deh kayak gitu.

ada banyak pemutar musik di pasar digital, joox, apple music, dan spotify. setau saya.

spotify premium bukan untuk semua orang, mengingat harga langganannya. menurut penganut paham efisiensi.

kalau kamu dalam sehari frekuensi dengar lagunya rendah saya rasa nggak perlu upgrade ke premium. kecuali kamu kayak saya yang memang seharian music. selain karena frekuensi mendengarkan lagu yang tinggi, seringkali konsentrasi saya buyar kalau tiba - tiba disela iklan. 

saya mengakali biaya langganan aplikasi ini dengan tidak bertransaksi langsung via kartu kredit. saya memilih membayar biaya langganan melalui jasa pihak ketiga yang legal dan harganya jauh lebih murah. ada beberapa pilihan langganan di para pihak ketiga ini. ada yang perbulan, tiga bulan, hingga langganan per tahun. dengan harga maksimal seratus ribu.

di twitter dan e-commerce tersebar kok para pihak ketiga ini. cari aja. 


Photo by Fimpli on Unsplash

Jangan Lupa Bahagia

Photo by Rifky Naufaldy on Unsplash

saya selalu percaya, bahwa kita bisa menemukan sumber bahagia kita sendiri meskipun masih belum bisa liburan.

setiap orang punya caranya sendiri untuk bisa enjoy under pressure. ada yang memajang gundam di meja kantor, ada yang memasang lukisan mahal di ruangan, ada pula yang seperti saya. semakin tekanan kantor saya nggak waras, semakin saya berusaha ke kantor dengan make up, baju, sepatu terbaik (atau mungkin termahal). barang - barang ini adalah sumber bahagia saya.

untuk sementara. 

saya percaya barang - barang fashion bukan sekedar fungsi. ia karya seni. 

selain itu kadang ide ngeblog muncul di saat - saat seperti ini. sehingga saya bisa rehat sedikit dengan menyusun draft blog.

intinya, meskipun kerjaan lagi nggak santai. saya tetap harus bahagia.


Photo by Ty Williams on Unsplash


hidup dengan baik. ciptakan kebahagiaan. untuk dirimu sendiri. karena kita (para pekerja) berhak bahagia. 

Bontang, 1 Mei 2019




Riffat Akhsan, ---- Selamat Hari Buruh. Para Buruh - Buruh Kebahagiaan.

22 April


saya nggak ngerti apakah tepat menyebut ini sebagai jalan jalan. karena sejatinya disana saya tuh kerja, alias survey. survey apa mbak ? survey pasang surut air laut sebagai salah satu rangkaian dari perencanaan mitigasi banjir di DAS Mahakam.

seperti itu. 

tapi gapapa lah ya waktu 48 jam saya rasa cukup untuk menggambarkan seperti apa Muara Badak itu.

asyik, namanya jadi Muara Badak di mata saya.


jadi Muara Badak ini merupakan sebuah kecamatan kaya raya di pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara. sebuah kecamatan yang memiliki sumber daya minyak, gas alam, serta batu bara. pokoknya kaya raya banget lah sampai sampai di kantor desa nya ada kantor dinas Sumber Daya Alam regional. 

selain kekayaan perut bumi, daerah ini juga teramat subur dengan lahan ekonomi pertanian, perikanan, dan pariwisatanya. letaknya yang berada di pesisir jalur pelayaran internasional juga memungkinkan penduduknya untuk mencari nafkah bukan sekedar nelayan.

ehem, ini yang menarik.


lokasi survey saya kebetulan dekat perkampungan penduduk. ya di dermaga rakyat gitu lah. sehingga membuat saya cukup bisa bersentuhan dengan denyut nadi masyarakat biasa (kayak saya). 

bagi masyarakat yang berbeda orbit dengan dunia korporasi. di daerah ini wajib hukumnya punya kapal. jika mata pencaharian mereka bukan seorang petani atau petambak. kenapa ? karena selain untuk mencari ikan, kapal ini juga bisa menjadi media untuk memberikan "jasa" transportasi wisata memancing bagi mereka yang stress ngantor di oil, gas, and coal company itu.

yang menarik perhatian saya, kapal kapal ini juga menjadi alat untuk menunjang profesi masyarakat sebagai "supplier". 

hah ? supplier apa mbak ? mereka ikutan pengadaan barang jasa ?



ya enggak lah maemunah. mereka ini menjadi supplier bagi kapal kapal yang lempar jangkar di laut Muara Badak. kapal - kapal pengangkut kontainer dan minyak inilah yang dipenuhi kebutuhannya. mereka kan di sana butuh makan, kartu internet, cemilan, buah - buahan, hingga jasa haram yang lebih baik nggak usah saya ceritakan disini.

jadi masyarakat inilah yang pergi ke darat, ke pasar untuk memenuhi kebutuhan para awak kabin kapal - kapal berbendera asing ini. sebagai imbalan mereka dibayar dengan dollar atau mata uang negara asal si kapal. tapi dari cerita mereka umumnya mereka dibayar dengan US Dollar. kalau tidak dibayar dengan US Dollar mereka dibayar dengan bensin/solar kualitas tinggi. jadi nggak heran di kecamatan ini mudah sekali ditemukan pertamini modifikasi.

ngomong - ngomong masalah dollar, saya cukup salut dengan pemerintah daerahnya yang hanya mengizinkan bank rakyat saja sebagai tempat masyarakat menukarkan valuta asing milik mereka.


saya melihat kesyukuran di hidup mereka. mereka nggak pusing soal inflasi apalagi investasi. wong bayarannya valas kok. dengan kapal kayu bermotor sebagai modal hidup. sedihnya, taraf hidup mereka tidak meningkat. karena mendapatkan uang begitu mudah. asal rajin jadi supplier dan menjaga hubungan baik dengan para awak kabin. membeli aset simbolis seperti mobil dan rumah bukan barang mahal. pendidikan jadi serasa nggak penting karena di laut mereka cari rezeki.

  
profesi supplier ini menjadi fokus ke kepoan saya di tengah kebosanan mengukur tinggi muka air laut per sepuluh menit selama puluhan jam. ini profesi baru buat mbak - mbak korporat macam saya. bahwa dunia nggak hanya berkutat tentang saya, laporan - laporan di ruangan saya, dan masalah hidup saya.

itulah menariknya perjalanan. mata saya terbuka dengan berbagai unexpected joy.


fyi di terpal biru itulah tempat saya nongki demi mendapatkan data. jangan tanya saya gimana panasnya kalau pas tengah hari. 

trus di seberang itu ? yang hijau pohon - pohon itu ? bersarang buaya muara bermata kuning. saya cukup bergidik dengan cerita nelayan yang katanya dikejar buaya karena kurang rapi mengemas ikan di kapalnya.

jadi, kata siapa perempuan sebaiknya di rumah aja. dandan cantik untuk suami ?

eh kok nge gas.


kontur tanah yang rata, menjadikan daerah ini memesona dengan pohon - pohon kelapanya. foto di atas adalah salah satu halaman rumah warga. cantik ya ? rumput - rumput rapi nan terawat menjadi pemandangan umum di daerah ini. katanya sih, rumput ini dijual per petak dengan ukuran tertentu. saya sih belum nanya, wong proyek resort saya top soil dan pengupasan lahannya aja belum kelar. 

yakali saya ngetok rumah orang cuma buat nanya harga. 

eh tapi saya bisa sih minta tolong sama rekanan saya yang tinggal di daerah ini buat urusan rerumputan ini. katanya kalau sama penduduk sana lebih murah.

cuan is my life.


pemandangan pesisir pantai di sebelah kanan dan rumah - rumah berhalaman cantik di sebelah kiri menjadi bonus perjalanan bisnis saya di Muara Badak. (ya ampun perjalanan bisnis banget nih bahasanya ? orang tuh business trip identik dengan rapat di pencakar langit. lah saya nongki di dermaga rakyat ?) 


menyusuri jalan poros Muara Badak - Marangkayu - Bontang membuat saya teringat perjalanan dari Uluwatu ke Denpasar. berbagai papan spanduk bertuliskan nama - nama pantai menjadi bagian dari memori saya pada perjalanan ini. ya, meskipun Pantai Mutiara dan Pantai Pengempang lah yang menjadi primadona. tapi menikmati pantai pantai lain yang tidak seramai kedua pantai itu juga oke banget buat pilihan jalan - jalan di Muara Badak.


selain pantai, Marangkayu - Muara Badak juga menyimpan lahan persawahan yang tidak kalah cantik dengan pantainya. saya terkagum dengan hamparan luas padi dengan pohon kelapa sebagai pagarnya. surga zamrud khatulistiwa itu nyata.


lokasi persawahan ini juga access-able kok berada di pinggir jalan utama yang berupa perkerasan beton. tapi tetap perhatikan musim ya. karena tidak selalu pemandangan sehijau ini. ya kalau musim panen pemandangannya adalah padi yang menguning.

ya nggak ?


banyak yang menduga sawah - sawah ini merupakan sawah tadah hujan. nggak kok, padi nya bukan padi gogo dan bukan sawah tadah hujan. mereka punya sistem irigasi standar bangunan sipil. ada beberapa spill way juga untuk saluran aliran primer nya. sehingga irigasi ini tidak hanya bermanfaat bagi petani padi namun juga bisa dimanfaatkan petani tambak.


kalau kamu mau melakukan perjalanan Samarinda - Bontang dan menginginkan pemandangan hijau begini kamu bisa ambil jalur Bontang via kantor walikota Sekambing - motong jalan tambang PT Indominco Mandiri dan masuk lewat desa Santan Ilir. atau kalau dari arah simpang Sangatta bisa lewat kilo 23 desa Santan Ulu (kalau lewat sini kamu juga dapat bonus pemandangan ladang pertanian) yang nantinya akan tembus ke desa Santan Ilir juga. bisa juga setelah Gunung Menangis masuk lewat simpang tiga Marang Kayu. jalan manapun yang kamu tempuh nantinya juga akan berakhir di jalan poros pesisir laut Marang Kayu - Muara Badak. jalan ini akan keluar di simpang tiga Muara Badak - Sambera. dekat dengan Bandara APT Pranoto Samarinda.  


jadi, begitulah perjalanan saya di Muara Badak. yang meskipun pulang dari sana saya nggak bisa leha - leha bangun siang karena harus segera mengolah data dan bikin laporan. tapi saya bahagia.

karena bukankah tujuan travelling adalah untuk refresh, recharge, and feels like reinvented ? 





Bontang, 22 April 2019




Riffat Akhsan, yang lagi dikejar termin invoice.

21 April

Photo by Guillaume M. on Unsplash

menyambung tulisan saya yang ini, mumpung lagi long weekend juga kan yaaa.

marilah kita isi blog berdebu ini dengan saksama dan sebaik - baiknya.

Passion.

Photo by Nathan Lemon on Unsplash

passion itu apa sih ? menurut teman saya, seorang manajer perusahaan ibukota yang kemudian resign demi memenuhi "panggilan jiwa" sebagai konsultan lingkungan hidup : passion adalah sesuatu yang setiap kamu mengerjakan matamu selalu berbinar. yang meskipun tidak selalu indah nan mulus kamu tetap bertahan disana.

passion itu seperti cinta, dia punya energi yang memberi arti.

kalau kamu tanya saya, passion saya adalah laporan keuangan. 

kok bisa ?

perusahaan saya mewajibkan insinyur teknik sipil sebagai syarat mutlak bergabung di sini. namun, setelah masuk ke tingkat manajemen level menengah atas, keahlian teknik sipil saja tidak cukup. perlu skill nyata yang harus diupgrade demi tuntutan kompetensi manajemen perusahaan.

disanalah saya menemukan passion saya di bidang manajemen keuangan perusahaan. 

berangkat dari semangat untuk berkontribusi lebih dari sekedar menjadi tenaga ahli di perusahaan, saya kemudian belajar hal baru tentang "must learn item" bagi manajemen level tengah seperti manajemen keuangan bagi non manajer keuangan, dasar - dasar pengadaan barang jasa, hukum kontrak konstruksi, komunikasi bisnis, hingga marketing dan public relation.

saya kemudian menemukan diri saya tenggelam berhari hari mengikuti ujian dan belajar dengan tekun pada bidang manajemen keuangan. sebuah lompatan kompetensi baru yang harus saya kuasai setelah selesai pendidikan insinyur teknik sipil sebagai tiket masuk.

berkutat dengan laporan keuangan dan menjadi decision maker di kantor benar benar menjadi alasan saya ngantor tiap pagi. bahwa saya berguna. saya bisa memberi kontribusi nyata dalam manajemen perusahaan dengan kehadiran saya.

jadi, menurut saya passion adalah suatu bidang yang membuat kamu cinta dengan pekerjaan kamu. karena passion menuntun seseorang untuk bertanggungjawab penuh. itulah mengapa saya pikir seseorang akan menemukan passion nya di ranah pekerjaan.

analoginya kerjaan itu ibarat danau, dengan passion sebagai "Naga" nya. 

Hobi.

Photo by Amanda Vick on Unsplash

hobi adalah sesuatu dimana kamu bisa melakukan tanpa terbebani tanggungjawab. murni untuk bersenang - senang. 

hobi set my self free

saya punya hobi aneh beli parfum berdasarkan kelucuan botolnya, apakah hanya itu saja ? oh tentu tidak. membeli sepatu sol merah dan sepatu dengan gesper berkilau juga kerap saya lakukan sebagai lambang bahwa saya berhasil menahan kesabaran dengan tensi kantor yang seringkali nggak masuk akal.

tapi hobi mahal pasti didahului dengan finansial kere di kehidupan sebelumnya. nah kalau lagi suntuk dan nggak ada uang saya biasanya beli novel dan menulis blog.

ada orang lain, yang hobinya olahraga. dengan apparel branded sebagai pelangkapnya. ada yang memancing, travelling, panahan, menembak, koleksi mobil mewah, koleksi jam, dll.

bebas lah. selama nggak ngutang aja sih dalam prosesnya.

karena menjalani hobi adalah bentuk rehat, juga penghargaan terhadap diri sendiri. sebuah upaya agar tetap menjadi manusia waras nan bahagia.

makanya dalam menyikapi hobi, menurut saya kita harus bijak. dimulai dari berempati sebagai manusia.

semua orang punya hobi. beban kerja yang tinggi menciptakan hobi yang berbiaya. saya percaya. 

yakali jaman kayak gini naif banget ada yang beban kerja tinggi tapi nggak punya hobi mahal. jangan jangan lari ke narkoba atau hal negatif lainnya 

naudzubillah.

Karya.


Photo by Tyler Lastovich on Unsplash

kalau passion kata kuncinya adalah "hidup dan merasa berguna" sementara hobi adalah "bersenang - senang dan bahagia", maka menurut saya kata kunci karya adalah "bersyukur dan berbagi".

bersyukur dan berbagi.

dua kata diatas sangat ampuh untuk mengidentifikasi apakah seseorang itu berkarya ataukah pamer.

semangat berkarya berangkat dari perasaan syukur yang berlebih, yang kemudian memberi dorongan untuk berbagi kepada orang lain. agar sama sama menikmati manfaat dari kesyukuran ini. tentu cara mendeliver nya akan beda jauh dengan mereka yang semangat pamer agar supaya mendapat pengakuan dari orang lain demi membuat diri sendiri merasa baik.

berkarya dalam semangat berbagi dimulai dari perasaan "cukup" dan jadi diri sendiri. bahwa tidak ada perasaan rendah diri sehingga perlu menciptakan sesuatu untuk menandingi sesuatu yang telah eksis.

berkarya itu tulus ikhlas, tidak berorientasi pada hasil. murni hanya untuk berproses dalam memaknai rasa syukur tanpa mengharap sesuatu sebagai imbalan. perkara bagaimana respon orang bukan menjadi masalah. sehingga karya cenderung berbentuk sesuatu yang berbasis manfaat. 

sehingga sebuah karya cenderung bersifat share-able. seperti cerita perjalanan, rumah singgah, lukisan, ataupun sesuatu yang mengarah pada tujuan filantropi.

berkarya adalah tentang memberi manfaat untuk diri orang lain.

Photo by MARK ADRIANE on Unsplash

mengenali passion, hobi, dan karya. membantu saya mengenal diri saya lebih baik. serta membuat saya merasa ketiga hal itu merupakan cara tuhan untuk menjawab doa orangtua saya agar saya menjadi manusia yang bahagia, postif, dan berguna bagi nusa dan bangsa.

saya harap kamu juga ya !





Bontang, 21 April 2019





Riffat Akhsan, mengucapkan selamat hari Kartini. semoga para perempuan Indonesia semakin mandiri dalam intelektual, emosi, spriritual dan finansial.  

14 December

gambar diambil via soompi

drama ini mencuri perhatian saya dengan plot cerita yang membahas sepatu. yup, bagi pecinta sepatu (seperti saya) Italia adalah santuari dengan Salvatore Ferragamo dewa nya.

you name it, Jimmy Choo terlihat malu - malu diantara tumpukan sepatu (imitasi) buatan si tokoh utama Koo Hae Ra. sedikit banyak saya mengenali seri terbatas Christian Louboutin di antara koleksi Centan Department Store, ada pula salah satu koleksi mirip Manolo Blahnik dalam desain yang diminati oleh costumer Gold Shoes.

bercerita tentang Koo Hae Ra, putri seorang maestro craftmanship sepatu. sang ayah merupakan lulusan terbaik sekolah desain sepatu yang eksis membuka lokakarya sepatu di pinggir kota Busan. sayang, siasat licik rentenir membuat bisnis mereka bankrut. sepeninggal sang ayah Koo Hae Ra harus berjuang membayar hutang dengan menggadai kemampuan desainnya, bergelut dengan kewaspadaan sirine polisi yang sewaktu - waktu menggerebek usaha pembuatan sepatu imitasinya.

sama seperti sang ayah, Koo Hae Ra merupakan bintang di sekolah desain sepatu. memiliki almamater yang sama dengan sang ayah, nasib Koo Hae Ra yang tidak sama. lokakarya Koo yang menjadi warisannya terpaksa dijarah rentenir atas nama hutang.

cerita belum selesai, Koo Hae Ra juga harus membayar biaya rumah sakit kakaknya yang koma.

suatu hari, Koo Hae Ra yang pintar dan cantik ini diminta untuk menjadi penerjemah seorang desainer asal Italia. rupanya sang desainer adalah pemilik Union Leather yang lagi di aproach habis - habisan oleh pemilik pabrik sepatu Tae In Joon. 

Tae In Joon sendiri adalah chaebol dengan hubungan keluarga ruwet, ibunya adalah seorang legenda pembuat sepatu mass product dengan brand HJO. namun, pada usaha suksesi nya Tae In Joon mencoba untuk masuk pasar handmade shoes dengan menghire Koo Hee Ra sebagai tim desainnya.

gimana ceritanya Koo Hee Ra bisa ngantor di pabrik Tae In Joon ? itulah yang bikin drama ini menarik.

diluar plot ceritanya yang tidak biasa, semua karakter yang terlihat abu - abu menggugah rasa penasaran saya. ditambah sinematografi yang menampilkan lansekap kota Busan dan Seoul semakin membuat saya betah nungguin drama ini setiap minggu.

drama ini agak filosofis ya, jadinya pacenya sedikit lambat. namun kekuatan cerita lah yang menyelamatkan saya dari kantuk. 

ada satu kalimat yang bikin saya agak geli yaitu statement kakak tiri Tae In Joon yang bilang kalau sampai kapanpun industri sepatu tidak akan pernah bisa mengalahkan industri konstruksi. kalimat ini terucap di tengah perseteruan kakak beradik penuh dendam ini dalam memperebutkan sebidang tanah di Goldiam. sang kakak ingin tanah itu dijadikan pusat perbelanjaan, sementara sang adik menginginkan pabrik sepatu yang berdiri di sana.

saya nahan ketawa pas dialog ini, rasanya pengen banget bilang ke "writer-nim, kami mbak - mbak tenaga ahli proyek konstruksi ini rela lho puasa makan siang demi beli high heels sol merah di situs belanja online"

industri konstruksi mungkin memang industri besar dan memiliki perputaran uang yang dahsyat, tapi percayalah setiap perempuan di industri konstruksi menyelipkan sepatu handmade original sebagai salah satu motivasi kerjanya selain harta, tahta, dan tas berjuta - juta

satu lagi yang membuat saya suka dengan tokoh Koo Hae Ra ini : dia ini aslinya kalangan atas, kemudian jatuh dan mencoba bangkit lagi dengan tekad dan kerja keras. keuletan dan ketekukan Koo Hae Ra, termasuk cara dia bertahan di divisi kantornya yang notabene menolak keberadaannya memikat saya. 

keja keras itu begitu. biar negara api menyerang, kerjaan harus kelar. 

class never lies, professionalism is a must.

berbicara tentang Tae In Joon sendiri, dia ini sebenarnya bukan pangeran berkuda putih juga. sifatnya nggak baik - baik banget. abu abu banget menurut saya, namun justru itu yang saya suka, karena tokoh ini jadi terlihat manusiawi.

bagi pecinta fashion, cara berpakaian dan style kerja di drama ini bener bener inspiring. bisa banget ditiru. dan sepatu - sepatunyaaaaaa, ya Allah cantik - cantik banget -,-

sebelum postingan ini menjadi semakin panjang, saya rekomen banget drama ini. ceritanya cukup beda, mostly membahas soal sepatu, dan industri sepatu. namun secara umum drama ini bercerita tentang bisnis. romansa yang coba dibangun juga ngggak melow melow menjengkelkan, jadi menurut saya cukup pas dinikmati.

para tokoh antagonis nya cukup oke, jahat tapi nggak bikin penonton sampai mau bakar TV seperti para tooh antagonis di drama Hide and Seek yang saya hempas di pertengahan. 

sinematografinya, mantap cantik gilaaaaaa.

sinematografi drama ini menampilkan cantiknya Kota Busan sehingga rasanya saya pengen memasukkan Busan ke dalam itenary Korea saya. selain Busan tentu saja lansekap Kota Seoul hadir dalam visual terbaiknya.  yang membedakan dari drama Korea lain, drama ini menampilkan lansekap Seoul dari sisi lain. cukup menyegarkan mata, setidaknya mata saya.

akhir kata, selamat menonton. semoga kamu tercerahkan ya dari tulisan ini.




Bontang, 14 Desember 2018





Riffat Akhsan, yang masuk kantor agak lambat hari ini setelah seharian kemarin meeting bersama para kakek kakek.

05 December

Photo by Cleo Vermij on Unsplash

semua orang tau lah ya hobi "resmi" saya adalah kerja. demi masa depan korporasi yang lebih baik. tapi, mungkin hanya keluarga saya yang tau hobi aneh saya ini.

seperti abah saya yang memiliki hobi aneh membangun "rumah-rumahan" etnik berkonsep resort dan memotong rumput. atau umi saya yang terus menerus membeli kain untuk menjahit baju yang habis jadi didedel lagi. saya juga punya hobi aneh.

guess what ?

hobi aneh saya adalah : mengoleksi botol parfum.

Photo by rawpixel on Unsplash

kalau jalan jalan kemanapun, hal yang paling saya cari adalah parfum. hal yang saya lihat pertama adalah botolnya, aroma nomor dua.

waktu awal kuliah dulu saya suka beli botol parfum yang tinggi, yang volume parfumnya besar. jadinya kadang setahun nggak beli parfum lagi. tapi semenjak kerja dan pindah ke Samarinda saya lebih suka beli versi 30 ml atau 50 ml. 

demi apa ? demi biar koleksi saya cepet nambah dong. 

ngomong soal bentuk botol parfum, saya jatuh cinta dengan tutupnya duluan ketimbang badannya. jadi rasanya blessed banget kalau nemu parfum yang tutup botolnya unik.

Photo by Rosy Nguyen on Unsplash

disclaimer : parfum yang saya maksud disini bukan semacam malaikat shubuh atau minyak nyong - nyong ya hahahha

parfum tuh punya 3 aspek : aroma, tutup botol, dan badan botol. satu merk pasti hanya menonjol salah satu aspek aja. ada yang aroma nya pas banget, tapi botol dan tutupnya jelek. ada yang tutupnya menarik, badan botol dan aroma nya biasa aja. ada yang badan botolnya elegan, aroma biasa aja, dan tutup botolnya gitu doang. jadi koleksi (botol) parfum ini melatih saya untuk ngerem jiwa - jiwa perfeksionis dalam diri ini menjadi lebih toleran dan fokus ke salah satu aspek prioritas.

sama lah kayak hidup yang juga punya 3 aspek : harta, tahta, oppa.
oke balik ke parfum.

favorit saya sejauh ini kalau aroma parfum masih Anna Sui dan Elizabeth Arden ya. Channel No 5 juga enak, parfum - parfum merk Jepang juga oke. kalau parfum dengan tutup botol/badan botol menarik sih banyak banget. Marc Jacobs oke, Nine West juga pernah ngeluarin seri yang bentuk tutup botolnya terinspirasi dari high heels (badan botolnya biasa aja tapi), Viktor Rolf juga bagus (tapi merk ini tutup botolnya biasa aja), yang nggak branded juga banyak.

karena saya juga nggak begitu brand minded sih untuk koleksi parfum saya ini. diluar sana ada super banyak parfum dengan tutup/badan botol maupun aroma menarik yang berasal dari out of nowhere, saya juga nggak ingat merk nya.

tapi kalau yang paling kawin antara tutup botol badan botol dan aroma, kecintaan saya tetap Salvatore Ferragamo.

biasan beli parfum dimana ? ya bisa dimana aja. di mall, toko parfum, duty free, branded store, toko souvenir, lapak jalanan, fashion retail seperti sogo atau metro, dan dikasih teman/keluarga/pacar :))).
 
kalau mau lucu - lucu an paling asyik belanja parfumnya di miniso. secara harga 13 botol parfum di miniso sama dengan harga satu botol Ferragamo. bisa kalap saya.

jadi, hobi aneh kamu apa ? atau kamu mau rekomendasi parfum oke buat saya ? share ya di komentar.





Samarinda, 5 Desember 2018




Riffat Akhsan, yang resolusi 2019 nya cuma nambah koleksi parfum.

24 November

gambar diambil via mydramalist

drama yang punya judul lain "An Empress Dignity" ini mengusung genre Romantic - Thriller yang baru pertama kali saya tonton. sekilas aura thriller yang dibangun beserta beberapa aktor/aktrisnya mengingatkan saya sama drama korea "Return" (drama yang endingnya kurang puas tapi saya ikutin sampai akhir).

pas ngecek cast and production staff nya ; walah production director drama ini sebelumnya menggarap drama Return. wah, bakal seru nih.

ceritanya tentang Negara Korea yang memiliki sistem pemerintahan Monarki Konstitusional. Lee Hyuk (Shin Sung Rok) , kaisar kecintaan masyarakat yang memiliki sisi gelap. salah satunya adalah affair dia dengan juru bicara kerajaan Min Yoo Ra (Lee Elijah), mbak - mbak cantik dengan ambisi kekuasaan yang mengerikan. kalau saya posisikan drama ini kayak saeguk, Min Yoo Ra ini kayak selir. karena waktu dia sama Kaisar lebih banyak dibandingkan waktu Kaisar dengan Permaisuri. tapi kalau dari jobdesk dia ini kayak personal assistant nya Kaisar. pokoknya gitu lah.

ibu suri (alias ibunya Lee Hyuk) tidak tinggal diam dengan ambisi Min Yoo Ra. kemudian dengan intrik ini itu dinikahkan lah si Lee Hyuk dengan Oh Sunny (Jang Na Ra). mantan aktris drama musikal. dalam sekejab Oh Sunny menjadi Permaisuri. tapi cerita nggak berhenti sampai situ, dengan posisinya itu Oh Sunny ikut terseret dalam misteri pembunuhan anggota kerajaan.

nah, Min Yoo Ra ini yatim piatu. dia diasuh sama keluarganya Na Wang Sik. singkat cerita Na Wang Sik sama Min Yoo Ra ini punya anak (masih belum jelas apakah mereka ini menikah atau gimana). kemudian Min Yoo Ra memustuskan bekerja di istana. karena suatu kejadian, akhirnya Na Wang Sik masuk juga ke istana. bekerja sebagai pengawal kerajaan dengan tujuan balas dendam atas kematian ibunya. 

jadi Oh Sunny ini jatuh cinta sama Na Wang Sik, yang cinta mati sama Min Yoo Ra. sementara Min Yoo Ra nya jatuh cinta sama Kaisar Lee Hyuk. dan kelihatannya si Kaisar juga ada rasa sama permaisurinya ini.

kisah cinta segiempat yang sempurna. manis, dihiasi pertarungan power antar anggota keluarga kerajaan, intrik, konspirasi, action, balas dendam, humor, kasih sayang keluarga, yang mau tidak mau menarik empati yang nonton.

hal yang cukup menjanjikan untuk bikin saya nungguin drama ini tiap minggu adalah : kalau di drama thriller pada umumnya villain/tokoh antagonisnya berasal dari pihak luar maka bagaimana kalau intrik jahat dan konspirasi yang terjadi berasal dari keluarga kerajaan sendiri ?

kesan saya nonton beberapa episode awal adalah : watch out, ini drama 21+.

yup, intrik dan adegan yang tersaji di drama ini memang hanya bisa dimengerti sama yang berumur 21 tahun keatas. cukup berat, tapi seru.

kesan selanjutnya adalah drama ini terinspirasi banget dengan Royal Family di Buckingham Palace. tokoh Oh Sunny jelas sekali adalah seorang Megan Markle. trus adegan tabrakan kaisar dan beberapa orang kerajaan yang katanya "hilang" juga konspirasinya mirip - mirip sama konspirasi Lady Diana.

dan oh, setting cerita unik serta latar cerita mewah. utamanya adegan dalam istana. kamar kaisar yang punya semacam onsen itu ya Allah etnik tapi mewah banget. belum lagi bagian ruang jamuan makan dengan taman dan kolam cantik, duh kalau autumn itu pasti wow banget. serta cermin ibu suri yang isinya cctv dari ruangan - ruangan penting dalam istana.

aduh saya jatuh cinta.

pokoknya latar istana dalam drama ini tuh klasik tapi penuh dengan teknologi tinggi.

jangan lupakan adegan Royal Wedding, gilaaaaaa mahal dan totalitas banget tim produksinya.

drama ini layak tonton, coba deh.




Samarinda, 24 November 2018




Riffat Akhsan, yang lagi coba genre drama baru.

Photo by Alesia Kazantceva on Unsplash

jadi saya lagi seneng - senengnya dengerin podcast di soundcloudnya @maknatalks. berawal dari minat saya di bidang finance, yang mana saat itu maknatalks lagi ngobrolin soal finance bareng founder Jouska Mas Aakar. ya udah deh jadi keterusan dengerin podcast mereka.

salah satu yang menarik perhatian saya adalah obrolan dengan Gofar Hilman, tentang kerjaan dia sampai berada di titik sekarang.

passion is bullshit, beberapa millenial memaknai arti passion secara berlebihan. loncat kerjaan kesana sini (katanya) demi mengejar passion. padahal mah ujungnya kan cari duit juga. passion bukan tentang pekerjaan apa yang kamu suka, tapi tentang bagaimana kamu mencintai pekerjaanmu.

statement dia menginspirasi saya untuk menulis postingan ini.

jujur, apa yang dia katakan itu benar.  

makin umur, saya makin banyak melihat mereka yang bekerja hanya karena butuh duit. terlihat sekali they works because they have to. karena pas rejekinya disitu, gajinya bagus juga. kenapa enggak ?akhirnya cara mereka melepas stress adalah dengan membiayai hobby dan travelling keliling dunia hasil jerih payah mereka bekerja.

mereka yang sepertinya tidak bekerja sesuai passion ternyata juga memiliki caranya sendiri untuk tetap enjoy dengan pekerjaannya. karena mereka punya sesuatu berharga yang membuat mereka bertahan. 

namanya duit.


saya bersyukur bekerja di bidang yang saya cintai, saya mencintai pekerjaan saya, cinta juga sama gaji dan bonusnya. saya ingat ungkapan bahwa dalam pekerjaan kita hanya bisa mendapatkan dua dari tiga hal : passion, salary, and work life balance. kalau di kerjaan saya work life balance lah hal yang tidak saya dapatkan. but I can deal with that.

bisa dibilang saya bekerja sesuai passion. meskipun saya lebih suka bilang kalau saya berangkat dari mencintai pekerjaan saya yang Alhamdulillah bisa menghidupi saya. cinta itu yang membuat saya bertahan dengan pekerjaan ini. walaupun deadlinenya kayak setan, pressurenya tinggi banget, negara api menyerang setiap akhir bulan, belum lagi masalah di lapangan, whoa kalau saya nggak cinta mungkin udah saya hempas dari dulu kali :)))).  

intinya memang ujungnya duit.

so, yang mau saya sampaikan adalah : jangan berpikir bekerja sesuai passion itu seneng - seneng terus isinya. namanya juga kerja, pastilah ada masalah, capek, stress, dan penuh hal - hal yang nggak sesuai ekspektasi. tapi kerja adalah tentang mengeluarkan the best version of you. melakukan yang terbaik. mencintai pekerjaanmu.

dan jangan lupa, mencintai diri sendiri.  cari duit itu nggak gampang.



Samarinda, 24 November 2018





Riffat Akhsan, yang lagi sibuk - sibuknya nyicil laporan akhir tahun.
Faizah and Her Enchanting Journey | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi