30 September

sebagai seorang mahasiswa dengan kondisi finansial pas-pas an. saya adalah satu dari ribuan mahasiswa yang begitu awal bulan, otak kita langsung bertransformasi jadi kalkulator, mengatur finansial secara cermat biar cukup sampai akhir bulan.

sebagai perempuan biasa, kadang saya juga pengen kok punya barang branded yang harganya membuat kehidupan mahasiswa saya terancam melarat.

disinilah kecermatan untuk memisahkan antara fungsional dan eksklusivitas berperan.

saya adalah orang yang sebelum membeli sesuatu selalu melihat kapasitas fungsi dan eksklusivitas untuk melihat harga itu menitikberatkan kemana.

misal, jam tangan dan kacamata. kacamata yang saya pakai saya beli dengan banderol seharga gaji sebulan seorang PNS golongan 3. mahal ? tunggu dulu, alasan saya beli kacamata itu adalah, saya sudah 7 tahun berkacamata, dan selalu ceroboh dengan kacamata saya. kacamata mata saya sering penyok, tangkainya copot, terinjak, terduduki, kadang kegencet waktu saya tidur,dll saya sadari itu semua karena kecerobohan saya. dan saya adalah seseorang yang "tidak akan membeli baru untuk barang-barang yang melekat di siri saya yang di saya, kecuali barang itu rusak"

maksud saya bukan seperti baju, tas, sepatu yang memang harus dikondisikan dengan keperluan, ga mungkin kan saya pakai tas yang sama untuk kuliah dan untuk kondangan ? maksud saya adalah barang-barang paten yang melekat di diri saya seperti kacamata, jam tangan, dll

memang bias ya, cuma kacamata aja kok harganya sampai segitu, untuk anda yang memiliki kehati-hatian tinggi, itu memang mahal. tapi untuk seseorang seceroboh saya, memiliki kacamata super-tahan-banting seperti itu harga segitu adalah murah. daripada saya setiap bulan beli kacamata terus gara-gara frame nya kenapa napa karena kecerobohan saya, itu jauh lebih mahal kan ?

ceroboh itu karakter saya dari kecil bung, lebih baik untuk membeli barang yang sesuai dengan karakter saya daripada harus merubah karakter saya hanya karena sebuah barang.

soal jam tangan juga sama, saya adalah orang yang kurang sayang sama barang, jam tangan saya sering saya pake meskipun saya snorkeling atau diving, suka kebentur tembok secara ga sengaja (lagi lagi karena kecerobohan saya) suka kelempar jatuh dari tas saya, dll maka dari itu saya memakai jam tangan yang saya beli dengan harga sepadan dengan rata-rata harga sewa kamar kost di daerah keputih per bulan.

tapi lain dengan gadget, saya dari dulu bermimpi untuk punya iphone. dan selalu berusaha untuk menyisihkan uang saya untuk menabung untuk membeli barang itu. tapi ketika saya analisis, untuk sebuah handphone berkamera, yang bisa dengerin lagu dan online, (lupakan soal siri, saya juga ga paham sepenting apa teknologi siri itu) harga segitu (sekitar 4-5 juta) jelas sangat menitikberatkan pada eksklusivitas, gampangan nya biar yang make iphone terupgrade gengsinya.

jadi guess what ? saya hanya memakai handphone dengan fungsi kurang lebih sama namun dibanderol dengan harga rata-rata handphone mahasiswa. tidak terlalu mahal, tidak juga terlalu murah.

begitu juga dengan laptop, saya selalu bermimpi untuk bisa punya macbook pro, tapi setelah saya timbang lagi,brand lain dengan harga yang sama memberikan fungsi yang lebih baik dibanding brand itu. fix kesimpulan nya harga segitu untuk sebuah laptop yang kalau dibanting juga sama sama rusak, harga itu adalah harga untuk menjual eksklusivitas. akhirnya pilihan saya jatuh pada brand sony, tidak terlalu "nelangsa' tidak juga terlalu branded.

menekankan pada fungsional bukan berarti membeli barang murahan, tapi membeli barang yang benar benar berharga untuk kita beli. berharga itu berarti, menurut hemat kita, kita pantas mengeluarkan uang penghasilan kita untuk barang itu. tidak semua barang berharga di pasaran berharga untuk dibeli oleh diri kita.

memang ada fase nanti dimana kita sudah mapan, kita akan merindukan eksklusivitas dimana kita mendapat sesuatu yang tidak semua orang bisa mendapatkan nya, tapi itu nanti, ketika kondisi finansial kita siap untuk fase itu. dan jelas bukan pada fase seorang mahasiswa.



Surabaya, 30 September 2013
Best Regards,



Riffat Akhsan

29 September

bukan percaya yang ini maksud saya -___-

ada banyak hal yang melatar-belakangi seseorang untuk bangga. bisa karena alamamater universitas, bisa karena posisi dalam pekerjaan, bisa karena profesi, bisa karena tempat kerja, bisa karena tempat tinggal, jenis kendaraan, gadget yang dibawa, punya koneksi banyak, status di masyarakat, prestasi akademik, prestasi, kerja, dll

setiap orang pasti punya satu kebanggaan tertinggi, bisa karena pasangan, bisa karena karir, bisa karena keluarga, bisa anak, bisa harta, dll

bagi saya, kebanggaan tertinggi saya adalah saya menjadi seseorang yang bisa dipercaya.

kenapa ?

bagi seseorang seperti saya yang sangat sulit untuk percaya kepada orang lain, dipercaya oleh orang lain adalah sebuah anugerah.

dipercaya dalam hal ini ga hanya masalah dipercaya untuk menempati suatu posisi pekerjaan, dan hal-hal yang bersifat materi saja.

dipercaya disini adalah kebanggaan saya dipercaya oleh orang tua saya untuk bersekolah jauh dari rumah disaat ada ribuan perempuan sebaya saya menghabiskan masa kecil sampai menikah dalam lingkaran orang tua. orang tua mereka khawatir kalau anaknya jauh, bagi saya itu adalah bentuk tersirat dari sebuah ketidakpercayaan.

orang tua saya percaya, bahwa saya bisa menjaga diri dan kehormatan saya di rantau, meskipun banyak pula perempuan sebaya saya yang sudah terbukti tidak bisa memegang kepercayaan yang sudah diberikan oleh orang tuanya. namun orang tua saya yakin dan percaya bahwa anak gadisnya sudah dewasa untuk memilih memilah dan memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan. mareka  selalu bilang ke saya "abah umi jauh dari kamu, itu cuma jarak aja. kita selalu ada di hati kamu kak, dengan do'a yang tak pernah putus"

saya bangga bisa dipercaya oleh beberapa sahabat dekat saya untuk menjadi jajaran orang pertama yang mereka cari ketika mereka sedih, ketika mereka mendapat musibah, ketika mereka down,dll

ketika saya berusaha berempati dengan mereka, saya sadar memilih seseorang yang menjadi orang pertama yang saya kabari ketika saya bahagia itu sulit, tapi jauh lebih sulit untuk mencari orang yang pertama saya kabari ketika saya mendapat masalah. mengingat tidak semua orang bisa memahami dan berempati dengan masalah yang saya hadapi.

ada banyak orang yang justru semakin sedih ketika tertimpa masalah  karena salah dalam memilih orang yang dia percaya untuk menceritakan masalahnya. maksud hati pengen berbagi biar beban lebih ringan, kenyataan yang terjadi justru semakin rumit.

jadi bagi saya, kepercayaan itu ibarat pedang bermata dua, jika saya menempatkan pada orang yang tepat, itu akan menjadi anugerah, namun bila saya menempatkan pada orang yang salah, itu akan berubah menjadi musibah.

saya bangga, menjadi seseorang yang bisa dipercaya oleh orang-orang terdekat saya, karena itu berarti, mereka menganggap saya orang yang tepat untuk diberi kepecayaan.

Alhamdulillahirabbil alamin


Surabaya, 29 September 2013,
Best Regards,



F.R. Ma'rifah Akhsan


saya sering sangsi dengan hidup, masih adakah orang tulus di dunia ini ? yang saya lihat (kebanyakan) dunia ini berisi orang yang hanya (mau) berteman dengan orang yang memiliki kepentingan tertentu, simple nya temenan kalo ada butuhnya aja.

ketika mendapat hadiah, menerima pujian, ngobrol bersama, jalan jalan bersama. saya kadang bertanya dengan diri saya sendiri. aku berusaha tulus dalam berteman, apa mereka juga tulus mau berteman sama aku ? atau mereka punya tendensi sama aku ?

ketulusan, ga cuma soal hubungan lawan jenis, kayak pacaran. ketulusan dalam hubungan antar manusia diluar itu juga penting. penting untuk menunjukkan seberapa baik kualitas hubungan itu. kita ga mau kan punya temen yang mau deket sama kita kalo ada butuhnya aja ?

di sini ketulusan berperan, dan akhirnya saya sadar kalau ternyata "ketulusan itu datang dari hati, dan hanya bisa dirasakan dengan hati"

ketulusan, dia selalu ada di hati kita. namun kadang gaungnya dalam nurani sering tak terdengar karena kita kurang peka.


Surabaya, 29 September 2013,
Love,



Faizah Riffat Ma'rifah Akhsan 

27 September

di postingan kali ini, masih bercerita tentang kehidupan perkuliahan saya. masih dalam proses saya menguak hikmah kenapa tuhan menempatkan saya di kampus ini.


fyi aja, saya mengambil jam kuliah malam. sekitar habis maghrib sampai jam 9 atau 10 malam. setiap senin sampai jum'at. pingin beda aja, itu alasan saya. logika saya gini, kalo aku kuliah malam, sangat mungkin aku bertemu dengan orang-orang yang latar belakang pendidikan nya lebih beragam. yah, orang kan normalnya kuliah dari pagi sampai sore, kalo ada yang kuliah malam, pasti ada maksud tertentu.

guess what ? benar saja. teman teman saya beragam, mayoritas dari mereka adalah lulusan SMK bangunan dan sudah bekerja, jadi pagi sampai sore mereka kerja, malamnya lanjut kuliah. ada yang ambil kuliah malam karena paginya ngantuk, ada yang kuliah malam karena jenuh dengan rutinitas dari jaman SD yang selalu berangkat pagi,dll

dari segi umur juga beragam, saya punya teman sekelas seorang bapak anak 1, saya juga punya teman sekelas fresh graduate sarjana komputer. 

mereka semua (teman-teman saya) membuat mata saya lebih terbuka dalam melihat dunia. mereka, mengajarkan saya bahwa hidup itu tidak sesimpel yang ada di kepala anak lulus SMA (kuliah ,kerja, nikah, punya anak, hidup bahagia, mati masuk surga) 

mereka benar benar mengajarkan saya bahwa "hidup adalah perjuangan" itu 100% benar. mungkin saya hanyalah seorang anak manja yang (kebetulan) memiliki fasilitas cukup untuk pendidikan saya, sehingga saya tidak harus menyambi sembari kuliah.

saya sangat menaruh hormat kepada teman sekelas saya yang sudah menikah dan punya 1 anak, seandainya beliau mementingkan ego, tidak akan beliau berkumpul bersama saya dalam satu kelas.

seandainya teman teman saya yang sudah bekerja tidak memiliki semangat untuk terus menuntut ilmu, mungkin saya juga tidak akan bertemu mereka dalam satu kelas.

seandainya teman saya yang fresh graduate itu begitu stricht masalah senioritas, mungkin saya juga ga akan satu kelas sama dia.

teman teman saya di kelas malam ini membuat sebaris kata, yang lazim ditemui di institusi pendidikan lain. hanya menjadi suara cicit tak bergaung.

kata AROGANSI  

di kampus saya, sepertinya kami tidak mengenal apa itu arogansi. bukan maksud kami untuk tidak cinta almamater, tapi jauh dari itu. saya dan teman teman saya sepakat bahwa arogansi hanyalah noda yang mencemari esensi dari disiplin ilmu yang kita pelajari.

senioritas ? saya hanya bisa tertawa, saya lulusan SMA tahun 2012, teman saya rata-rata lulusan tahun 2013, namun ada beberapa teman kami yang lulusan tahun 2009, bahkan ada yang lulusan tahun 2003.

senioritas yang seperti apa yang bisa dibentuk dengan keadaan seperti itu ? 

at least, saya hanya bisa berucap Alhamdulillahi rabbil 'alamin. atas pilihan tuhan menempatkan saya berkuliah di sini, mengingat ketakutan saya akan dibentak-bentak senior, plonco,dll sangat mengganggu fisik saya. saya pernah sakit panas habis dibentak oleh salah satu kakak kelas saya waktu SMP kelas 1 dengan ketakutan yang sangat hebat. sampai sampai setiap beberapa menit, tiba tiba aja badan saya gemeteran parah dikarenakan trauma yang super hebat.

di akhir postingan ini, saya cuma bisa bilang "keputusan tuhan selalu indah, pahit atau manis penerimaan hambanya"


Surabaya, 27 September 2013
Best Regards,



Riffat Akhsan 



this song talk about the trial, and talk about forgiveness. this song has a very magical power on my self, it's lyrics is so stong. and i realize, now i am the actress of  story on this  song.

Broken Vow - Lara Fabian

Tell me her name
I want to know
The way she looks
And where you go
I need to see her face
I need to understand
Why you and I came to an end

Tell me again
I want to hear
Who broke my faith in all these years
Who lays with you at night
While I'm here all alone
Remembering when I was your own


I let you go
I let you fly
Why do I keep on asking why
I let you go
Now that I found
A way to keep somehow
More than a broken vow

Tell me the words I never said
Show me the tears you never shed
Give me the touch
That one you promised to be mine
Or has it vanished for all time

I let you go
I let you fly
Why do I keep on asking why
I let you go
Now that I found
A way to keep somehow
More than a broken vow

I let you go
I let you fly
Why do I keep on asking why
I let you go
Now that I found
A way to keep somehow
More than a broken vow


I close my eyes
And dream of you and I
And then I realize
There's more to love than only bitterness and lies
I close my eyes

I'd give away my soul
To hold you once again
And never let this promise end


I let you go
I let you fly
Now that I know I’m asking why
I let you go
Now that I found
A way to keep somehow
More than a broken vow




Surabaya, 27 September 2013
Love,



Riffat Akhsan

26 September

Saya pernah bercerita kalau saya berkuliah di jurusan mayoritas cowok di postingan ini dan saya bercerita apa yang saya alami.

di postingan itu saya bercerita bahwa saya jadi lebih mengerti tentang pemikiran seorang laki laki.

sampai akhirnya beberapa hari ini saya melihat satu fenomena, yang sering terjadi namun mungkin sering kita remehkan.

Fenomena Merasa jadi Korban PHP (Pemberi Harapan Palsu)

postingan ini berlaku buat cowok dan cewek kok, tapi saya lebih menekankan sama cewek sih, cewek kan lebih sering jadi korban PHP *senyum manis* *manis banget* 

banyak banget saya dicurhatin sama temen temen (cewek maupun cowok) yang benang merahnya kira kira gini "gue kecewa fat sama dia, gue pikir hubungan ini udah berlevel level lebih tinggi dari "hanya" sekedar temen biasa. nyatanya dia jadian sama cewek/cowok lain. padahal kita udah deket banget"

*sigh*

emang sih quote ini ada benarnya "Kita Memang Tidak Bisa Melawan Takdir, Tapi Mencintaimu Adalah Sebaik-Baik Perencanaan"

*batuk*

sebagai bagian dari fakultas teknik sipil dan perencanaan, saya belajar dalam membuat perencanaan kita harus survey dulu. kalo memang memungkinkan untuk perencanaan itu memiliki tingkat keberhasilan diatas 70%. maka kita baru bisa melakukan eksekusi berdasarkan perencanaan. biar ga rugi nantinya, atau patah hati. (eits jangan salah, banyak loh yang patah hati parah gara-gara ga dapat proyek, padahal rencananya keuntungan proyek mau dipake buat dana nikah) 

masa' mencintai harus pake survey dulu sih fat ?

ya enggak, tapi setidaknya kalian harus bisa membedakan. yang mana yang memang mencintai/menyukai kamu, yang mana yang "hanya" memperlakukan kamu dengan baik.

dalam memperlakukan seseorang dengan baik, setiap orang punya standard yang beda. disini biasanya para korban PHP sering terjebak.

simple nya sih, gini. ga usah GR (gede rasa) duluan a.k.a punya ekspektasi kalo dia suka sama kamu.

ada banyak hal yang mempengaruhi bagaimana seseorang memperlakukan kamu dengan baik, bisa karena mereka/dia kagum dengan kamu, bisa karena memang suka, atau bisa jadi karena mereka tendensius dengan kamu a.k.a mereka/dia punya kepentingan yang bersangkutan dengan wewenang/kemampuan kamu, yah bisa disebut bagian dari lobby sih.

yang harus kalian tau, untuk para cowok (berdasarkan pengalaman saya). para cewek seringkali bersikap bertolak belakang dengan maksud kalau mereka memiliki "rasa" dengan lawan jenis. ini karena sifat dasar cewek, adalah seorang yang pemalu. please jangan GR kalo ada seorang cewek yang (tampak) agresif ke kamu, sms/bbm kamu duluan, pake perhatian lebih segala, selalu yang menjadi inisiator, dll besar kemungkinan mereka tidak menyukai kamu, tapi hanya memperlakukan kamu dengan baik (biasanya hal ini sering terjadi terkait pekerjaan, apalagi kalo kalian satu team)

cewek kalo suka sama cowok, cenderung diam, bersikap biasa di depan kamu, tapi heboh kalo udah sama teman-teman ceweknya. yah buat kamu yang naksir dengan cewek dari jurusan ramah (jurusan yang banyak cewek) ada baiknya kamu memperhatikan reaksi temen temen dia kalo ada kamu. 

biasanya lagi, kalo emang cewek itu suka sama kamu, seandainya kalian satu team, maka dia (cewek) cenderung bersikap lebih dingin ke kamu dibandingkan dengan teman teman cowok kamu, di level suka yang lebih parah malah ada yang judes. karena sebenernya para cewek bingung harus bersikap bagaimana dengan cowok yang dia suka.

intinya, semua cewek ketika punya rasa dengan cowok mereka akan balik ke sifat dasar mereka, pemalu dan menunggu.

sebaliknya untuk para cewek. para cowok sangat jarang yang blak-blak an kalo mereka mau deketin kamu, mereka cenderung bersikap biasa juga, tapi kadang sms/bbm atau pura pura bikin keperluan sama kamu,. mereka (para cowok) adalah pribadi yang sangat memperhitungkan probabilitas kalau (seandainya) mereka suka sama kamu, kira kira kamu nolak atau nerima. jadi biasanya para cowok sering bersikap misterius atau terkesan tarik ulur kalo mereka suka sama kamu, itu disebabkan karena mereka mempertimbangkan reaksi kamu setiap mereka habis melakukan PDKT (biasanya cewek ga sadar ini) 

trus bedain nya gimana fat ? gini, misal kamu diajak jalan sama cowok, kelar jalan kamu pulang dan dia ga hubungi kamu sama sekali sampai berhari hari, ga usah terlalu mikir yang aneh-aneh, soalnya fix dia ga tertarik sama kamu. kalo emang dia tertarik sama kamu, sebisa mungkin dia akan berusaha buat hubungi kamu karena dia merasa respon kamu selama jalan sama dia tadi bagus banget.

buat cewek juga, ga usah berinisiatif buat ngejar cowok, karena cowok yang beneran suka sama kamu, ga usah dikejar dia juga bakal ngejar kamu kok  *emangnya lu main kejar-kejaran fat?*

jangan berharap sama cowok yang ga pernah sms kamu duluan, hanya menanggapi kalo kamu duluan yang sms dengan alasan takut ganggu, it's a big liar GIRLS

jadi buat temen-temen saya, yang pernah curhat atau para pembaca blog saya yang mengalami masalah serupa. identifikasi dulu mana yang beneran suka sama kamu, mana yang hanya memperlakukan kamu dengan baik, jangan sakiti diri kamu dengan merasa kalo "dia" suka sama kamu padahal ternyata itu hanyalah kesalah pahaman kamu atas sikap "dia" ke kamu.



Surabaya, 26 September 2013
Cheers,




Faizah R. Akhsan

25 September

Rasanya Kuliah di Teknik Sipil itu.. FUN :)

yah berkuliah di jurusan yang menangani realisasi dari perencanaan pembangunan. simple nya jurusan yang menghitung kemungkinan bisa tidaknya sebuah rencana bangunan dibangun, atau lebih gampangnya lagi adalah jurusan tukang. adalah jurusan yang 90% peminatnya adalah cowok.

dan saya adalah bagian dari jurusan ini.

kalian bisa bayangkan, kelas saya. kelas H teknik sipil berjumlah 45 mahasiswa dengan komposisi mahasiswa cowok 43 orang dan mahasiswa cewek 3 orang (termasuk saya). kalau kelas kita dicampur, maksimal cewek dalam satu kelas adalah 9 orang. itu sudah paling banyak.

keadaan seperti itu, setiap hari senin-jum'at.

 di awal awal masa perkuliahan membuat saya berpikir kayaknya-saya-salah-jurusan-deh.

bagi seorang mahasiswa yang selama SMP dan SMA selalu berada di ruang kelas yang satu kelas cewek semua, hal ini sangat baru bagi saya.

tapi ini harus saya jalani.

dari segi materi, di teknik sipil kamu tidak akan pernah bertemu dengan mata kuliah yang memakai ilmu biologi dan kimia sebagai dasarnya. semua muni berdasar dari matematika dan fisika.

sebagai seseorang yang sangat takut dengan pelajaran matematika dan fisika, teknik sipil bisa dibilang neraka.

tapi setelah menjalani perkuliahan, saya sadar bahwa AKHIRNYA SAYA BISA MENGATASI KETAKUTAN SAYA

oke, ini hal baru. mengingat saya adalah seseorang yang penakut.

semua orang pasti berusaha untuk menghindari, bahkan menolak jika hal baru datang ke hidup mereka. saya pun begitu.

tapi akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan, "seberapapun kita berusaha untuk menghindar bahkan menolak, hidup tidak pernah mau peduli apa yang kita rasakan"

saya mencoba berdamai dengan perbedaan, saya jalani semua kegiatan perkuliahan dengan optimis "ini pasti ada hikmahnya"

dan benar, saya menemukan lebih banyak lagi hal baru. diantaranya.

1. saya jadi lebih paham bagaimana seorang laki laki berpikir dalam proses pemecahan masalah. ini terlihat dari cara mereka (para cowok) menyelesaikan soal latihan, maupun ketika kita sedang berdiskusi. mungkin rumus sama, tapi eksekusinya sangat jauh berbeda antara cowok dan cewek.

2. saya jadi lebih arif dalam menilai profesi seseorang, siapa sih yang ga mau kerja di gedung tinggi. bawa mobil, tinggal di apartemen di daerah prestis atau tinggal di cluster dengan pengembang nasional ? semua mau, tapi hidup ga kasih itu untuk semua orang. tuhan sudah mengatur pembagian profesi di dunia ini dengan seadil adilnya. kuliah di jurusan ini membuat saya banyak terlibat dengan para tukang, kuli bangunan, pengangkut material,dll dari mereka lah saya benar benar sadar bahwa "Kerja Banting Tulang" itu memang benar benar ada

3. jurusan ini mengajarkan saya untuk jangan sampai sombong. teknik sipil = proyek. proyek=sikut-sikutan. seberapa pintar kamu, dari universitas sekaliber apapun kamu. kamu ga akan bisa unggul hanya dengan mengandalkan arogansi alamamater dan nilai IPK saja, yah simpel nya sih yang saya liat mereka yang lebih dekat dengan tuhan sih yang (biasanya) jalan karirnya (agak) mulus dalam dunia konstruksi ini. balik lagi ke prinsip "berapapun IPK mu, dari universitas sehebat apapun kamu, rezeki tetap tuhan yang atur"

apa lagi yah ? banyak sih sebenernya...

kapan kapan saya bahas lagi deh, kalo lanjut ntar takut kepanjangan postingan nya.


*PS: postingan ini tidak bermaksud untuk menyindir pihak manapun, ini murni refleksi pemikiran dan perasaan saya, seorang mahasiswa teknik sipil.

Surabaya, 25 September 2013
Cheers,


Riffat Akhsan





Faizah and Her Enchanting Journey | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi