15 July
saya bukan pecinta komik marvel. sesekali pernah diajak untuk menonton film nya di bioskop. tapi juga tidak merasa rugi ketinggalan beberapa film nya.
dari semua tokoh marvel, saya terkesan dengan dua orang : Hawkeye si pemanah dan Natasha Romanoff, satu dari sedikit perempuan geng Avengers.
spesifik kita bicara Natasha, dari awal saya selalu merasa dia nih kayak tempelan di antara cowok - cowok superhero. padahal, dia punya sesuatu yang kalau dikasih spotlight bakal keren banget.
makanya saya bersyukur akhirnya Marvel Cinematic Universe ngasih dia jatah satu film sendiri.
film ini dibuka dengan adegan hangat sebuah keluarga. masa kecil Natasha, adiknya Yelena, dan ibu mereka (Melina) menjelang matahari terbenam. adegan dilanjutkan dengan makan malam dengan kehadiran ayah (Alexei).
rumah mapan, lingkungan menyenangkan, tipikal American Dreams sejati.
saya kemudian menarik nafas dengan plot twist adegan mereka yang harus cepat berkemas dalam satu jam dan berangkat menuju hanggar pesawat. di sini Black Widow mulai menawan hati saya dengan adegan para perempuan menjadi pilot pesawat pribadi.
cerita bergulir dengan plot yang cukup mengagetkan, bahwa ternyata ada rahasia kelam dalam diri Natasha jauh sebelum ia bergabung bersama The Avengers. sebuah paradoks kepalsuan yang termanifestasi dalam adegan menyihir dan sinematografi indah.
cerita kemudian masuk ke dalam wajah sebenarnya MCU ; dunia spy dan jaringan rahasia. di sini penonton disihir dengan isu kekuatan keluarga dan peran perempuan yang saling bersinergi. saya cukup terhibur dengan berbagai plot twist yang dihadirkan film ini hingga akhirnya mencapai ending kesayangan penonton : kebaikan menang melawan kejahatan.
Rasa Sakit Hanya Akan Membuatmu Lebih Kuat
jarak dan waktu memang sejatinya ujian. rasa sakit adalah kelindan yang terus membersamai keduanya. ini adalah kenyataan yang bagi beberapa orang dengan situasi hati kurang baik, merupakan penyerangan verbal.
ketika kita bicara rasa sakit, maka secara otomatis otak kita hanya berfungsi bagian belakang saja ; Fight or Flight. sehingga yang tersisa hanyalah ingatan akan kemalangan dan penderitaan. sehingga, kita lupa esensi dari keberadaan rasa sakit.
banyak yang kembali menghidupkan mimpinya setelah terpaan rasa sakit. beberapa tumbuh lebih kuat setelah mengalami serangkaian rasa sakit. beberapa yang lain menjadi jauh lebih dewasa dan bijaksana setelah merasakan rasa sakit.
ini adalah fakta, yang mengakuinya membuat kita merasa tidak nyaman. tapi benar, film ini mengingatkan kembali pada saya sebagai penonton esensi dari keberadaan rasa sakit : ia hanya akan membuatmu lebih kuat.
The Truth Rarely Makes Sense When You Leave Out Key Details
kebenaran jarang masuk akal ketika kita mengabaikan detail penting. wah ini life quotes buat saya banget sih.
ketika menghadapi peristiwa tak terduga, yang mengambil alih kemudi otak saya adalah ego dan emosi. logika saya sudah aprroved cuti liburan sampai keadaan kembali normal.
namun setelah keadaan kembali normal, logika saya yang sudah pulang liburan dengan innocent kemudian berkata : what happen dude ? baik emosi, maupun ego tidak mampu menjawab. mereka tidak mengerti deskripsi apa yang sedang terjadi. karena kedua tokoh ini tidak memiliki apa yang dimiliki oleh logika : ketelitian menelaah detail penting dalam sebuah peristiwa.
kunci dari kebenaran adalah detail penting. butuh logika yang siap dengan formula jarak dan waktu yang tepat untuk menemukan detail penting ini.
lagi, film ini mengingatkan kita untuk tetap tenang, ambil jarak, dan tidak hanyut di pusaran permainan emosi dan ego dalam berhadapan dengan kebenaran.
There's a New World of Widows
setelah berakhirnya The Avengers saya memang berharap Marvel mengambil langkah tranformasi setelah berpuluh tahun berkutat dengan para superhero yang itu - itu saja. layaknya Disney Pixar yang mencoba menghadirkan putri baru setelah puluhan tahun berkutat dengan cerita para putri yang happily ever after setelah menikah dengan pangeran. Marvel pun begitu, kita butuh superhero baru di luar anggota The Avengers.
film ini memiliki ending yang agak membingungkan sebenarnya. happy ending tapi Natasha Romanoff dinyatakan meninggal.
menurut saya, kematian Natasha ini langkah brilian dari Marvel.
kenapa ? karena berbeda dengan DC yang tokohnya tunggal mbak Gal Gadot si Wonder Woman itu, Black Widow menjadi pintu gerbang Marvel untuk mengelaborasi dan memberi spotlight pada tokoh pahlawan perempuan lain. kesimpulan ini saya ambil setelah menonton after credit film ini. bukan tidak mungkin Marvel akan seperti Disney Pixar yang berangkat dari Frozen kemudian mengangkat isu empowering woman dan membuka pintu pilihan idola perempuan yang tangguh, independen, tanpa bayang - bayang laki - laki. bertolak belakang dengan film para putri yang selalu menokohkan laki - laki sebagai solusi kebahagiaan setelah penderitaan.
saya percaya bahwa isu gender equality masih sama seksinya dengan isu sustainable development goals yang lain. dan kita memang butuh lebih banyak film - film dengan widow lain di luar Natasha Romanoff.
film ini sangat menarik, cocok ditonton selama PPKM Darurat.
Balikpapan, 15 Juli 2021
Faizah -- nggak jadi pulang kampung, PPKM Darurat menggeser sektor pekerjaan nya (insfrastruktur jalan nasional) dari esensial ke kritikal.
14 July
semenjak memisahkan diri dengan Senka, sabun muka saya tuh tergantung apa yang ada di Farmer's Market. seingat saya setelah pakai Senka Perfect Whipped karena bosan (saya pake Senka warna biru sekitar 2 tahun), saya pakai produk eropa si Klinsen Facial Foam Oil Control Brightening (sudah pernah saya tulis juga pengalaman saya di blog ini). habis itu saya coba - coba pakai punya Bio Essence dan breakout tiga hari kemudian ðŸ˜
eh sebelum saya lanjut cerita, kembali saya mengingatkan bahwa kulit saya tipikal normal - to oily tapi kalau kena produk nggak cocok langsung breakout. kalau pas fase menstruasi saya jerawatan banget. jadi pastikan dulu tipe kulitmu sebelum mencoba produk yang saya review. karena apa yang saya alami belum tentu kamu alami begitu juga sebaliknya. review saya buat sejujur mungkin karena prinsip saya adalah saya tidak ingin menukar rupiah nggak seberapa untuk sebuah kebohongan. kalau mau duit banyak, mending saya kejar lemburan proyek aja. sekian.
oke lanjut bahas sabun muka. nah, membuang sabun muka seharga seratus tiga puluhan ribu dengan posisi wajah breakout hanya setelah tiga kali pakai itu patah hati paling menyakitkan ya. tapi kayaknya itu memang risiko pecinta skin care.
saya kemudian menghadapi tantangan untuk menyelesaikan masalah breakout wajah saya dan mencari sabun muka baru dengan harga di bawah Bio Essence.
mau balik pakai Klinsen, udah nggak re-stock lagi di Farmer's Market. mau balik pakai Senka saya sudah ogah. pake Pond's nggak cocok (pengalaman SMA). Garnier udah jaman SMA dulu. Clean and Clear punya Jhonson and Jhonson nggak cocok (saya juga nggak cocok sama micellar water mereka). Biore jaman pubertas lulus SD.
beneran lho saya blank waktu itu.
akhirnya saya nonton video Beauty Youtuber kesayangan saya Jemima Livia. saya seneng banget sama Jemima karena point of view dia menjelaskan sebuah produk berdasarkan deskripsi ingredients yang terkandung dalam produk tersebut. karena Jemima juga lah saya jadi suka meneliti ingredients sebelum membeli produk skin care tertentu.
Jemima pahlawan literasi ingredients skin care sih kalau menurut saya. karena dia saya jadi paham tentang penjelasan ilmiah kenapa produk ini begini di wajah saya, kenapa produk itu begitu di wajah saya.
nah, banyak video Jemima yang mengupas keampuhan skin care asal negeri Paman Sam ini ; Acnes Creamy Wash Facial Foam. Jemima menekankan efeknya yang membuat wajahnya stabil dan sembuh dari bruntusan modal cuci muka doang. sabun muka yang bikin dia lepas dari krim dokter dengan aman nyaman dan tanpa masalah.
wow, dengan harga semurah itu. si Acnes ini langsung mencuri perhatian saya. saya jadi merasa ini menyelesaikan dua masalah dengan satu solusi : beli sabun muka dengan harga di bawah Bio Essence yang fokus mengatasi jerawat breakout. kenapa harganya harus di bawah si penyebab breakout ? biar kalau saya breakout lagi untuk kedua kalinya (siapa tau sabun muka kali ini juga nggak cocok) saya nggak rugi bandar.
saya ikutin saran Jemima untuk beli yang size 50 gram. kalian tau saya dapatnya dimana ? di pasar Balikpapan Permai guys. karena di Indomaret adanya yang size besar aja, yang kecil nggak ada.
secara tekstur facial foam ini nggak terlalu berbusa, dia ada fragrance nya tapi masih bisa ditoleransi oleh wajah saya karena kan hitungan nya dia cuma beberapa detik doang di wajah saya sebelum akhirnya saya bilas.
setelah dibilas, impresi saya pertama kali adalah : wajah saya bersih dan nggak ketarik.
wow, boleh juga nih sabun muka pikir saya. tapi saya masih atur ekspektasi bahwa saya belum boleh loncat ke kesimpulan ini bisa mengatasi jerawat saya. tiga hari pemakaian (sehari dua sampai tiga kali cuci muka) jerawat saya kempes. tapi saya masih belum percaya. setelah satu minggu barulah saya percaya sama apa yang Jemima katakan : jerawat saya hilang uwoooo.
saya langsung berasa ketemu jodoh dengan sabun muka yang ini. bahkan ketika saya menulis ini pun saya masih belum ganti sabun muka. tulisan saya tentang Klinsen itu sekitar Desember 2020. saya lebih cinta lagi ketika fase menstruasi dan saya kombinasikan pemakaian sabun ini bersama Acnes Sealing Gel yang merupakan Acne Spot Treatment, hasilnya jerawat saya beres dalam hitungan hari.
saya cinta banget sama produk ini, dan saya tipe yang setia dengan sabun muka. saya move on dari Klinsen kan karena pihak ketiga ya, alias Farmer's Market udah nggak re-stock lagi jadi mau nggak mau saya harus ganti Facial Foam (saya nggak suka beli online kalau urusan sabun muka, rasanya kurang sustainable aja sih HAHAHAHA)
jadi, apakah saya akan re - purchase lagi ? jawabannya adalah saya sudah re-purchase produk ini berkali - kali dan sampai hari ini masih tidak ingin mencari pengganti.
I Love This Product Soooo Much
sampai di sini dulu tulisan saya. terima kasih sudah membaca. semoga bermanfaat.
Balikpapan, 14 Juli 2021
Faizah Riffat -- lagi di apartment dan nulis postingan blog ini pakai macbook sendiri
Photo by Mariah Hewines on Unsplash
saya hanya pernah menulis tentang parfum itu di 2018. sebuah tulisan berjudul "Hobi Aneh Saya" yang amat mencintai bentuk botol parfum melebihi aroma yang dikuarkannya.
tiga tahun kemudian, dunia berubah, people change, saya juga berubah.
semenjak pindah ke Balikpapan, semua koleksi botol parfum saya tinggal di rumah Bontang karena tempat tinggal saya di Balikpapan ini efisien ruang.
saya pindah ke Balikpapan saat negara api menyerang. dimana wabah COVID-19 muncul dan memicu transformasi di berbagai bidang. saya, termasuk yang merasakan transformasi itu.
COVID-19 kembali mengingatkan saya akan nikmatnya mencium aroma. membeli parfum adalah kesukaan saya, karena aroma parfum selalu memberikan saya perasaan baik. jika dulu saya hanya fokus kepada botol parfum, kini saya justru fokus kepada karakter aroma yang dihasilkan oleh kombinasi berbagai rasa dalam satu botol parfum.
saya adalah tipikal pecinta parfum dengan karakter floral dengan sedikit aroma alam seperti bau pasir pantai, hutan, tanah basah terkena hujan (petrichor) dan bukan tipe penyuka buah - buahan ataupun kayu - kayuan.
mencium aroma parfum melatih insting saya untuk mengerti "bahasa" mereka. oleh karnanya, bagi saya parfum bukan lagi tentang botol. tapi tentang statement.
awalnya, saya selalu membeli parfum dimana saya bisa mencoba testernya. saya sangat menikmati proses menghirup ketika ia pertama kali tercium (top notes). kemudian ketika ia sudah bercampur dengan aroma tubuh saya (middle notes), dan ketika ia menunjukkan "wajah" aslinya (base notes). selama proses itu saya belajar tentang karakter rasa, menajamkan insting dan mengantisipasi kejutan akan perubahan.
namun COVID - 19 menchallenge saya membeli parfum dengan cara tebak - tebak buah manggis bermodal insting. ceritanya dimulai dari saya yang kehabisan parfum dan takut ke mall. sehingga pilihan belanja groceries saya bergeser dari Farmer's Market ke Indomaret.
ya kan di Indomaret nggak ada cerita tester bunda ~
sehingga modal dasar saya di dalam acara tebak - tebak buah manggis ini hanya dengan perbedaan Eu De Toillete - Eu De Cologne - Eu De Parfume dimana Eu De Parfume adalah aroma terkuat dan Eu De Toillete aroma paling nggak berdaya.
sisanya saya memasrahkan semuanya kepada insting saya.
ternyata, pandemi ini kembali mengagetkan saya dengan parfum - parfum berkarakter mahal, berkelas, dan mewah dengan harga terjangkau. saya dibuat terkaget - kaget bahwa beberapa parfum yang saya beli di Indomaret ketika disemprotkan ke jilbab saya atau menyatu dengan aura diri saya di ruang publik mewujud menjadi sesuatu yang luar biasa. parfum - parfum yang membuat saya tidak menyangka saya bisa mendapatkannya di Indomaret dengan harga di bawah seratus ribu, beberapa malah di bawah lima puluh ribu.
ini beberapa rekomendasi saya.
Pucelle - Eu De Cologne - Finesse
ini adalah parfum dengan latar foto paling berbeda. karena memang parfum ini saya taruh di kantor.
ini adalah parfum pertama yang saya beli di Indomaret dengan modal insting. packagingnya elegan dengan botol kaca, isi 100 ml (banyak lho), harganya pun murah.
saya lalu membaca jenis yang tertera di botol. menyebutkan ini adalah eu de luxe cologne. okelah pikir saya dengan harga kurang dari lima puluh ribu (bahkan saya pernah dapat dua botol dengan harga kurang dari lima puluh ribu waktu promo).
saya tertarik dengan warna putih ini, seri finesse. ntah kenapa insting saya bilang ini parfum "saya banget". jadi belilah saya parfum ini dan langsung memakai tepat setelah bayar. wah ini parfum langsung jadi signature saya. insting saya benar. ini parfum saya banget. tapi saya nggak bisa mendeskripsikan statement yang coba dikomunikasikan oleh parfum ini.
tapi parfum ini beneran jadi ikon saya di kantor. setiap orang kantor hapal kalau parfum ini adalah "wangi nya saya". bahkan salah satu office mate saya yang hidungnya sensitif banget bisa mengenali ketika saya tidak memakai parfum ini dengan bilang "Faizah ganti parfum, wangi nya nggak kayak biasanya"
well, i can't complain that karena emang saya seneng banget memakai dan mencium bau parfum ini.
ketika saya menulis tulisan ini, sudah tiga botol saya pakai untuk parfum ini dan masih berniat untuk re-purchase.
jadi, aroma parfum ini tentang apa ?
well, kata umi saya aroma ini memang kepribadian saya banget kalau di kantor : smart, elegan, baik hati, kalau diam agak menakutkan
Pucelle - Eu De Cologne - Dainty
ini adalah parfum kedua dari seri Pucelle Eu De Luxe Cologne yang insting saya inginkan. saya membeli ini setelah botol kedua seri finesse saya hampir habis dan saya memutuskan untuk membeli seri Dainty ini untuk menjadi parfum yang ditaruh bersama make up dan skin care saya.
packaging nya sama sih kayak seri finesse. cool dan berwibawa. tapi warnanya yang pink menurut insting saya akan menonjolkan sisi feminim saya.
bener dong, mencium aroma ini tuh membuat saya berpikir ini parfum cocok banget dipakai buat caper ke pacar saya yang sibuk itu. aroma - aroma kepingin dimengerti dan disayangi. aroma - aroma yang ketika kamu lelah dengan dunia, kamu cuma pengen bersama dengan orang yang kamu cinta.
parfum - parfum yang cocok dibawa menghadap mertua, untuk menunjukkan betapa kita beruntung jadi menantu beliau ~
Vitalis - Eu De Cologne - Empress
parfum ini persis banget sama victoria secret yang bombshell versi budget. which is memang salah satu parfum saya yang paling diingat sama saudara kembar saya.
menurut saya memang Empress adalah satu kata yang sangat mewakili aroma parfum ini. manis dan fresh tapi penuh strategi dan analisis, yang bersikap tergantung situasi. sometimes bisa anggun menawan, somehow bisa kuat dan memusingkan.
meskipun kebanyakan orang memakai parfum ini di dalam ruangan, saya lebih suka pakai parfum ini di luar ruangan. di situasi dimana saya ingin fokus tapi santai. seperti kalau saya latihan panahan, saya main ke pantai sendirian untuk mendengar suara ombak, atau kalau lagi hunting foto buat nulis blog.
Regazza Femme - Glow
ini adalah parfum dengan kasta aroma paling tinggi yang pernah saya beli dan pakai.
ntah kenapa, aroma yang dikuarkan parfum ini tuh lebih Empress dari punya Vitalis. kalau punya Vitalis tuh masih ada karakter down to earth, mengayomi, peduli, mengasihi gitu. kalau punya Regaza ini nggak sama sekali. sesuai namanya. glow. tapi tipikal glow yang berkilau sampai tak terjangkau. aroma - aroma kemapanan yang sulit diraih.
saya memakai parfum ini biasanya ketika sangat under pressure, merasa tidak baik - baik aja karena mental breakdown, akan menghadiri pembuktian lelang, atau ketika akan memimpin rapat yang saya tau akan panjang dan super melelahkan.
menurut saya aroma parfum ini ngasih statement yang sangat defensif. dia membangun barrier tanpa baju zirah. parfum yang dari awal sudah ngasih warning get out of me, don't get a mess with me, or you will die.
jadi itulah teman - teman, parfum yang mungkin menurut orang biasa aja tapi menurut saya luar biasa. terima kasih sudah membaca. semoga bermanfaat 😊
Balikpapan, 14 Juli 2021
Faizah -- yang karena PPKM Darurat menjadi sangat produktif menulis tapi sangat tidak produktif bekerja
hai teman - teman, kembali lagi dengan saya dan urusan review skin care. kali ini lagi - lagi saya ingin membahas produk moisturizer.
sebelumnya kalian ingat kan kalau kulit saya tipikal normal - to oily tapi kalau kena produk nggak cocok langsung breakout. kalau pas fase menstruasi saya jerawatan banget. jadi pastikan dulu tipe kulitmu sebelum mencoba produk yang saya review. karena apa yang saya alami belum tentu kamu alami begitu juga sebaliknya. review saya buat sejujur mungkin karena prinsip saya adalah saya tidak ingin menukar rupiah nggak seberapa untuk sebuah kebohongan. kalau mau duit banyak, mending saya kejar lemburan proyek aja. sekian.
Assalamualaikum produk ostrali.....
inilah kesan pertama saya menemukan produk ini. sebuah lotion multifungsi cruelty free keluaran pabrik negeri koala. produk yang menarik perhatian saya karena kandungan vitamin E nya yang melimpah ruah serta mengandung anti oksidan. umumnya dipakai ketika musim winter dan autumn untuk menjaga kulit netizen ostrali agar tetap lembab. namun, seperti yang handai taulan tau bahwa vitamin E adalah secercah cahaya untuk mengatasi bekas luka. yang mana urusan muka, bekas luka bisa diartikan sebagai bekas jerawat.
saya hanya menemukan satu orang skin care enthusiast vlogger Indonesia yang membahas produk ini. bapak - bapak pula. itupun pembahasan nya bukan spesifik untuk produk ini. tapi dibundel bersama dalam satu video dalam konteks rangkaian skin care. kalau saya nggak salah ingat.
sisanya, tidak satupun blogger asal Indonesia yang menulis tentang produk ini. beberapa ulasan saya temukan dari blogger Malaysia, beberapa yang lain dari masyarakat global. artinya saya nemu blog berbahasa inggris tanpa tau penulisnya berasal dari negara mana. saya cari di female daily pun tidak ada sama sekali yang membahas produk ini.
tapi sebelumnya, mungkin kalian bertanya kenapa saya masih mencari produk moisturizer ?
alasanya adalah, suatu kali saya baca dari mana gitu, kalau moisturizer bening macam aloe vera itu nggak cukup untuk mengunci kelembaban kulit kita. kita butuh pelembab yang punya extra miles untuk meregenerasi kulit kita. itulah kenapa beberapa orang lebih memilih memakai night cream alih - alih mengaplikasikan kompleksitas sepuluh step skin care.
saat membaca tulisan itu memang saya lagi di tahap belum ingin membeli (lagi) essence dan serum. karena setelah dua tahun pakai rangkaian lengkap sepuluh step skin care tanpa skip saya sadar bahwa perang saya urusan kulit itu sebenarnya cuma dua ; wajah kusam dan komedo.
makanya saya ingin kembali ke basic ; cleansing - hydrating - protecting. sehingga produk skin care saya kurangi menjadi micellar oil, micellar water, face wash, hydrating toner, moisturizer, dan sun screen.
sebagai jaga - jaga kalau jerawat saya ngamuk, saya simpan acne spot treatment gel (karena dengan ini aja cukup urusan jerawat saya). sementara urusan wajah kasar akibat sel kulit mati saya antisipasi dengan physical exfoliator.
disinilah pikiran saya terbuka. saya harus banyak invest di produk hydrating (karena cleansing dan protecting yaudah micellar oil, micellar water, face wash dan sun screen saja sudah sangat cukup)
kemudian saya menemukan produk ini. produk yang menurut saya, luar biasa.
saya personally bisa paham kenapa gaung produk ini hampir nggak ada. pertama di negara asalnya ini masuk ke golongan body care, bukan skin care. kedua, core message produk ini adalah tentang melembabkan. bukan memutihkan atau membasmi jerawat. terakhir, produk ini not a cup of tea masyarakat indonesia karena literasi vitamin E adalah tentang mengurangi screcth mark dan mengatasi bekas luka. bukan seperti niacinamide atau salicylic acid yang memang secara jelas menyatakan ampuh untuk memudarkan bekas jerawat dan mengatasi kulit kusam.
secara tekstur, dia nih emang beneran seperti body lotion. nggak ada wangi sama sekali. ketika diaplikasikan ke wajah, teksturnya cepet nge blend namun butuh waktu lama untuk meresap ke kulit. maklum ya, kan barang ini didesain bukan untuk orang South East Asia seperti saya. setelah meresap, terasa gerah karena sangat terasa sekali kalau vitamin E nya bekerja. makanya biasanya saya templokin lagi dengan moisturizer aloe vera biar terasa dingin di wajah.
hasilnya ?
saya pakai sekitar sebulanan baru kelihatan hasilnya. dia nih bukan yang seperti kebanyakan produk yang saya pakai, yang dalam hitungan hari sudah ketahuan bagaimana efeknya di kulit saya. butuh berminggu - minggu untuk kandungan vitamin E ini bekerja dan memberikan progress signifikan.
hasilnya, tekstur wajah saya rata. karena bopeng adalah ketakutan seorang Faizah Riffat yang sangat hobi memencet jerawat (padahal udah dikasih acne spot treatment). melembabkan iya juga, tapi nggak yang sampai bikin wajah saya berasa "minum" seperti hydrating toner nya Hada Labo yang hyaluronic acid atau memberi efek dingin seperti night cream Some By Mi Yuja Niacin. saya rasa ya karena memang bukan itu tujuan produk ini. dia memang fokusnya ke bekas luka sehingga sudah seharusnya saya lihat dari parameter gimana tesktur wajah saya yang (kadang) gradakan ini membaik setelah memakai produk ini.
jadi, kesimpulan saya produk ini adalah one in a million. produk ampuh untuk mereka yang bersabar. karena dia bekerja untuk progress, bukan untuk impact. apakah saya akan re-purchase ? oh tentu saja ! apalagi kalau promo Buy One Get One. langsung deh saya beli ukuran 200 ml untuk di rumah dan 100 ml untuk dibawa travelling !
Balikpapan, 14 Juli 2021
Faizah -- yang lagi gloomy karena Balikpapan yang gloomy dan suasana kantor yang gloomy
hai semua ?
apa kabar PPKM darurat a.k.a lockdown ala - ala kalian hari ini ?
kalau saya masih dalam upaya agar tetap sehat dan tidak gila. sekian.
okeh, mari kita kembali membahas review skin care. karena di situasi begini menulis adalah salah satu cara saya agar tetap waras. maka, kali ini saya mau bahas tentang moisturizer.
urusan skin care yang satu ini, pertualangan saya cukup panjang. pertama kali kenalan sama Nature Republic Aloe Vera yang 92% itu. beberapa kali re-purchase dan emang se cinta itu. tapi trus pernah ada masa produk ini susah banget dicari. kalaupun ada, harganya mahal.
kemudian saya kenal dengan mediheal aloe vera. sempat seneng banget pakai ini karena gampang didapat di farmer's market, tapi trus udah nggak restock lagi ðŸ˜
sempat pakai punya guardian, tapi trus belum ada impresi apa apa udah keburu saya kasih ke umi saya karena punya beliau habis dan lupa beli.
suatu hari, saya baca di twitter kalau katanya Citra Moisturizer Aloe Vera ini punya efek lebih oke dari Nature Republic Aloe Vera 92% reply nya juga banyak yang mengiyakan. saya cek review di female daily juga yang ngereview di atas seribu user dan 89% rekomen banget produk yang dinamai Fresh Glow Multifunction Gel Aloe Bright UV ini.
wow
itu kalimat pertama saya. sebagai mbak - mbak haus efisiensi, saya kan tertarik ya sama moisturizer ini. kayak yang, ini tuh berlian di level nya. harga murah, gampang didapat, isi melimpah ruah, dan efek yang dinilai lebih oke dari moisturizer kesayangan saya.
hmmm, berhubung stock mediheal moisturizer terakhir saya habis, berangkatlah saya habis gajian ke indomaret.
wow, emang terpampang nyata ini barang. kemasan tube warna hijau bening dengan gambar potongan lidah buaya. sekilas sukses menciptakan impresi kesegaran yang dijanjikan.
oke, mari kita coba produk ini untuk wajah saya yang cukup badak tapi banyak maunya ini.
first thing first, wow fragrance nya cukup kuat ya. udah setara kayak kuatnya parfum indomaret. tapi klaim nya no alcohol sih. sejauh ini saya nggak ada masalah sama alcohol, tapi fragrance ? tunggu dulu, semua produk skin care saya no paraben dan no fragrance. jadi Citra Moisturizer Gel Aloe Vera ini adalah produk skin care dengan fragrance pertama yang saya coba.
teksturnya dibandingkan dengan mediheal dan nature republic sedikit lebih ((( lumer ))) ya, lebih cepat menyerap juga dibandingkan dengan kedua produk tersebut. ketika selesai diaplikasikan ke wajah langsung berasa dingin dan dalam hitungan puluhan detik sudah lenyap meresap ke kulit. saya cukup seneng dengan ini karena akhirnya ada moisturizer yang bisa mengerti hectic nya saya di pagi hari.
beberapa reviewer di female daily bilang ini oke banget dipakai sebagai primer sebelum make up an, saya jujur belum coba karena beberapa minggu ini saya lagi nggak mood make up an. jadi untuk asumsi apakah is that good untuk jadi primer make up saya belum bisa jawab.
melihat harga dan brand, saya cukup paham kenapa citra tetap mempertahankan fragrance nya atas produk ini karena tuntutan pasar yang ingin mereka sasar. ini yang coba saya bijaksanai agar tetap objective dalam konsumsi saya sehari - hari.
beberapa hari di awal pemakaian, saya make nya udah kayak make masker malam.
banyak banget bos.
alhasil di sekitar area hidung saya perih dan gatal. oh, ini pasti karena kulit wajah saya kaget dan menolak kehadiran kandungan fragrance.
trus saya ingat wajah saya yang breakout hanya tiga hari setelah nyobain sabun muka bio essence yang kebetulan juga ada fragrance nya. mikir dong saya, apakah nasib saya memakai produk ini akan sama seperti ketika saya memakai sabun muka bio essence ?
jiwa ogah rugi saya bener - bener ngajak logika saya duduk bersama untuk mencapai kesepakatan. apakah produk ini akan saya buang (yang artinya membuang tiga puluh ribuan rupiah) seperti saya membuang sabun muka bio essence (membuang seratus tiga puluh ribu) hanya setelah tiga kali pakai.
saya lalu berpikir, melihat segmentasi pasar produk ini, memang seharusnya kadar moisturizer dalam satu sesi pemakaian tidak boleh bar - bar. harus tipis - tipis agar terasa worth it dan ada jeda biar nggak cepat habis. lagipula wajar dong namanya juga baru pertama kali pakai langsung segitu banyak saya make nya. bisa jadi wajah saya kaget berujung purging (saya pernah purging lho waktu pakai serum + toner some by mi yang varian tea tree, untung waktu itu saya bertahan dan belum sampai di titik membuang tiga ratus ribu karena alasan breakout)
oke, akhirnya tercapai kesepakatan antara jiwa dan logika saya. saya coba dulu produk ini seminggu. dengan kadar pemakaian tipis - tipis aja. kalau pun purging, saya tunggu dengan sabar sampai sebulan. kalau muncul jerawat segede bagong (artinya breakout) baru deh saya buang.
fyi, di kulit saya purging itu berupa jerawat kecil - kecil cepat matang dan cepat hilang hanya dengan sekali olesan acne spot treatment. kalau breakout itu jerawatnya segede gaban dan bikin malu. dikasih acne spot pun masih bandel sampai beberapa hari.
oke, balik ke urusan citra moisturizer gel aloe vera ini. saya putuskan untuk mengevaluasi cara pakai saya atas produk ini sambil melihat respon kulit saya bagaimana kedepan.
hasilnya, setelah dua minggu pemakaian. saya bahagia banget dengan fakta memang masalahnya ada di cara pakai saya. kalau saya pakai tipis - tipis, efek perih nya nggak ada. cuma gatal aja sebentar. dan hasilnya : hasilnya ini yang saya cinta. perkataan netizen twitter bener lho. dia nih lebih oke dari moisturizer Nature Republic. hidrasi nya dapat, bekas jerawat saya cepat pudar, wajah kusam dan sunburn tertimpa matahari proyek konstruksi juga cepat diatasi sama produk ini.
sifatnya yang cepat meresap menjadikan dia saya pakai tiap habis mandi/shalat berkali kali sepanjang hari. karena saya nggak merasa rugi juga boros pemakaian.
harganya murce sis ~
jadi, itulah pengalaman saya pakai Citra Moisturizer Gel Aloe Vera. apakah saya akan re-purchase ? saya belum tau karena punya saya masih banyak. saya pun masih belum bisa memutuskan apakah manfaat yang saya terima lebih dari keluhan saya atas kandungan fragrance dari produk ini.
terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat. tetap ingat, kulit saya tipikal normal - to oily tapi kalau kena produk nggak cocok langsung breakout. kalau pas fase menstruasi saya jerawatan banget. jadi pastikan dulu tipe kulitmu sebelum mencoba produk yang saya review. karena apa yang saya alami belum tentu kamu alami begitu juga sebaliknya. review saya buat sejujur mungkin karena prinsip saya adalah saya tidak ingin menukar rupiah nggak seberapa untuk sebuah kebohongan. kalau mau duit banyak, mending saya kejar lemburan proyek aja. sekian.
Balikpapan, 14 Juli 2021
Riffat Akhsan --- keluarga besarnya potong 3 sapi hari raya haji besok. tapi nggak tau bisa pulang apa enggak.
12 July
aslinya saya kena jadwal Work From Home seminggu ke belakang. tapi hari ini, saya harus Work From Office sampai pemberitahuan selanjutnya karena alasan emergency.
melihat ke belakang, pandemi mengubah banyak sekali hal. yang paling mengagetkan saya, adalah pandemi mengubah preferensi skin care saya.
di awal dulu, saya anak skin care impor banget. mau penjualnya ada di luar pulau juga saya jabanin. fase ini memunculkan asli nya diri saya yang nggak sabaran, sehingga beberapa skin care yang masih bisa didapatkan di watson atau guardian jadi incaran saya.
maklum mak, di kalimantan nggak ada sephora.
maret - april 2020 di pandemi gelombang pertama saya masih berani ke mall untuk belanja skin care. tapi semenjak 2021 dimana keadaan makin mencekan, saya jadi takut jalan ke mall. bahkan nonton film saja mulai saya alihkan dari nonton bioskop jadi nonton via laptop. saya ingat, film bioskop terakhir yang saya tonton adalah mbak Wonder Woman - Gal Gadot itu.
ketika skin care saya habis, saya takut untuk ke mall. di sinilah saya putar otak untuk mencari skin care subtitusi skin care yang biasa saya beli di mall. thanks to internet, saya bisa lihat komenan netizen twitter dan para anggota forum female daily yang secara cuma - cuma memberikan review jujur mereka atas produk - produk tertentu.
saya amat sangat bersyukur hidup di jaman digital. tidak hanya preferensi skin care saya yang bergeser, tapi juga parfum saya 😊. saya jadi tau kalau brand pucelle itu parfumnya inspired by victoria secret, parfum murah tapi sama sekali nggak murahan. saya jadi tau kalau citra aloe moisturizer itu amat sangat jauh lebih keren efeknya di wajah dibandingkan nature republic aloe vera.
aaaaa, ku cinta skin care indomaret.
meskipun essence, serum, dan toner belum bisa saya dapatkan di indomaret. tapi sampai sini saja saya sudah bahagia karena basic skin care berupa micellar oil, micellar water, facial wash, moisturizer dan sun screen bisa saya dapatkan dengan mudah.
tentunya ini menjadi subsidi silang, artinya saya bisa menambah budget essence, serum, dan toner saya.
assalamualaikum La Mer ~
hahaha segini dulu tulisan saya, terima kasih sudah membaca.
Balikpapan, 12 Juli 2021
Faizah Riffat, yang baru selesai swab. Alhamdulillah hasilnya negatif.
02 July
ini adalah cerita mbak - mbak kantoran yang gabut di Jum'at sore.
saya ini kan andalan nya adalah laut Balikpapan. ke pasar maunya yang dekat laut : Klandasan, Balikpapan Permai, atau Sepinggan. Mall : kalau bukan Balikpapan Plaza ya Penta City.
sore itu, seperti jum'at yang lain. kantor saya pulang cepat sehingga saya masih bisa melihat matahari sore.
namanya juga baru ya di Balikpapan, dengan percaya diri berpikir kalau pasar Balikpapan Permai itu kayak Pasar Klandasan. belakangnya laut. makanya saya semangat menyusuri gang - gang di pasar itu dengan harapan akan bertemu laut.

tapi kemudian saya sadar, ini adalah perkampungan nelayan
beberapa yang lain, yang pintar memutar modal membangun sebuah kost untuk mereka yang bekerja di seberang sungai.
mereka di sini adalah para penjaga loket parkir, petugas keamanan, dan petugas kebersihan. mereka berangkat kerja pukul 10 pagi dan pulang 12 jam kemudian. berjalan kaki, membawa bekal sendiri dan berjuang mengumpulkan pundi rupiah.
pikir saya setuju. memang kedua ujung jalan ini buntu yang didukung fakta lebar penampang sungai yang pendek setelah segmen jalan nasional.
harus saya akui, sepanjang sungai memang ada beberapa gazebo cantik (dan pasti biaya pembuatannya mahal). namun sejatinya gazebo dibangun sebagai sarana menikmati pemandangan.
lantas bagaimana cara menikmati pemandangan ketimpangan sosial ini ?
sepanjang pengamatan saya, hanya ada satu pedagang yang mencoba mencari peruntungan dari "Objek Wisata" Damai Bahari ini.
namun hitungan bisnis saya tidak masuk jika para pengunjung disini didominasi warga lokal berumur belasan yang hanya ingin memperbanyak postingan instagram saja.
namun tak apa, saya sempat membeli air mineral kemasan di sini dengan harga bersahabat.
mencari kedamaian bukan di Damai Bahari tempatnya. mungkin di Masjid Jabalus Su'ada Bukit Damai Indah kali ya.
berada di sini menyesakkan hati saya. seakan sungai menjadi jurang perbedaan kasta antara mereka yang di Damai Bahari dengan mereka yang di Balikpapan Superblock.
saya tidak melihat sebuah value added apapun dari Damai Bahari selain sebuah bantaran sungai yang dicor perkerasan rigid dan ketumpahan cat. dengan asumsi kawasan ini diperuntukkan untuk social media moment semata. sebuah kawasan yang sejatinya bisa membawa kedamaian bagi pengunjung alih - alih kepahitan dalam bingkai kemiskinan.
Balikpapan, 2 Juli 2021
Faizah Akhsan -- yang kadang usahanya mencari kedamaian berbuah pelajaran.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Search