27 May
Photo by Sincerely Media on Unsplash
kabar saya jungkir balik, kadang bahagia, kadang juga sedih.
tapi yang saya bersyukur mimpi saya perlahan lahan mulai terwujud menjadi kenyataan.
mimpi mimpi saya di awal awal menulis blog ini, tentang seseorang yang saya sebut "Bintang" dan hal lainnya.
saya kangen nge-blog, kalian kangen tulisan saya nggak ?
saya janji bakal lebih sering nulis lagi dengan lebih jujur, dan tidak terlalu overthinking.
karena tulisan, se-sampah-apapun-itu adalah senyatanya refleksi pemikiran.
jangan khawatirkan tulisan saya, kan saya blogger PALU GADA ( apa yang lu minta gua ada ) HAHAHAHA
segini dulu ya tulisan saya, dadaaaah *kembali berkutat ke presentasi pecha kucha si kokoh*
Surabaya, 27 Mei 2016
Rifa Akhsan
01 May
"yang, besok ke rumah ya. disuruh ibu kesini, ada pengajian abah habis isya. tapi kamu habis ashar aja kesininya, ntar kalo kesorean nggak bisa parkir"
adalah pesan singkat dari pasangan saya (untuk selanjutnya kita sebut yayang) yang masuk di tengah rapat konten yang melelahkan.
yes lumayan, ada alasan keluar kota.
saya selalu suka ke rumah yayang, karena energi dan suasananya yang mengingatkan saya dengan kampung halaman abah saya nun jauh di hulu sungai kalimantan sana.
masih dalam area hinterland Surabaya, daerah rumah yayang yang masuk kabupaten Gresik ini begitu, apa ya....
"permai".
mungkin hanya perlu tiga puluh menit dari pusat Surabaya ke rumah yayang, tapi sensasi ketenangan yang saya dapatkan melebihi jauh jauh ke Malang hanya untuk sepetak sawah terasering.
tapi Gresik panas sih :((
deretan sawah membentang sampai kaki langit, tambak seluas danau, jalan aspal selebar dua meter, rawa dan rumah rumah berhalaman luas menjadi pemandangan yang tersaji begitu alami memanjakan mata jiwa saya.
bau amis tambak dan lalu lalang kendaraan yang jarang menyempurnakan suasana magis pedesaan yang selalu membawa ketenangan jiwa dan pikiran saya.
Duduk Sampeyan merupakan sebuah desa di aliran sungai Brantas. tak heran sistem irigasi baik pertanian padi maupun pertanian ikan di tambak disini terkelola dengan baik.
kalau kata yayang sih prinsip pengairan sawah dan tambak itu sama, beda di treatment aja.
Duduk Sampeyan masih begitu kental dengan kearifan lokalnya, masih mudah saya temui para ibu ibu dengan topi lebar membungkuk bermandikan peluh dan lumpur menanam padi.
suatu pemandangan yang sudah sangat jarang saya lihat, bahkan ketika saya ke Malang untuk mencari sawah.
sawah dan desa selalu membawa ilmu baru bagi saya, perempuan anomali pecinta konstruksi dan teknologi.
seperti hari itu, jadi saya diminta ibunya yayang (untuk selanjutnya kita sebut ibu) untuk menginap di sana saja karena beliau khawatir saya kenapa napa di jalan malam malam balik ke Surabaya.
ibu punya pembantu lima orang, tiga perempuan dan dua laki laki. tiga perempuan ini bertugas untuk masak (bumbu ibu yang racik), cuci piring, menyapu, dan bersih bersih rumah (kecuali bersihin kamar ibu, mbak, dan kamar yayang). sementara dua orang laki laki bertugas untuk mengurus yang berhubungan dengan tugas tugas laki laki seperti cuci mobil, dll.
pagi sekali ketika fajar muncul lima orang pembantu ibu sudah datang, iya ibu nggak punya pembantu nginep. mereka adalah orang orang yang masih terhitung tetangga, dengan jam kerja sekitar 8 - 12 jam di rumah, mereka juga nggak tiap hari datang sih. mostly pekerjaan mereka adalah petani sawah dan petani tambak.
karena di rumah yayang, yang terpenting adalah kehadiran meskipun kita nggak ngapa ngapain. semua pekerjaan rumah tangga mah udah ada semua yang kerjain.
pagi itu saya duduk duduk di belakang rumah yayang sambil twitteran, kemudian salah satu dari pembantu ibu bertanya dengan agak takut takut
"mbak, hp nya mbak layar sentuh ya"
tanya dia dengan pandangan kagum sekaligus ingin tau...
"iya"
jawab saya dengan datar dan sedikit heran.
"wah, bagus ya mbak..."
pandangan pembantu ibu saya rasa terlalu kagum, sampai sampai saya bertanya sendiri apakah ia tidak pernah melihat iphone sebelumnya ?
"mbak, rumah sampean kalimantan ya ?"
tanyanya lagi, masih dengan pandangan kagum.
"iya..."
"dari sini berapa lama ?"
"satu sampe satu setengah jam.."
(rumah yayang ke airport 30 - 45 menit naik tol fyi)
"wahhhhh, mbak naik pesawat ya? ohhhhh"
tanyanya lagi, dengan histeris.
saya tersenyum, kemudian tercenung.
yayang memang pernah bilang, kalau dia adalah salah satu warga Duduk Sampeyan yang beruntung. alm abah adalah pengusaha besar yang memungkinkan untuk yayang mengenyam pendidikan elit di Surabaya dan Jawa Timur beserta seluruh gaya hidup yang mengiringinya.
tapi kembali ke Duduk Sampeyan, yang hanya beberapa kilo dari gerbang Tol Bunder. faktanya yayang adalah anomali. masih banyak warga Duduk Sampeyan yang tidak melek teknologi, banyak tetangga tetangga dan teman teman yayang yang bingung pake smartphone dan nggak ngerti teknologi padahal umur mereka masih muda.
sebuah pemahaman baru tentang pentingnya menjadi mapan dan memiliki wawasan.
juga kearifan ilmu dan kehidupan.
di Duduk Sampeyan, hidup cenderung selaw. nggak pusing seperti kelas menengah perkotaan yang gajinya habis untuk tagihan dan cicilan demi memenuhi standar hidup ala perkotaan, gila jabatan, pamer ke sosial media atas previllage menikmati fasilitas eksklusif karena acara kantor, dan overpede mengemukakan pendapat.
kadang saya suka senyum sendiri dengan cara tuhan bercanda, bagaimana bisa tuhan memberikan seorang manusia cerdas dengan insting bisnis luar biasa serta pemikiran menembus ruang dan waktu yang mengajarkan kearifan berpikir dalam kehidupan sehari harinya di pedesaan kepada saya yang nggak jelas ini.
hari hari di Duduk Sampeyan mengajarkan saya, bahwa tuhan membeberkan fakta mau jadi apa kita, tuhan bisa wujudkan.
oh iya, desa dan kota sejatinya adalah sama. desa penuh manusia gaptek, kota penuh manusia maruk.
dan semoga saya dan kamu kamu yang membaca ini bisa mengambil ilmu mau jadi manusia seperti apa kita.
Surabaya, 1 Mei 2016
Riffat Akhsan
23 April
"mas Naufal, ayo kita jalan jalan ke daerah gereja kayutangan"
"ayo"
Belanja menjajah negeri ini selama berabad - abad, tidak heran mengapa kini kota tua Indonesia didominasi oleh bangunan bangunan ala negeri pecinta emas ini yang masih berdiri kokoh di umurnya yang sudah ratusan tahun.
kalau Surabaya kita bisa menyusuri daerah kota tua ini mulai dari daerah House of Sampoerna, jembatan merah, polrestabes Surabaya, terus sampai tugu pahlawan.
Malang memiliki kawasan kota tua yang terpusat di sekitar alun alun, dilengkapi trotoar yang "cukup" nyaman, saya Rusma dan mas Naufal memutuskan untuk berjalan kaki menyusuri kota tua sembari menyerap energi yang Malang miliki untuk kebutuhan jiwa kami yang perlu rehat.
dimulai dari Bank Indonesia kemudian gereja Kayutangan, kami menyeberang ke arah pasar besar, terus melewati wisma Tumapel, kemudian tembus balai kota, berbelok melewati hotel tugu, java dancer (the best coffe house in town), pasar bunga dan pasar hewan, kemudian berakhir di alun alun.
sebenarnya kota tua merupakan salah satu wisata andalan Kota Malang, sayang tidak ada satupun warga negara Indonesia yang kami temui selama acara jalan kaki kami tengah hari itu. kami hanya berpapasan dengan beberapa warga negara asing yang sudah berumur senja dengan memanggul carrier besar dan tampak bahagia mengambil gambar arsitektur neo gothic bangunan bangunan lama di sekitar kota tua dari berbagai angle.
bank Indonesia yang bersebelahan dengan kantor pajak Malang Selatan berdiri megah dengan cat dan pagar putihnya, terlihat beberapa petugas keamanan berjaga di hari Sabtu yang seharusnya sih nggak lembur untuk para pegawainya.
di depan kantor pajak terdapat halte dan jembatan penyeberangan menuju alun alun, satu langkah yang bagus mengingat traffic jalan yang cukup ramai (namun tidak bisa dibilang padat juga).
sampai di gereja Kayutangan, sebuah gereja katolik megah yang sayangnya berbau pesing di beberapa sudut trotoar. kami sempat ditawari masuk ke dalam kompleks gereja agar lebih leluasa berfoto yang kami tolak dengan halus. cukup foto dari trotoar saja.
kami sedikit kesulitan menyeberang dari depan gereja Kayutangan menuju pasar besar. aneh, di perimpangan yang cukup ramai tersebut kenapa tidak ada zebra cross atau rambu sama sekali ? hanya ada satu polisi cepek yang berusaha mengatur arus.
jam 12 siang merupakan waktu aneh untuk berjalan kaki, tapi Malang dengan suhu udara dingin dingin AC mampu membuat acara jalan kaki kami menyenangkan.
sampailah kami di depan wisma tumapel, wisma ini tergolong horror site yang lagi hits di kalangan anak muda Malang. setelah sekian lama ditutup, wisma yang merupakan bangunan lama yang tak terurus kini menjadi aset universitas negeri Malang.
saran saya, nggak usah main main atau foto foto lah di wisma itu. "yang disana" nggak suka dan terganggu dengan kehadiran kalian...
wisma tumapel - balai Kota - hotel tugu adalah segitiga dingin mencekam yang saya hindari untuk berjalan jalan. apa daya, kota tua selalu sepaket dengan tempat tempat dengan aura mistis.
pasar bunga dan pasar hewan cukup mencairkan suasana dingin mencekam yang dipancarkan oleh tempat tempat yang sebenarnya-saya-nggak-mau-kesana dengan suasana pasarnya yang cukup menyenangkan.
java dancer dengan kopinya nggak boleh dilewatkan untumu pecinta kopi, di dekat hotel tugu ada toko oleh oleh dengan sign "ice cream" besar di depannya. sayang waktu saya mau beli ternyata yang dijual bukan es krim, tapi es puter :(
jalan kaki saya berakhir di Alun Alun, di seberang Alun Alun kamu bisa ke toko oen (tapi saya nggak kesana) dan ke hotel di sebelahnya. bagus buat foto foto.
sedikit berjalanan kamu bisa ke Masjid Agung Malang yang bersebelahan dengan gereja besar juga. pokoknya kawasan kota tua malang ini terpusat di sekitar alun alun kok sehingga cara paling asyik menikmatinya adalah dengan berjalan kaki.
untuk kamu yang menyukai wisata kota tua, Malang kota tua boleh banget masuk list kamu karena keunikan arsitekturnya yang berbeda dengan kota tua Jakarta dan Surabaya.
selamat jalan kaki :)
Surabaya, 23 April 2016
Riffat Akhsan
21 April
hari kedua di Malang, saya bangun dengan pemandangan gunung yang meskipun diselimuti kabut tipis tapi tetap terlihat sempurna dari jendela lantai 8 kamar tempat saya menginap.
saya selalu suka berada di tempat tinggi, karena semakin banyak yang terlihat, semakin bijak kita memaknainya.
mereka yang berada di "tempat rendah" sering nyinyir dan benci atas keputusan mereka yang berada di "tempat tinggi". mereka lupa bahwa mereka tidak melihat apa yang "orang tempat tinggi" lihat.
bias kelas, bias perspektif, bertindak spekulatif, judgemental, mendewakan asumsi. ah tidak perlulah saya membahas terlalu jauh ciri pokok "tempat tinggi" maupun "tempat rendah".
sebelumnya saya sudah dikabari kak Ai kalau kunjungan saya di Malang bersamaan dengan konvoi arema 16 - 17 April dalam rangka pengarakan piala Bhayangkara.
sebelumnya sudah pernah kejadian, tindakan anarkis perusakan kendaraan dan tindakan anarkisme lain yang dilakukan oleh suporter arema terhadap kendaraan plat L (Surabaya) sehingga saya sengaja menggunakan kendaraan plat W (Gresik, Sidoarjo) sebagai antisipasi.
kelar sarapan, dan ketemu lalas dan fikri saya baru menyadari bahwa jalan raya depan tempat saya menginap sudah penuh dengan massa suporter arema :(
nggak lama mas Naufal japri "fat, jangan keluar deh. ini temenku plat W kendaraan nya diserang"
nah loh. bingung kan saya, beberapa tamu di tempat saya menginap juga terlihat pesan taksi lokal dan carter mobil dengan plat N.
saya, Rusma, Fikri, Lalas dan kak Ai sibuk berdiskusi. gimana caranya dengan keadaan sepadat itu sementara waktu sudah menunjukkan pukul 12, Fikri harus mengejar kereta jam 5 sore tapi barangnya dia masih di Landung Sari (daerah univ muhammadiyah Malang) sementara kendaraan saya plat W nggak bisa keluar dari penginapan saya di S. Parman.
menggunakan taksi atau mobil lokal sepertinya bukan jawaban, karena posisi penginapan saya di pusat, stasiun kereta di selatan, dan Landung Sari di utara. pasti macet dimana mana.
karakter konvoi Arema ini berbeda seperti konvoi Bonek (suporter persebaya). kalau Bonek mau konvoi kami tau mereka pasti berkumpul dulu di stadion tambak sari kemudian konvoi yang biasanya finish di gelora pancasila. namun ini Malang bung, suporter Arema berangkat menjadi kelompok kelompok dari seluruh penjuru Malang Raya dan Kabupaten Malang, kumpul di stasion Kanjuruhan kemudian konvoi keliling kota.
apalagi stasiun kereta menjadi salah satu titik kumpul mereka.
kalau Bonek konvoi, kami sudah ancang ancang mencari jalur alternatif yang nggak dilewati mereka dan mencari waktu yang sekiranya aman tidak bertemu mereka di persimpangan atau di jalan.
lah ini ? kami merasa dikepung di kandang lawan. !
akhirnya kak Ai memutuskan kita bareng bareng ke Landung Sari naik angkot, dengan catatan di Landung Sari Fikri kelar ambil barang diantar Alpa naik motor, Rusma dijemput Mas Naufal, Kak Ai dan Lalas dijemput temen kak A ke Suhat, dan Saya dijemput Eldew buat ambil kendaraan di penginapan.
sebelum ke Landung Sari saya menyempatkan diri ke basement parkir penginapan, sedih rasanya melihat kendaran Plat L dan Plat W terparkir rapi di basement. bukan karena parkiran penuh, tapi karena saya tau pemiliki kendaraan keluar dengan taksi atau carter mobil plat lokal.
tour de angkot dimulai ~
kami naik angkot dengan kode ADL (Arjosari - Dinoyo - Landung Sari)
rute angkot ADL ini udah persislah kayak city tour dimana kita melewati balaikota sampai berakhir di Landung Sari yang merupakan perbatasan Kota Malang dengan Kota Batu.
ya sebenarnya kami naik angkot mengandalkan kehandalan supirnya yang mampu mencari jalan tikus menghindari kemacetan, meskipun itu hampir nggak mungkin karena massa Arema dimana mana tapi ya sudahlah pasti ada jalan :))
lautan manusia dengan atribut biru biru dan boneka singa ditambah speaker menggelegar dan perkusi menjadi pemandangan kami selama perjalanan. ncen singo edian :))).
sampe Landung Sari, Fikri langsung ambil barang trus pamit balik ke Semarang.
Lalas sama Kak Ai siap siap ke rumah kak Ai dijemput temen kak Ai.
Rusma dijemput Mas Naufal pake plat S. aman.
saya dijemput Eldew, DAN SAYA LUPA KALAU MOTOR ELDEW PLAT L.
begitu ketemu kami Eldew langsung heboh, dese panik gitu karena sepanjang jalan dese diintimidasi karena plat L.
tuhan, apalah arti sebuah plat.
"fat, kamu ada asuransi jiwa nggak ?"
tanya Eldew setengah bercanda, karena saya dan dia bakal boncengan buat ambil kendaraan saya di S. Parman melewati lautan singo edan.
kak Ai, Lalas, Rusma, dan Mas Naufal juga ikut khawatir saya sama Eldew yang "setor nyawa" dengan plat L. tapi di sisi lain mereka penasaran juga sama sensasi "setor nyawa" ini.
perjalanan penuh resiko dimulai ~
WO WO WO PLAT L WOOOOO
tiap ketemu rombongan yang dengan bendera segede gaban yang nggak ikut konvoi tapi memilih di pinggir jalan "melepas" rombongan konvoi, kami diteriaki dengan tabuhan perkusi.
Allah ~
tiap ketemu rombongan konvoi, kami minggir dulu. membiarkan mereka lewat sambil tahan tahan kuping.
WOOOOO PLAT L REK PLAT L....
WO WO WO PLAT L WOOOOO
seru mereka sambil mengacung acungkan sesuatu seakan hendak melempari kami.
PLAT L MINGGIR PLAT L MINGGIR.....
seru salah satu dari peserta konvoi dengan galak, dan disoraki oleh yang lain.
WOOO PLAT L WOOOO
kami terintimidasi, bukan. kami takut, apakah kami selamat ?
MAS MAS PLAT L MAJU MAS MAJU ! CEPET MAJU !
ujar salah satu rombongan lain yang merasa kami halangi perjalanan bersama rombongannya.
duh, salah sepertinya kami ada di jalanan Malang.
akhirnya sampai juga di S Parman. drama dibikin takut kelar, lanjut drama plat L dan plat W berjalanan beriringan menantang maut.
Alhamdulillah dari S. Parman ke Veteran kontrakan mas Naufal kami banyak melewati jalan kecil, sehingga meskipun tetap harus melewati jalan protokol tapi intimidasi yang kami rasakan tidak separah Landung Sari - S. Parman.
hari sudah malam, tapi kak Ai menyarankan jangan dulu balik ke Surabaya karena masih ada kemungkinan rombongan Arema di kabupaten yang sangat berpotensi bertindak anarkis.
akhirnya kami memutuskan untuk extend di Malang, Rusma tidur sama kak Lia di kontrakan mas Naufal dan saya bareng Lalas tidur di rumah kak Ai.
konvoi Arema memberi pelajaran pada saya tentang kuatnya solidaritas karena persamaan. mereka dengan sukarela selalu mendukung klub sepakbola kesayangannya, transportasi urunan, kalau ada yang bawa mobil bisa nunut. sound sistem pinjem sama anggota yang punya. semua serba atas nama solidaritas dan kebersaman.
karena bersama (berkelompok) mereka merasa kuat, mereka merasa besar, mereka merasa punya power.
plat L dan plat W, iya kami memang tamu. tapi apakah tuan rumah yang baik adalah mereka yang menakut nakuti tamunya dengan anarkisme ?
kami ke Malang bukan buat petantang petenteng nantang, kami ke Malang ingin rehat dari segala sesuatu yang menyesakkan. kami ingin bertemu dengan mereka yang menyayangi kami. kami ingin refresh.
tapi kenyataan nya takut dan trauma yang kami dapat.
kami ke Malang dengan biaya sendiri, yang mana kami bayarkan untuk beli makan (kesejahteraan mak warung meningkat), kami menginap di penginapan legal (yang pajaknya digunakan untuk membangun jalan, bisa jadi menjadi bagian dari rute konvoi), kami membeli tiket masuk tempat wisata (meningkatkan pendapatan asli daerah), dan kami menuliskan perjalanan serta berfoto (mempromosikan dengan gratis).
konvoi, nyanyi nyanyi, membunyikan alat perkusi yang menimbulkan dentuman keras boleh. tapi anarkis jangan.
besok besok saya pikir pikir lagi deh mau ke Malang kalau pas ada konvoi Arema lagi, saya liburan mau bahagia, bukan mau dibuat sedih.
Surabaya, 21 April 2016
Riffat Akhsan
selamat hari kartini, karena perjuangannya. perempuan bisa menempati posisi puncak bahkan di bidang yang sangat maskulin.
terima kasih, atas kesetaraan gender yang membuat saya berani bermimpi menjadi tenaga ahli engineering konstruksi.
best regards, Chief Operational Officer perusahaan IT yang lagi cuti.
Surabaya 21 April 2016
Riffat Akhsan
20 April
rata rata kota kota di Indonesia (khususnya jawa) memiliki lahan yang difokuskan sebagai ruang terbuka hijau. New York punya central park, Malang punya alun alun.
"aku mau cuci muka di alun alun, disana ada keran air nggak ?"
tanya saya yang dijawab oleh mas Naufal
"ada, air mancur"
alun alun menjadi titik awal dan akhir perjalanan edian kami siang siang jam 12 jalan kaki menyusuri kota tua Malang mulai dari Bank Indonesia, balai kota terus memutar lewat pasar bunga dan pasar hewan dan berakhir di Alun Alun Malang.
Alun Alun Malang menjadi meeting point saya sama pipit ( @friedadm ).
setelah celingak celinguk di halte depan kantor pajak akhirnya pipit menghampiri kami dengan menggenggam McFlurry.
"tadi aku numpang pipis di mekdi kak, ini nih sekalian beli ini"
ucap pipit tak berdosa sambil membuang kemasan McFlurry nya.
kami lalu menyeberang ke alun alun melewati jembatan penyeberangan,di tengah tengah jembatan ada beberapa remaja usia tanggung mendikte temannya sambil berpose cukup aneh dan bergantian siapa-yang-foto-siapa-yang-pose.
ternyata spesies alay benar adanya.
rencana saya mau foto di depan tulisan Alun - Alun Malang, apa daya mbak mbak yang foto dengan pose ala ala model dengan berbagai gaya nggak mau minggir minggir, padahal udah saya tungguin lama.
mau foto dari sisi samping, eh ada mas mas yang nginjek rumput dengan santai dan foto dengan pose heboh.
alun alun Malang sudah mempercantik diri, jelas mas Naufal yang memang kuliah di Malang. mas Naufal menjelaskan bahwa alun alun Malang sempat mengalami renovasi cukup lama sebelum tampil cantik dan rimbun seperti ketika saya berkunjung ke sana.
sudah banyak fasilitas umum mulai dari tempat duduk, spot foto, hingga pos keamanan yang tersebar di sudut sudut alun alun.
kami lalu duduk melingkar di kursi besi yang terpancang satu set dengan mejanya. langsung lah si Pipit curhat tentang cem ceman nya dan segala kegalauan hatinya, didengarkan oleh saya, Rusma dan Mas Naufal.
di tengah tengah Pipit cerita, seorang bapak bapak paro baya dengan pakaian rapi dan klimis serta membawa alkitab menduduki kursi kosong (satu meja kursinya empat btw).
"boleh minta waktunya sebentar ?"
tanya beliau dengan logat yang saya harus betul betul fokus mendengarkan untuk tau beliau ngomong apa.
kami diam.
"oke, disini ada yang tau tentang pengampunan dosa ?"
"apah ?"
tanya saya, nggak ngerti dese ngomong apa. bukan sinyal saya tertarik dengan apa yang mau beliau sampaikan.
"oke baik, saya jelaskan ya tentang pengampunan dosa"
oh, crap. si bapak salah paham.
saya, Rusma, Pipit, dan mas Naufal saling pandang dengan tatapan ini-orang-ngapain-sih
"jadi di dunia ini tidak ada manusia tanpa dosa, semua orang tidak lepas dari dosa tetapi ada satu orang yang tidak memiliki dosa karena sudah mendapat pengampunan dosa"
krik krik krik
"xxx adalah satu satunya manusia di dunia ini yang tanpa dosa, jadi sebelum terlambat segeralah bertaubat dengan menyembah xxxx karena barang siapa yang mengikuti xxxx akan mendapat pengampunan dosa sebagaimana xxxx yang zzzzz karena penebusan dosa"
kami masih terdiam, shock.
"baik terima kasih atas waktunya, selamat siang"
kemudian beliau pergi.
saya, Rusma, dan mas Naufal bengong. speechless.
"itu bapak kesini karena liat jilbab yang dipake kak Rifa sama kak Rusma ya"
kata Pipit bingung.
"aku nggak keliatan udah pernah mondok enam tahun ya ?"
tanya mas Naufal.
"ternyata, semua agama punya golongan garis keras ya, yang prinsip dakwahnya nabrak aturan dengan tujuan sampaikan kebenaran walau satu ayat dan ajaklah mereka yang tersesat untuk kembali pada jalan kebenaran"
ucap saya takjub.
belum usai kekagetan kami, muncul dua perempuan dengan cadar menutupi wajah sehingga hanya kelihatan mata, serta pakaian serba hitam dan rok yang menyapu tanah berjalan bertiga dengan seorang laki laki bercelana cingkrang.
mereka berjalan bertiga, saling bercanda dan tertawa bersama.
"kak, itu pasti suaminya"
seru Pipit.
"iya kak, karena nggak mungkin cewek kayak gitu jalan sama cowok sembarangan. pasti suaminya"
Pipit melanjutkan
"mas, itu mereka poligami ?"
tanya saya lagi lagi takjub
"biasa gitu itu di Malang, yaitu surga versi mereka. kalo kita sih surga yang lain aja"
"trus adilnya punya istri dua gitu gimana coba ?"
tanya saya sedikit emosi.
"sudahlah, mereka punya pemahaman sendiri soal yang kayak gitu. mereka mikir cara paling mudah mendapatkan surga adalah dengan poligami"
mas Naufal berusaha menjelaskan sebijak mungkin.
"seumur umur aku di Surabaya, nggak pernah lho kejadian kayak gini. diceramahin penebusan dosa atau lihat live action poligami"
saya memperhatikan interaksi pasangan three some alias poligami tersebut, jalan jalan bertiga. istri tua dan muda. tertawa bersama, bercanda, saling tersenyum satu sama lain, jalan jalan tanpa merasa risih dengan keadaan sekitar seolah itu adalah hal normal.
saya jadi penasaran, apakah benar mereka bahagia ? atau hanya kemunafikan batin akibat kebodohan memahami konsep poligami dalam islam ?
ah sudahlah.
diceramahi penebusan dosa dan ajakan untuk memeluk agama tertentu, dan live action poligami beserta atribut budaya ke arab arab an ala ala mereka yang menceramahi saya di emperan masjid kampus tentang tauhid berbekal training 2 - 3 minggu membuat saya teringat ucapan paman guru :
"beragama itu ya pake logika juga, sehingga bisa membedakan mana agama mana budaya. sehingga memahami kitab tidak secara mentah"
kedewasaan beragama, dan kecerdasan spiritual, adalah pelajaran tuhan yang mampu dipahami otak cetek saya atas acara jalan jalan ke alun alun Malang ini.
di agama manapun, selalu ada orang orang yang nafsu berdakwah dan beramalnya tinggi namun tidak diimbangi dengan ilmu sehingga seringkali menjadi bahan tertawaan, kebingungan, atau perenungan bagi orang lain.
"inilah Malang, wujud nyata toleransi beragama. dimana Masjid Agung dan gereja damai berdampingan"
ucap mas Naufal memecah dialog saya dengan diri sendiri.
"hehe iya mas, dimana ceramah penebusan dosa dan live action poligami tersaji dengan timing sempurna"
Surabaya, 20 April 2016
Riffat Akhsan
saya adalah anak perempuan pertama di keluarga saya, sebagai anak pertama pasti pengen banget punya kakak dong. nah, saya tuh selalu bermimpi untuk punya kakak laki laki. kekuatan mimpi membawa saya punya banyak "kakak laki laki" :))) sehingga saya tidak pernah terpikir bagaimana rasanya memiliki kakak perempuan.
kemudian kak ai dikirim tuhan hari itu, dari pertemanan via twitter kami akhirnya dipertemukan di Malang. calon dokter gigi yang cerdas dan sama hebohnya dengan saya, serta kedewasaannya yang diatas saya praktis membuat saya mengerti begini rasanya memiliki kakak perempuan.
tuntutan pekerjaannya sebagai dokter muda membuat kak ai bertemu beragam jenis karakter manusia, oh iya kak ai juga punya bisnis kosmetik handmade hasil joinan dengan rekan sesama dokternya. kak ai juga punya bisnis craft handmade berupa tas batik dengan kulit asli yang harga sebiji tasnya minimal seharga gaji PNS golongan III A.
pribadi kak ai yang berwawasan luas membawa pembicaraan kami tiada habisnya, mulai dari skandal rombongan twitter, gossip artis, kearifan kehidupan, kehidupan profesional, intrik bisnis di kalangan pengusaha muda, hingga masalah per ghoib an bisa menjadi topik seru obrolan kami.
"fat, kedepan aku mau investasi sawah, dalam sepuluhan tahun kedepan bisnis yang paling menjanjikan ada di sektor pertanian, perkebunan, dan kelautan"
saya tertegun.
pertanian, investasi sawah.
sebelumnya saya pernah menulis betapa saya mengagumi filosofi sawah tapi cuma sebatas itu, tapi dokter muda yang juga pengusaha ini menjelaskan ke saya fakta yang saya tidak pernah lihat.
selama ini kita selalu menganggap pekerjaan tani adalah pekerjaan "ndeso atau "kampungan" padahal petani sekarang sudah open minded lho, mereka sudah mengerti cara penjadwalan pembibitan dengan software, perhitungan kadar air dengan aplikasi, mereka sudah mengerti investasi ini itu dengan teknologi.
dan benar kata kak ai, sampai kapanpun indonesia butuh padi sebagai ujung tombak ketahanan pangan. bukan keju, dimsum atau roti gandum, tapi nasi. dan kita sering terjebak dengan stigma rendah pekerjaan tani.
sekarang emang lagi hype semua semua yang berbau IT. tapi sayang banget kalau peruntukannya hanya untuk warga kota yang hp nya smartphone dan jaringan 4G LTE. rugi banget kalau hanya menembak pasar eksekutif muda perkotaan yang "katanya" segmen paling gurih itu...
saya kasih gambaran, harga jual sapi tuh sekarang tembus angka 30 an juta per ekor (hasil ngobrol sama peternak). kalau saja lebih banyak mereka yang mau garap sektor perkebunan, pertanian, kelautan dan peternakan, saya yakin indonesia bakal lebih cepet jadi negara dengan ekonomi kuat.
teknologi untuk semua, adalah cita cita kak ai dengan investasi sawahnya.
kak ai mau petani lebih open minded lagi, sehingga mereka mapan dan kita nggak perlu impor.
sebuah pandangan berbeda dari seseorang yang tidak perlu intimidasi berlebihan, tapi mampu membungkam saya.
selamat ulang tahun kak ai, cepetan sumpah dokter, sukses buat masker kefir dan yourstyleindonesia, cepetan nikah....
barakallah fii umrik, amin untuk semua doa baik yang ditujukan ke kak ai.
kapan kapan, ayo kita rumpik lagi :*
Surabaya, 20 April 2016
Riffat Akhsan
nb : photo by @lalasati
Subscribe to:
Posts (Atom)
Search