13 June

sumber gambar : republika
okeh, jadi karena saya gabut mau ngapain. stress ngerjain laporan sementara puasa saya pecah karena udzur.
jadi mari kita bahas hal hal yang ringan ringan aja.
yuk mari.
saya dari dulu emang suka nonton Badminton, tapi baru bener bener suka banget sebulanan ini kali ya. mulai dari gelaran thomas uber, Indonesia Open, dan lanjut ke Australia Open.
thanks God for channel sport dan kecepatan internet super banter yang memungkinkan streaming tanpa buffering.
awalnya mulai dari pengen liat sesuatu yang lebih bermanfaat dibandingkan gimmick demi durasi acara dan rating televisi, atau twitwar akibat sok tau yang overlapping saya mulai suka streaming event badminton.
lama lama saya jadi suka sama mereka (para Atlet) atas performa mereka di lapangan, tentang tetap tenang dan fokus di bawah tekanan, tentang cara mereka pantang menyerah mengejar bola meskipun poin sudah tertinggal jauh, tentang mereka yang menghargai lawan (mereka sukses juga karena lawan), tentang persahabatan sehat antar atlet, bagaimana menjaga pergaulan agar tetap fokus pada tujuan besar, dan tentang nasionalisme yang merasuk dalam asa, jiwa, dan raga mereka.
jangan minta saya nyanyi lagu Indonesia raya deh, bisa merinding sebadan badan -- Jonatan Christie
mengikuti keseharian para Atlet seperti Greysia Polii, Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, Nitya Maheswari melalui sosial media mereka mengajarkan saya banyak hal. bahwa kita bisa berbuat untuk Indonesia yang lebih baik dibandingkan berceloteh dan berdebat di media sosial, kita bisa memberi dukungan doa dan semangat kepada mereka, kita bisa belajar tentang arti disiplin, sabar, berpikir positif, happy, tidak takut, kerja keras, sungguh - sungguh, dan upaya serius meraih mimpi. tidak lupa tentang rendah hati dan bersahaja serta pentingnya memelihara harapan dan berdoa dalam segala kondisi.
tanpa raket saya bukan apa apa, dan saya bukan siapa siapa -- Ihsan Maulana Mustofa
banyak sekali gelaran yang saya saksikan dimana pemain muda Indonesia mampu mengalahkan pemain Badminton papan atas dunia, untuk seorang yang suntuk pada banyaknya target. saya sadar bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.
generasi muda pebulutangkis profesional Indonesia, yang bahkan sudah memiliki penghasilan di umur 17-18 tahun (dimana mereka memenangkan turnamen) menyadarkan saya bahwa menikmati masa muda tidak melulu dengan berfoya foya, berorganisasi kampus yang isinya hanyalah pepesan kosong cari panggung, atau berprestasi melalui IPK menjulang, atau santai santai ala ala mumpung masih muda.
atlet juga manusia, mereka juga bisa jenuh, mereka juga suka jalan jalan ke mall, mereka juga suka bersosial media, mereka juga suka kulineran, tapi mereka tidak lupa tentang usaha keras demi tujuan besar : lagu Indonesia Raya dinyanyikan di kancah elit olimpiade karena gelar juara yang mereka raih.
jadi saya sekarang lagi seneng senengnya lihat periscope/snapchat/twitter/instagram jojo (jonathan christie) ican (ihsan maulana mustofa), dan oppa Lee Young Dae ketimbang menyaksikan perdebatan tak sudah sudah yang melebar kemana mana padahal juga tidak jelas apa manfaatnya.
kata pelatih kami, kalau kamu memang ambil medalinya, kalau kamu kalah, ambil pengalamannya. juara adalah tentang mereka yang mentalnya kuat, mental kuat berasal dari pikiran dan hati. sombong dan bangga hanya akan melemahkan mental. kompetisi sejatinya tentang pertarungan mental, siapa yang mentalnya lebih kuat dan siap, maka dialah yang menang.
Jonatan Christie dan Ihsan Maulana sangat mungkin akan menjadi idola baru generasi muda Indonesia, dimana mereka menjadi contoh nyata tentang arti sesungguhnya kerja keras, fokus, dan sungguh sungguh. dibandingkan para artis seni peran umur tanggung yang hanya bisa memberi contoh tutorial pacaran dan berganti pasangan.
semangat generasi muda Badminton Indonesia, karena kalian kami percaya bahwa 2-3 tahun kedepan Indonesia akan menjadi dominator Badminton yang ditakuti dunia.
dan semoga oppa Lee Young Dae nggak cepat cepat pensiun, oh kalau pensiun saran saya jadi aktor action film cem Ji Chang Wook gitu lho.
Surabaya, 13 Juni 2016
Rifa Akhsan, yang baru aja di accept request IG nya sama oppa Lee Young Dae
08 June
Photo by Joanna Kosinska on Unsplash
sudah lama saya nggak ngeblog, kangen juga ternyata.
selama nggak ngeblog trus ngapain ?
makan, tidur, kerja, belajar, pacaran (harus banget ini disebutin), mengamati tingkah laku alam dan manusia.
tentang blog, semakin kesini saya semakin belajar bahwa saat ini menulis blog untuk diri sendiri adalah sebenar benarnya hadiah untuk diri saya sendiri.
diluar sana banyak yang periuk nasinya berasal dari blog, bekerjasama dengan advertiser dari berbagai brand dengan segmen tertentu, mereka yang berharap mendapat rezeki dari buzzing dari sosial media dan sebagainya.
tapi ternyata saya bukan mereka.
siapa yang tidak bahagia mendapat rezeki dari hobby ? semua bahagia. tapi ketika ada konten "rezeki" dari segala kanal termasuk "hobby", saya tau disana ada tanggung jawab.
dan saya menolak untuk bertanggung jawab (lagi) bahkan dari kanal yang set my soul free.
saya sudah cukup dengan rezeki dari pekerjaan saya, biarlah blog ini benar benar kanal untuk saya dan diri saya sendiri. dimana saya menulis sesuai gaya saya, pemikiran saya, dan pandangan saya.
untuk yang tidak setuju silahkan menulis di kanalnya masing masing.
ada sebuah kebahagiaan ketika saya menulis suka suka saya, mau pakai foto atau tidak terserah saya, mau berapa karakter terserah saya, mau postingan berlanjut sampai part sekian juga terserah saya.
karena setiap orang memiliki kanal ekspresinya sendiri sendiri.
oke balik ke judul awal.
tidak seperti tahun kemarin yang ramadhan saya banyak dihabiskan on site di proyek konstruksi, tahun ini saya banyak di kantor : mengurusi berkas administrasi proyek, membuat dan merevisi penjadwalan proyek, mengecek proggress report, membantu cost control dalam pengendalian mutu waktu dan biaya.
intinya tahun ini tidak seperti tahun kemarin.
kalau tahun kemarin saya sering buka puasa di proyek, tahun ini hampir setiap hari saya buka puasa di masjid kampus. tentu suasananya jauh berbeda.
ada hal hal yang saya temukan di tahun ini yang tidak saya temukan di tahun kemarin, apa saja itu
1. pengelolaan takjil yang antik
tahun kemarin saya sampai di kampus cenderung ketika jamaah maghrib di kampus mau selesai, kalau tahun kemarin saya jarang mendengar adzan maghrib dan berbuka puasa di kampus, berbeda dengan tahun ini. tahun ini saya bahkan sudah sampai di masjid kampus sepuluh sampai dua puluh menit sebelum adzan maghrib berkumandang.
ternyata takjil kampus dikelola oleh remaja masjid yang menamakan dirinya UKM agama islam ? entah saya kurang paham. mereka adalah para ikhwan dan akhwat bercelana cingkrang dan bejilbab panjang nan berkibar yang kalau shalat cukup memakai bawahan mukenah.
dan mereka selalu merendahkan kami kami yang tidak berjilbab seperti yang mereka pakai melalui sorot mata.
begitu adzan berkumandang, mereka sebagai pengelola takjil menikmati takjil duluan sambil ngobrol ngobrol. setelah dirasa kenyang baru takjil tersebut dibagikan kepada kami kami yang juga berbuka di masjid.
tentu saja dijawab dengan "terima kasih, kami sudah kenyang. kami sudah bawa takjil sendiri kok"
ibarat pahlawan, para pengelola takjil masjid kampus saya adalah pahlawan kemaghriban.
setelah acara bagi bagi takjil tapi telat ini selesai kemudian kami shalat maghrib berjamaah. jadwalnya sih habis shalat kita bakal dibagikan kotakan sebagai salah satu fasilitas kampus.
ketika saya dan rusma mengantri untuk menerima kotakan, kami ditanya "mbak ini jatahnya 2 kotak untuk tiga orang. kalau mbak mau dapat kotakan mbak harus cari temen satu lagi"
sejak hari pertama ramadhan, saya, rusma, dan teman teman lain memutuskan untuk TIDAK LAGI MAU TERLIBAT URUSAN PERTAKJILAN DI KAMPUS.
lebih baik tidak berharap, toh kami masih mampu beli takjil di luar, yang semoga lebih berkah daripada takjil gratisan dari masjid kampus.
berdasarkan apa yang saya pelajari di pondok dulu, kitab kitab kuning tentang adab mengajarkan bahwa hendaknya panitia pengelola takjil mendahulukan mereka yang berbuka dengan membagikan takjil lebih dulu sebelum menikmati takjilnya sendiri.
tapi saya tau pengelola takjil kampus sangat pintar, wong ulama sja mereka abaikan dengan menggali hukum langsung dari sumber aslinya (Al-qur'an dan hadist) dan serta merta menuding muslim lainnya kafir.
2. mendekati jam buka puasa, semakin banyak orang marah di jalan
klakson, saling serobot, menggusur tempat parkir secara serampangan, membentak penjual takjil dengan kasar karena minta dilayani cepat, membeli makanan jauh dari yang sanggup dimakan.
saya jadi bertanya, bukankah lapar memang seringkali memicu amarah. tapi karena itu kan puasa menjadi ujian ?
apakah iya banyak orang yang tidak ikhlas atau bahkan tidak bahagia dengan hadirnya bulan ramadhan ?
3. semakin banyak statement di sosial media yang berujung tudingan.
sok tau, berbicara tanpa tau kapasitas diri, menuding beramai ramai dengan circle sendiri, merasa punya panggung. sosial media membuat mereka yang (ngakunya) berpuasa tidak benar benar mengerti bagaimana caranya menahan hasrat untuk membenci. diluar menahan lapar dan haus, ternyata mereka tidak menahan apapun.
4. introspeksi diri hanya untuk mereka yang sempat berkontemplasi
ramadhan datang, bagi mereka yang mengerti energi terasa betapa dahsyatnya kekuatan bulan suci ini. ada hal hal yang bersifat metafisika yang sangat sulit dijelaskan lewat logika, tapi itu ada. beruntung mereka yang sempat berkontemplasi cepat tanggap instrospeksi terhadap apa yang dilakukan sebelas bulan lalu.
ada alasan kenapa warung harus tutup ketika bulan ramadhan, demi menghormati bulan suci ini.
saya coba gambarkan secara mudah : ketika bulan ramadhan dan ada warung yang buka, mereka yang berpuasa akan cenderung menjauh dari warung tersebut. nah mereka yang menjauh ini kan jumlahnya tidak sedikit. jumlah yang tidak sedikit ini memancarkan sinyal kuat ke semesta, sinyal berupa "menjauh dari warung" ini di boost oleh energi dashyat ramadhan. efeknya dalam sebelas bulan kedepan warung tersebut akan cenderung sepi pembeli.
bisa dilogika kan ?
untuk mereka yang nyinyir, tentu saja warung tutup adalah gambaran umat muslim yang manja
5. ramadhan hanya untuk mereka yang bersyukur, bukan untuk mereka yang merugi.
berpuasa nyatanya untuk merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang memiliki finansial terbatas sehingga hanya bisa makan sekali sehari atau bahkan tidak makan sama sekali. well sebelas dua belas sama apa yang dirasakan mereka yang workaholic dan sering lupa makan sih.
yang terjadi adalah, berpuasa adalah ajang kulineran untuk buka puasa. membeli makanan sampai mubazir, membeli minuman sampe mubazir, buka bersama di mall sambil ngobrol asyik hingga tidak shalat maghrib, isya dan tarawih. nggak sempat dzikir karena mengejar THR dan bonus kantor, nggak sempat tadarus karena jam kantor mepet.
dan ketinggalan lailatul qodar karena kena macet di tol.
lha terus sisi bersyukurnya dimana ?
saya juga bukan orang yang alim alim banget, tapi saya kok berpikir kalau rugi banget kita nggak memanfaatkan ramadhan minimal untuk menata kalori makan kita *tsaaah dengan berbuka dengan porsi cukup bukan porsi nafsu.
ini saya terapkan dengan memaksa diri tidak minum es waktu berbuka dan hanya meminum air putih sebagai gantinya karena makanan takjil saya sudah manis manis.
hasilnya lumayan, amandel saya nggak kumat. padahal setiap ramadhan saya harus berperang antara minum es atau siap siap beli obat nyeri telan.
makan secukupnya (kalau kue cukup 2 - 3 buah) sukses membuat saya tidak ngantuk menjalani tarawih. ini kemajuan karena kegalauan di tahun tahun sebelumnya : lebih mending tarawih dalam mimpi atau tarawih di masjid.
tapi trus kelar tarawih diajak jajan martabak sama si kokoh *kraiiiiii* #KapanAkuKurus
bersyukur menyadari bahwa ternyata perut saya tidak segitunya mampu menampung makanan dan minuman yang terlihat enak dan lucu.
bersyukur betapa tuhan sudah begitu adil dengan memerintahkan ibadah puasa untuk memunculkan empati kepada mereka yang finansialnya dibawah saya.
bersyukur yang bangunin sahur bukan alarm, tapi chat di instant messenger yang ternyata efeknya kurang lebih.
bersyukur untuk waktu kontemplatif yang memunculkan keyakinan untuk berdoa karena tuhan maha mendengar.
bersyukur untuk kesadaran kesyukuran di ramadhan tahun ini.
selamat menunaikan ibadah puasa
Surabaya, 8 Juni 2016
Riffat Akhsan
27 May
Photo by Sincerely Media on Unsplash
kabar saya jungkir balik, kadang bahagia, kadang juga sedih.
tapi yang saya bersyukur mimpi saya perlahan lahan mulai terwujud menjadi kenyataan.
mimpi mimpi saya di awal awal menulis blog ini, tentang seseorang yang saya sebut "Bintang" dan hal lainnya.
saya kangen nge-blog, kalian kangen tulisan saya nggak ?
saya janji bakal lebih sering nulis lagi dengan lebih jujur, dan tidak terlalu overthinking.
karena tulisan, se-sampah-apapun-itu adalah senyatanya refleksi pemikiran.
jangan khawatirkan tulisan saya, kan saya blogger PALU GADA ( apa yang lu minta gua ada ) HAHAHAHA
segini dulu ya tulisan saya, dadaaaah *kembali berkutat ke presentasi pecha kucha si kokoh*
Surabaya, 27 Mei 2016
Rifa Akhsan
01 May
"yang, besok ke rumah ya. disuruh ibu kesini, ada pengajian abah habis isya. tapi kamu habis ashar aja kesininya, ntar kalo kesorean nggak bisa parkir"
adalah pesan singkat dari pasangan saya (untuk selanjutnya kita sebut yayang) yang masuk di tengah rapat konten yang melelahkan.
yes lumayan, ada alasan keluar kota.
saya selalu suka ke rumah yayang, karena energi dan suasananya yang mengingatkan saya dengan kampung halaman abah saya nun jauh di hulu sungai kalimantan sana.
masih dalam area hinterland Surabaya, daerah rumah yayang yang masuk kabupaten Gresik ini begitu, apa ya....
"permai".
mungkin hanya perlu tiga puluh menit dari pusat Surabaya ke rumah yayang, tapi sensasi ketenangan yang saya dapatkan melebihi jauh jauh ke Malang hanya untuk sepetak sawah terasering.
tapi Gresik panas sih :((
deretan sawah membentang sampai kaki langit, tambak seluas danau, jalan aspal selebar dua meter, rawa dan rumah rumah berhalaman luas menjadi pemandangan yang tersaji begitu alami memanjakan mata jiwa saya.
bau amis tambak dan lalu lalang kendaraan yang jarang menyempurnakan suasana magis pedesaan yang selalu membawa ketenangan jiwa dan pikiran saya.
Duduk Sampeyan merupakan sebuah desa di aliran sungai Brantas. tak heran sistem irigasi baik pertanian padi maupun pertanian ikan di tambak disini terkelola dengan baik.
kalau kata yayang sih prinsip pengairan sawah dan tambak itu sama, beda di treatment aja.
Duduk Sampeyan masih begitu kental dengan kearifan lokalnya, masih mudah saya temui para ibu ibu dengan topi lebar membungkuk bermandikan peluh dan lumpur menanam padi.
suatu pemandangan yang sudah sangat jarang saya lihat, bahkan ketika saya ke Malang untuk mencari sawah.
sawah dan desa selalu membawa ilmu baru bagi saya, perempuan anomali pecinta konstruksi dan teknologi.
seperti hari itu, jadi saya diminta ibunya yayang (untuk selanjutnya kita sebut ibu) untuk menginap di sana saja karena beliau khawatir saya kenapa napa di jalan malam malam balik ke Surabaya.
ibu punya pembantu lima orang, tiga perempuan dan dua laki laki. tiga perempuan ini bertugas untuk masak (bumbu ibu yang racik), cuci piring, menyapu, dan bersih bersih rumah (kecuali bersihin kamar ibu, mbak, dan kamar yayang). sementara dua orang laki laki bertugas untuk mengurus yang berhubungan dengan tugas tugas laki laki seperti cuci mobil, dll.
pagi sekali ketika fajar muncul lima orang pembantu ibu sudah datang, iya ibu nggak punya pembantu nginep. mereka adalah orang orang yang masih terhitung tetangga, dengan jam kerja sekitar 8 - 12 jam di rumah, mereka juga nggak tiap hari datang sih. mostly pekerjaan mereka adalah petani sawah dan petani tambak.
karena di rumah yayang, yang terpenting adalah kehadiran meskipun kita nggak ngapa ngapain. semua pekerjaan rumah tangga mah udah ada semua yang kerjain.
pagi itu saya duduk duduk di belakang rumah yayang sambil twitteran, kemudian salah satu dari pembantu ibu bertanya dengan agak takut takut
"mbak, hp nya mbak layar sentuh ya"
tanya dia dengan pandangan kagum sekaligus ingin tau...
"iya"
jawab saya dengan datar dan sedikit heran.
"wah, bagus ya mbak..."
pandangan pembantu ibu saya rasa terlalu kagum, sampai sampai saya bertanya sendiri apakah ia tidak pernah melihat iphone sebelumnya ?
"mbak, rumah sampean kalimantan ya ?"
tanyanya lagi, masih dengan pandangan kagum.
"iya..."
"dari sini berapa lama ?"
"satu sampe satu setengah jam.."
(rumah yayang ke airport 30 - 45 menit naik tol fyi)
"wahhhhh, mbak naik pesawat ya? ohhhhh"
tanyanya lagi, dengan histeris.
saya tersenyum, kemudian tercenung.
yayang memang pernah bilang, kalau dia adalah salah satu warga Duduk Sampeyan yang beruntung. alm abah adalah pengusaha besar yang memungkinkan untuk yayang mengenyam pendidikan elit di Surabaya dan Jawa Timur beserta seluruh gaya hidup yang mengiringinya.
tapi kembali ke Duduk Sampeyan, yang hanya beberapa kilo dari gerbang Tol Bunder. faktanya yayang adalah anomali. masih banyak warga Duduk Sampeyan yang tidak melek teknologi, banyak tetangga tetangga dan teman teman yayang yang bingung pake smartphone dan nggak ngerti teknologi padahal umur mereka masih muda.
sebuah pemahaman baru tentang pentingnya menjadi mapan dan memiliki wawasan.
juga kearifan ilmu dan kehidupan.
di Duduk Sampeyan, hidup cenderung selaw. nggak pusing seperti kelas menengah perkotaan yang gajinya habis untuk tagihan dan cicilan demi memenuhi standar hidup ala perkotaan, gila jabatan, pamer ke sosial media atas previllage menikmati fasilitas eksklusif karena acara kantor, dan overpede mengemukakan pendapat.
kadang saya suka senyum sendiri dengan cara tuhan bercanda, bagaimana bisa tuhan memberikan seorang manusia cerdas dengan insting bisnis luar biasa serta pemikiran menembus ruang dan waktu yang mengajarkan kearifan berpikir dalam kehidupan sehari harinya di pedesaan kepada saya yang nggak jelas ini.
hari hari di Duduk Sampeyan mengajarkan saya, bahwa tuhan membeberkan fakta mau jadi apa kita, tuhan bisa wujudkan.
oh iya, desa dan kota sejatinya adalah sama. desa penuh manusia gaptek, kota penuh manusia maruk.
dan semoga saya dan kamu kamu yang membaca ini bisa mengambil ilmu mau jadi manusia seperti apa kita.
Surabaya, 1 Mei 2016
Riffat Akhsan
23 April
"mas Naufal, ayo kita jalan jalan ke daerah gereja kayutangan"
"ayo"
Belanja menjajah negeri ini selama berabad - abad, tidak heran mengapa kini kota tua Indonesia didominasi oleh bangunan bangunan ala negeri pecinta emas ini yang masih berdiri kokoh di umurnya yang sudah ratusan tahun.
kalau Surabaya kita bisa menyusuri daerah kota tua ini mulai dari daerah House of Sampoerna, jembatan merah, polrestabes Surabaya, terus sampai tugu pahlawan.
Malang memiliki kawasan kota tua yang terpusat di sekitar alun alun, dilengkapi trotoar yang "cukup" nyaman, saya Rusma dan mas Naufal memutuskan untuk berjalan kaki menyusuri kota tua sembari menyerap energi yang Malang miliki untuk kebutuhan jiwa kami yang perlu rehat.
dimulai dari Bank Indonesia kemudian gereja Kayutangan, kami menyeberang ke arah pasar besar, terus melewati wisma Tumapel, kemudian tembus balai kota, berbelok melewati hotel tugu, java dancer (the best coffe house in town), pasar bunga dan pasar hewan, kemudian berakhir di alun alun.
sebenarnya kota tua merupakan salah satu wisata andalan Kota Malang, sayang tidak ada satupun warga negara Indonesia yang kami temui selama acara jalan kaki kami tengah hari itu. kami hanya berpapasan dengan beberapa warga negara asing yang sudah berumur senja dengan memanggul carrier besar dan tampak bahagia mengambil gambar arsitektur neo gothic bangunan bangunan lama di sekitar kota tua dari berbagai angle.
bank Indonesia yang bersebelahan dengan kantor pajak Malang Selatan berdiri megah dengan cat dan pagar putihnya, terlihat beberapa petugas keamanan berjaga di hari Sabtu yang seharusnya sih nggak lembur untuk para pegawainya.
di depan kantor pajak terdapat halte dan jembatan penyeberangan menuju alun alun, satu langkah yang bagus mengingat traffic jalan yang cukup ramai (namun tidak bisa dibilang padat juga).
sampai di gereja Kayutangan, sebuah gereja katolik megah yang sayangnya berbau pesing di beberapa sudut trotoar. kami sempat ditawari masuk ke dalam kompleks gereja agar lebih leluasa berfoto yang kami tolak dengan halus. cukup foto dari trotoar saja.
kami sedikit kesulitan menyeberang dari depan gereja Kayutangan menuju pasar besar. aneh, di perimpangan yang cukup ramai tersebut kenapa tidak ada zebra cross atau rambu sama sekali ? hanya ada satu polisi cepek yang berusaha mengatur arus.
jam 12 siang merupakan waktu aneh untuk berjalan kaki, tapi Malang dengan suhu udara dingin dingin AC mampu membuat acara jalan kaki kami menyenangkan.
sampailah kami di depan wisma tumapel, wisma ini tergolong horror site yang lagi hits di kalangan anak muda Malang. setelah sekian lama ditutup, wisma yang merupakan bangunan lama yang tak terurus kini menjadi aset universitas negeri Malang.
saran saya, nggak usah main main atau foto foto lah di wisma itu. "yang disana" nggak suka dan terganggu dengan kehadiran kalian...
wisma tumapel - balai Kota - hotel tugu adalah segitiga dingin mencekam yang saya hindari untuk berjalan jalan. apa daya, kota tua selalu sepaket dengan tempat tempat dengan aura mistis.
pasar bunga dan pasar hewan cukup mencairkan suasana dingin mencekam yang dipancarkan oleh tempat tempat yang sebenarnya-saya-nggak-mau-kesana dengan suasana pasarnya yang cukup menyenangkan.
java dancer dengan kopinya nggak boleh dilewatkan untumu pecinta kopi, di dekat hotel tugu ada toko oleh oleh dengan sign "ice cream" besar di depannya. sayang waktu saya mau beli ternyata yang dijual bukan es krim, tapi es puter :(
jalan kaki saya berakhir di Alun Alun, di seberang Alun Alun kamu bisa ke toko oen (tapi saya nggak kesana) dan ke hotel di sebelahnya. bagus buat foto foto.
sedikit berjalanan kamu bisa ke Masjid Agung Malang yang bersebelahan dengan gereja besar juga. pokoknya kawasan kota tua malang ini terpusat di sekitar alun alun kok sehingga cara paling asyik menikmatinya adalah dengan berjalan kaki.
untuk kamu yang menyukai wisata kota tua, Malang kota tua boleh banget masuk list kamu karena keunikan arsitekturnya yang berbeda dengan kota tua Jakarta dan Surabaya.
selamat jalan kaki :)
Surabaya, 23 April 2016
Riffat Akhsan
21 April
hari kedua di Malang, saya bangun dengan pemandangan gunung yang meskipun diselimuti kabut tipis tapi tetap terlihat sempurna dari jendela lantai 8 kamar tempat saya menginap.
saya selalu suka berada di tempat tinggi, karena semakin banyak yang terlihat, semakin bijak kita memaknainya.
mereka yang berada di "tempat rendah" sering nyinyir dan benci atas keputusan mereka yang berada di "tempat tinggi". mereka lupa bahwa mereka tidak melihat apa yang "orang tempat tinggi" lihat.
bias kelas, bias perspektif, bertindak spekulatif, judgemental, mendewakan asumsi. ah tidak perlulah saya membahas terlalu jauh ciri pokok "tempat tinggi" maupun "tempat rendah".
sebelumnya saya sudah dikabari kak Ai kalau kunjungan saya di Malang bersamaan dengan konvoi arema 16 - 17 April dalam rangka pengarakan piala Bhayangkara.
sebelumnya sudah pernah kejadian, tindakan anarkis perusakan kendaraan dan tindakan anarkisme lain yang dilakukan oleh suporter arema terhadap kendaraan plat L (Surabaya) sehingga saya sengaja menggunakan kendaraan plat W (Gresik, Sidoarjo) sebagai antisipasi.
kelar sarapan, dan ketemu lalas dan fikri saya baru menyadari bahwa jalan raya depan tempat saya menginap sudah penuh dengan massa suporter arema :(
nggak lama mas Naufal japri "fat, jangan keluar deh. ini temenku plat W kendaraan nya diserang"
nah loh. bingung kan saya, beberapa tamu di tempat saya menginap juga terlihat pesan taksi lokal dan carter mobil dengan plat N.
saya, Rusma, Fikri, Lalas dan kak Ai sibuk berdiskusi. gimana caranya dengan keadaan sepadat itu sementara waktu sudah menunjukkan pukul 12, Fikri harus mengejar kereta jam 5 sore tapi barangnya dia masih di Landung Sari (daerah univ muhammadiyah Malang) sementara kendaraan saya plat W nggak bisa keluar dari penginapan saya di S. Parman.
menggunakan taksi atau mobil lokal sepertinya bukan jawaban, karena posisi penginapan saya di pusat, stasiun kereta di selatan, dan Landung Sari di utara. pasti macet dimana mana.
karakter konvoi Arema ini berbeda seperti konvoi Bonek (suporter persebaya). kalau Bonek mau konvoi kami tau mereka pasti berkumpul dulu di stadion tambak sari kemudian konvoi yang biasanya finish di gelora pancasila. namun ini Malang bung, suporter Arema berangkat menjadi kelompok kelompok dari seluruh penjuru Malang Raya dan Kabupaten Malang, kumpul di stasion Kanjuruhan kemudian konvoi keliling kota.
apalagi stasiun kereta menjadi salah satu titik kumpul mereka.
kalau Bonek konvoi, kami sudah ancang ancang mencari jalur alternatif yang nggak dilewati mereka dan mencari waktu yang sekiranya aman tidak bertemu mereka di persimpangan atau di jalan.
lah ini ? kami merasa dikepung di kandang lawan. !
akhirnya kak Ai memutuskan kita bareng bareng ke Landung Sari naik angkot, dengan catatan di Landung Sari Fikri kelar ambil barang diantar Alpa naik motor, Rusma dijemput Mas Naufal, Kak Ai dan Lalas dijemput temen kak A ke Suhat, dan Saya dijemput Eldew buat ambil kendaraan di penginapan.
sebelum ke Landung Sari saya menyempatkan diri ke basement parkir penginapan, sedih rasanya melihat kendaran Plat L dan Plat W terparkir rapi di basement. bukan karena parkiran penuh, tapi karena saya tau pemiliki kendaraan keluar dengan taksi atau carter mobil plat lokal.
tour de angkot dimulai ~
kami naik angkot dengan kode ADL (Arjosari - Dinoyo - Landung Sari)
rute angkot ADL ini udah persislah kayak city tour dimana kita melewati balaikota sampai berakhir di Landung Sari yang merupakan perbatasan Kota Malang dengan Kota Batu.
ya sebenarnya kami naik angkot mengandalkan kehandalan supirnya yang mampu mencari jalan tikus menghindari kemacetan, meskipun itu hampir nggak mungkin karena massa Arema dimana mana tapi ya sudahlah pasti ada jalan :))
lautan manusia dengan atribut biru biru dan boneka singa ditambah speaker menggelegar dan perkusi menjadi pemandangan kami selama perjalanan. ncen singo edian :))).
sampe Landung Sari, Fikri langsung ambil barang trus pamit balik ke Semarang.
Lalas sama Kak Ai siap siap ke rumah kak Ai dijemput temen kak Ai.
Rusma dijemput Mas Naufal pake plat S. aman.
saya dijemput Eldew, DAN SAYA LUPA KALAU MOTOR ELDEW PLAT L.
begitu ketemu kami Eldew langsung heboh, dese panik gitu karena sepanjang jalan dese diintimidasi karena plat L.
tuhan, apalah arti sebuah plat.
"fat, kamu ada asuransi jiwa nggak ?"
tanya Eldew setengah bercanda, karena saya dan dia bakal boncengan buat ambil kendaraan saya di S. Parman melewati lautan singo edan.
kak Ai, Lalas, Rusma, dan Mas Naufal juga ikut khawatir saya sama Eldew yang "setor nyawa" dengan plat L. tapi di sisi lain mereka penasaran juga sama sensasi "setor nyawa" ini.
perjalanan penuh resiko dimulai ~
WO WO WO PLAT L WOOOOO
tiap ketemu rombongan yang dengan bendera segede gaban yang nggak ikut konvoi tapi memilih di pinggir jalan "melepas" rombongan konvoi, kami diteriaki dengan tabuhan perkusi.
Allah ~
tiap ketemu rombongan konvoi, kami minggir dulu. membiarkan mereka lewat sambil tahan tahan kuping.
WOOOOO PLAT L REK PLAT L....
WO WO WO PLAT L WOOOOO
seru mereka sambil mengacung acungkan sesuatu seakan hendak melempari kami.
PLAT L MINGGIR PLAT L MINGGIR.....
seru salah satu dari peserta konvoi dengan galak, dan disoraki oleh yang lain.
WOOO PLAT L WOOOO
kami terintimidasi, bukan. kami takut, apakah kami selamat ?
MAS MAS PLAT L MAJU MAS MAJU ! CEPET MAJU !
ujar salah satu rombongan lain yang merasa kami halangi perjalanan bersama rombongannya.
duh, salah sepertinya kami ada di jalanan Malang.
akhirnya sampai juga di S Parman. drama dibikin takut kelar, lanjut drama plat L dan plat W berjalanan beriringan menantang maut.
Alhamdulillah dari S. Parman ke Veteran kontrakan mas Naufal kami banyak melewati jalan kecil, sehingga meskipun tetap harus melewati jalan protokol tapi intimidasi yang kami rasakan tidak separah Landung Sari - S. Parman.
hari sudah malam, tapi kak Ai menyarankan jangan dulu balik ke Surabaya karena masih ada kemungkinan rombongan Arema di kabupaten yang sangat berpotensi bertindak anarkis.
akhirnya kami memutuskan untuk extend di Malang, Rusma tidur sama kak Lia di kontrakan mas Naufal dan saya bareng Lalas tidur di rumah kak Ai.
konvoi Arema memberi pelajaran pada saya tentang kuatnya solidaritas karena persamaan. mereka dengan sukarela selalu mendukung klub sepakbola kesayangannya, transportasi urunan, kalau ada yang bawa mobil bisa nunut. sound sistem pinjem sama anggota yang punya. semua serba atas nama solidaritas dan kebersaman.
karena bersama (berkelompok) mereka merasa kuat, mereka merasa besar, mereka merasa punya power.
plat L dan plat W, iya kami memang tamu. tapi apakah tuan rumah yang baik adalah mereka yang menakut nakuti tamunya dengan anarkisme ?
kami ke Malang bukan buat petantang petenteng nantang, kami ke Malang ingin rehat dari segala sesuatu yang menyesakkan. kami ingin bertemu dengan mereka yang menyayangi kami. kami ingin refresh.
tapi kenyataan nya takut dan trauma yang kami dapat.
kami ke Malang dengan biaya sendiri, yang mana kami bayarkan untuk beli makan (kesejahteraan mak warung meningkat), kami menginap di penginapan legal (yang pajaknya digunakan untuk membangun jalan, bisa jadi menjadi bagian dari rute konvoi), kami membeli tiket masuk tempat wisata (meningkatkan pendapatan asli daerah), dan kami menuliskan perjalanan serta berfoto (mempromosikan dengan gratis).
konvoi, nyanyi nyanyi, membunyikan alat perkusi yang menimbulkan dentuman keras boleh. tapi anarkis jangan.
besok besok saya pikir pikir lagi deh mau ke Malang kalau pas ada konvoi Arema lagi, saya liburan mau bahagia, bukan mau dibuat sedih.
Surabaya, 21 April 2016
Riffat Akhsan
selamat hari kartini, karena perjuangannya. perempuan bisa menempati posisi puncak bahkan di bidang yang sangat maskulin.
terima kasih, atas kesetaraan gender yang membuat saya berani bermimpi menjadi tenaga ahli engineering konstruksi.
best regards, Chief Operational Officer perusahaan IT yang lagi cuti.
Surabaya 21 April 2016
Riffat Akhsan
Subscribe to:
Posts (Atom)
Search